Chereads / Sebenarnya I love you / Chapter 2 - Part 1

Chapter 2 - Part 1

Duka mendalam tengah menyelimuti keluarga besar sabrina. hari ini adalah hari berpulangnya sang opa kepangkuan ilahi. kematian aryamadi _opa sabrina_ tentu meninggalkan duka dan kesedihan bagi seluruh keluarga dan orang-orang yang mengenalnya.

Aryamadi dikenal sosok berkharisma, hangat , dan ramah. tidak diragukan lagi sepak terjangnya didunia bisnis dan bagaimana selama ini ia telah memberikan contoh sosok suami yang sempurna bagi semua orang karna kasih sayang dan cintanya ke sang istri dan keluarga.

setahun belakangan kondisi beliau memang telah menurun karna penyakit paru-paru kronisnya, dan faktor usia juga yang membuatnya sulit bertahan. Sebenarnya dokter telah mewanti-wanti kemungkinan terburuk makanya mengharuskan opa dirawat di rumah sakit, tapi orang tua itu menolak keras karna tidak ingin istrinya ikut tinggal di rumah sakit yang rentan membawa penyakit bagi lansia seperti mereka. jadi dengan kekuasaannya, opa meminta di rawat di rumah dengan fasilitas rumah sakit yang lengkap.

Sebelum menghembuskan nafas terakhir beliau masih sempat mengobrol dan bercanda dengan istri dan para cucu-cucunya, makanya mereka semua masih sulit percaya jika malam itu adalah terakhir kalinya mereka bersama opa.

*flashback*

"Opa kenapa" tanya fathur dengan nada khawatir ketika melihat ada yang tidak beres dengan opa.

Malam ini formasi para cucunya lengkap. Fathur yang baru saja tiba dari perjalanan bisnis memilih langsung mengunjungi opa, sedangkan sabrina memang tinggal dikediaman opa sejak kondisinya menurun, dan si kembar 3 kebetulan tengah libur semester jadi mereka memutuskan tinggal sementara disana. Begitupula dengan orang tua mereka, hanya saja saat ini sean dan khanza sedang berada di jepang untuk menghadiri undangan relasi bisnisnya.

"Jangan khawatir nak, mungkin opa cuma kelamaan duduk" jawab opa dengan suara tuanya.

"Kalau begitu opa istirahat saja ya, Oma juga istirahat"sahut Sabrina.

opa dan oma kompak mengangguk, memang sekarang waktunya mereka istirahat. Fathur segera berdiri setelah memberi kode ke sabrina untuk membantu Oma ke kamar, sedangkan dia yang akan membawa opa.

"ayo opa aku antar ke kamar"ucap fathur.

Fathur mendorong kursi roda opa, sedangkan sabrina yang membantu Oma berjalan dengan tongkatnya. Mereka meninggalkan si kembar yang masih diliputi kecemasan, meskipun sudah mendengar jawaban sang opa tapi mereka tidak serta merta percaya.

Didalam kamar opa telah berbaring nyaman ditempat tidur, sedangkan Oma masih di kamar mandi bersama sabrina untuk bersih-bersih.

"Fathur kamu masih ingat dengan pesan opa?"

Fathur tidak langsung menjawab. ia lebih dulu meraba ingatannya untuk  pesan yang dimaksud oleh opa. Tapi karna banyaknya pesan yang telah disampaikan opa selama ini ia jadi bingung."Yang mana opa?" Tanya Fathur, menyerah.

Menyadari kebingungan fathur, opa lantas meraih tangannya yang berada dipangkuannya. Meremasnya lembut sebelum menjawab.

"Nak daridulu opa selalu percaya padamu hingga detik ini, makanya opa tanpa ragu memberimu tanggung jawab besar entah untuk perusahaan bahkan untuk keluarga kita nak" opa berhenti untuk mengambil nafas panjang yang terlihat sulit.

"Opa"

"Sstt dengarkan opa nak. ingat baik-baik pesan opa yang satu ini, jangan takut untuk say i love you and sorry "

dada Sean seketika bergemuruh hebat, apa maksud opa yang tiba-tiba mengatakan hal itu. selama ini yang sering mereka bahas kalau bukan keluarga ya perusahaan, terus kenapa tidak ada hujan dan badai opa kembali mengatakan kalimat ajaibnya itu. fathur tidak akan merasa aneh jika opa mengatakannya pada orang lain, karna memang kalimat ajaibnya akan selalu ada setiap opa mengobrol dengan siapapun mengenai rumah tangganya yang tetap harmonis meski sudah bertahun-tahun lamanya.

opa menepuk pelan punggung tangan fathur yang digenggamnya membuat cucunya itu tersentak karna sedaritadi sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Opa ingin kembali mengingatkan mu nak tentang tanggung jawab, karna opa sudah menyerahkan semuanya padamu. bimbinglah adik-adikmu, lindungi mereka dan juga orang tuamu terlebih adikmu Sabrina. Diantara semua adikmu dia yang terlihat kuat tapi juga begitu rapuh, kita semua tau dia yang paling tertutup dan sulit terbaca. banyak hal yang ia sembunyikan untuk dirinya sendiri, tapi matanya mengatakan semuanya nak. Sabrina itu begitu mirip Oma kalian, jadi mudah bagi opa memahaminya"

"Jangan mengulangi sejarah nak, kesalahan dan kebodohan opa dimasa lalu cukup menjadi yang pertama dan terakhir" opa kembali mengeratkan genggamannya seraya tersenyum teduh. "Kenali hatimu nak, sampai kapan pun opa percaya padamu dan merestuimu" lirih opa diakhir kalimatnya dengan mata berkaca-kaca.

"Opa titip adik-adikmu"lanjut opa dengan air mata mengalir disudut matanya.

Sedari tadi Fathur hanya diam, meresapi dan mencerna maksud dari semua ucapan opanya dengan perasaan berkecamuk. Tidak ada yang dilakukannya selain ikut mengeratkan genggamannya pada tangan keriput opa. Entah kenapa pesan dari opa kali ini memiliki makna tersembunyi dan dia takut untuk menyimpulkannya, karna dadanya kian bergemuruh disaat ia mencoba mencari tau maksud opanya itu.

"kok malah ngobrol sih bukannya istirahat"tegur Sabrina yang baru keluar dari kamar mandi bersama Oma.

"Hehe kamu kan tau nak kalau opa tidak bisa tidur kalau tidak ada Oma" kilah opa yang benar adanya.

"Sayang ayo kita istirahat sekarang, jangan membuat cucu-cucu kita pada cemas" timbrung Oma yang kini ikut membaringkan tubuh ringkihnya.

"Iya sayang, ini papa juga udah mau tidur"

"Ih bikin iri aja" dumel Sabrina dengan pura-pura cemberut.

"Ya udah Opa sama Oma istirahat ya, kami keluar dulu"ucap Fathur sembari memperbaiki letak selimut mereka.

"Ingat pesan opa" bisik opa sembari menepuk pelan pipi fathur.

Setelah memberi kecupan ke opa dan Omanya, Fathur dan Sabrina pun keluar kamar yang ternyata sudah ada si kembar menunggu mereka didepan pintu lengkap dengan raut khawatir. Meski opa mengatakan jika dia baik-baik saja tidak akan membuat mereka percaya begitu saja.

"opa sama oma udah tidur. Alhamdulillah opa baik-baik saja, jadi sekarang kalian istirahat juga pasti capek abis dari acara kampus tadi" ucap Sabrina memandang hangat adiknya.

"Alhamdulillah, syukurlah kak. Karna kami benar takut"saut qila lemah.

Sabrina mengelus pundak qila dengan sayang "kita sama-doakan opa yah, hanya itu yang bisa kita lakukan sekarang"

Sikembar kompak mengangguk lesu.

"Kak fathur sama kak bri istirahat juga. Kak bri pasti capek dari butik tadi, apalagi kak fathur yang baru aja dari luar negri"kini si bungsu arfa yang mencurahkan perhatiannya.

"iya abis ini kita juga istirahat, kalian duluan aja" balas fathur.

"aku sama Adek naik duluan kak"pamit shanna.

Sikembar 3 berlalu setelah memberi kecupan dan ucapan selamat malam ke kakak mereka .

"Kakak juga istirahat gih, aku mau tidur di kamar perawat aja supaya gampang cek keadaan opa" ucap Sabrina lemah.

Fathur tidak mengubrisnya, ia justru melarikan kedua tangannya untuk menangkup wajah sabrina yang terlihat lelah dan menahan tangis.

"No! kamu yang lebih baik istirahat dikamar ra, kamu juga butuh istirahat"bisik fathur.

"Kak a-ku takut hiks"

kini sabrina tidak lagi bisa berpura-pura baik-baik saja, ia menangis tanpa suara dihadapan fathur yang langsung memeluknya."Sstt insyaAllah opa baik-baik saja"ucap fathur pelan sembari mengecup pucuk kepala adiknya yang masih terisak.

"Dadaku daritadi sesak kak hiks, aku benar-benar takut"

"Kamu istigfar, dzikir yang banyak nanti_"

Prang

Ucapan Fatur terpotong karna suara pecahan dari dalam kamar opanya, sabrina langsung membuka pintu kamar yang memang sedari tadi mereka belum beranjak dari depan pintu kamar opanya.

"Astgfirullah, Oma kenapa?" Pekik Sabrina ketika melihat Oma yang duduk dengan wajah ketakutan.

"Maaf sayang, opa tadi sesak lagi terus minta air, tapi jatuh"

"Opa kan tidur Oma"ucap Fathur heran.

"Tidak nak!  baru aja dia minta air" saut oma cepat. "Sayang kamu masih mau minum? Tapi airnya tumpah jadi biar anak-anak ambil dulu yah. sayang kamu udah tidur? kok nyenyak banget padahal baru aja kita ngobrol" Oma terus berbicara sembari membelai pucuk kepala suaminya meski tanpa sautan.

"Hiks..opa"lirih Sabrina yang kini membekap mulutnya agar tidak histeris.

"kamu kenapa nangis nak? kena beling ya?" Oma panik melihat sabrina yang tiba-tiba menangis.

"Innalillahi wainna ilaihi rojiun"ucap Fathur parau sambil berlutut dan menunduk disamping tubuh kaku opanya.

"Maksud kamu apa fathur?" Tanya Oma marah.

Sabrina berdiri dan dengan cepat menghampiri Omanya yang menolak  mempercayai jika suaminya telah meninggal. Mereka juga yakin jika gelas itu jatuh karna oma yang syok mendapati opa telah meninggal.

"Kamu ngomong apa tur, jangan bercanda seperti itu! Oma tidak suka"

"Oma yang sabar, opa udah pergi hiks..."

"Cukup!? kalian sepertinya mengantuk makanya melantur begini. lebih baik kalian keluar, Oma mau tidur juga"

Dengan pelan Oma kembali berbaring, lalu memeluk tubuh tak bernyawa suaminya dengan air mata yang kini mengalir deras, sembari menatap sedih wajah suaminya yang beberapa saat lalu masih tersenyum padanya sembari mengungkapkan cinta untuk kesekian kalinya.

_Sayang, aku mencintaimu baik dulu hingga tulangku sudah lemah seperti sekarang. Tapi percayalah, cinta itu tidak pernah lemah apa lagi goyah. Terima kasih untuk cinta dan kasih sayangmu selama ini, kamu benar-benar membahagiakanku disisa umurku. Berjanjilah untuk tidak bersedih apapun yang terjadi. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu Arini. Dikehidupan selanjutnya jadilah istriku kembali Arini Paramitha aryamadi_

"Ini ya maksud kamu tadi hm? kamu menyuruhku bahagia sedangkan kamu sendiri yang telah membawa pergi bahagia itu. kenapa kamu tega pah ninggalin mama sendiri. kamu bilang tidak bisa tidur tanpa mama, tapi apa buktinya? kamu malah tidur nyenyak tanpaku. Apa kamu bahagia sekarang sampai tersenyum begitu"racau Oma.

"Aku mau ikut sayang"lirih Oma yang kini sesunggukan.

Sedangkan Sabrina sudah meraung dipelukan kakaknya. fathur sendiri hanya memandang lurus ke tubuh kaku opa dengan air mata yang menetes tanpa isakan.

"Aku akan menepati janjiku opa" bisiknya dalam hati sambil mengeratkan pelukannya ke Sabrina.

*flashback off*

Jam telah menunjukkan pukul 12 malam, para sahabat dan kerabat juga baru saja meninggalkan kediaman opa. Tinggallah para keluarga yang kini tengah hanyut dalam kesedihan, mengenang kembali kebersamaan mereka yang tidak akan pernah terulang. oma yang paling merasakan dampaknya ditinggal suami, kini hanya terus menangis dan merenung. sean sampai menyuruh dokter stay di rumahnya untuk memastikan keadaan oma tidak drop. Sejak pulang dari pemakaman, oma hanya tinggal di kamar tidak melakukan apapun selain menangis memandangi foto suaminya.

"Oma istirahat ya"pinta sabrina.

"Mah bri benar, mama harus istirahat. aku mohon mama tegar ya, masih ada kami yang membutuhkan mama hikss" mama Sabrina tidak bisa lagi menahan isakannya yang sedaritadi ditahannya.

"Oma mau istirahat nak" kata pertama yang keluar dari omanya semenjak suaminya dikuburkan.

"aku temani tidur ya Oma"

Oma memandang wajah cucunya dengan senyum getir serta air mata yang tidak berhenti mengalir . Tangan keriputnya mencoba meraih tangan cucu dan menantunya itu.

"Oma mau sendiri nak, Oma butuh ketenangan saat ini. Jangan khawatirkan oma, kalian juga butuh istirahat. apalagi kamu dan suamimu zaa baru pulang, cari suami kamu dia juga sangat terpukul nak"

Hiks...hikss..

Sabrina dan mamanya langsung menghambur memeluk oma yang begitu hancur.

***

Setelah memastikan Oma berbaring nyaman dan memperbaiki letak selimutnya, ibu dan anak itu baru meninggalkan kamar Oma Arini.

"Mam, papa" tunjuk Sabrina ke taman belakang tempat papanya duduk merenung.

"Mama kesana dulu, kamu istirahat nak. adik-adik kamu juga udah pada tidur "

"Iya mam"

Khanza memeluk dan mencium dahi putrinya sebelum menghampiri suaminya yang melamun di tengah pekatnya malam. Sabrina berjalan gontai ke kamarnya, ketika masuk kondisi kamar dalam keadaan gelap, karna memang seharian tidak ada yang menempati. Tapi masih ada cahaya bulan yang masuk, jadi ia bisa melihat seseorang tengah duduk menunduk di samping tempat tidurnya. tanpa menyalakan lampu kamar pun sabrina tau siapa sosok yang ada didepannya itu. ia segera menghampiri lalu berlutut di sampingnya "Kak?" panggil Sabrina.

Fathur mendongak pelan memandang dengan nanar wanita yang sedaritadi ditunggunya. Setelah beberapa detik memandangi sabrina, ia kemudian memeluk tubuhnya erat disusul tangisan pilu yang sungguh menyayat hati. air mata yang sedari tadi ditahannya luruh didada sang adik. Sabrina yang tau kalau kakaknya begitu terpukul karna kematian mendadak opa mereka, membiarkannya menumpahkan segala sesak dihatinya. berharap setelah ini ia bisa lebih baik dan mau mengikhlaskan kepergian opa.

Dari dulu sabrina selalu menjadi tempat berkeluh kesah bagi kakaknya itu. wanita yang fathur persilahkan melihat semua sisi dari dirinya. Bagi fathur sendiri, Sabrina akan selalu menjadi tempat ternyamannya untuk pulang.

"Opa hikss o-pa"racau Fathur disela isakannya.

"Sstt ikhlas ya kak, supaya opa juga tenang disana"

"Sakit ra..hiks..sakit" rintih fathur dengan satu tangan memukul dadanya.

"aku tau hiks sangat tau. jadi menangislah sampai kamu bisa lebih baik, setelah itu ikhlaskan opa" ucapnya lembut sambil mencium pucuk kepala fathur.

Cukup lama mereka saling menumpahkan rasa sedih yang membelenggu hati mereka, kedua kakak beradik itu masih dalam posisi yang sama berpelukan, hanya isakan mereka yang kini telah reda. tangan Sabrina pun masih setia mengelus punggung dan kepala fathur.

"Bagaimana? udah lebih baik?" tanya Sabrina yang diangguki oleh Fathur.

"Tidur ya, dari kemarin kamu belum tidur" bujuk Sabrina.

Fathur akhirnya mengurai pelukan mereka, tapi tidak melepas lengannya dipinggang Sabrina "Pusing" keluhnya.

"Hehe ya jelas pusing, kamu sedaritadi nangis ditambah belum pernah tidur"

Fathur semakin merapatkan tubuh mereka, untuk menumpukan dahinya di pundak Sabrina "Pijitin" pinta Fathur pelan.

"Manja mode on hm" ledek Sabrina.

Hanya Sabrina yang tau semua kelakuan dan sifat tersembunyi fathur, yang bahkan tidak diketahui oleh semua orang termasuk keluarga mereka. semua orang cuma mengetahui kulit luar seorang fathur. sosoknya dingin dan tampan yang mampu membuat wanita melorotkan celananya hanya dengan sekali kedipan. Tapi tentu itu hal yang mustahil mengingat bagaimana sulitnya pria itu hanya untuk sekedar tersenyum, apalagi ingin bersikap layaknya donjuan, Sekali lagi mustahil!. Dan mereka tidak akan pernah tau jika pria dingin yang dipujanya itu memiliki sifat yang teramat manja.

"Ra"tegurnya lemah.

"Iyadeh, makanya baring supaya aku pijitin"

Fathur langsung bangkit dan membaringkan dirinya dibantu Sabrina. mungkin kalau kondisinya tidak lemah dia akan meladeni adiknya itu, tapi untuk saat ini biarlah ia mengistirahatkan tubuh dan hatinya. Sabrina juga ikut berbaring disamping fathur dengan mata yang berkaca-kaca, hatinya tercabik melihat keadaan kakaknya yang begitu terpukul ditinggal opa, walaupun rasa sedih juga dialami oleh mereka semua. tapi bagi fathur yang memang sejak kecil opalah yang membimbingnya dan mengajarinya banyak hal hingga ia bisa sesukses sekarang pasti bukanlah hal yang mudah.

Kehilangan orang yang berarti dalam hidup bagaikan kehilangan satu tumpuan.

"Peluk ra, nggak usah dipijitin"

Sabrina langsung merentangkan tangannya agar fathur bisa masuk kedekapannya."Ehm nyamannya"gumam fathur seraya mengeratkan pelukannya.

"Tidurlah"bisik sabrina.

Fathur mendongak "kamu juga tidur"

"iya, ini juga mau tidur"

"Tapi ini kenapa nggak dilepaas?" tanya fathur merujuk pada jilbab sabrina.

"Oh ya Allah, kelupaan kak hehe"

Fathur yang gemas langsung mengecup dagu sang adik yang dibalas dengan cubitan dihidung mancungnya itu. Sabrina lantas membuka jilbabnya dibantu oleh fathur.

"Sekarang tidur jangan nakal"ucap sabrina ketika fathur menenggelamkan wajah diceruk lehernya.

"I Miss you" gumam fathur.

sabrina tersenyum dan bergumam "ehm" sambil mengeratkan dekapannya dan mengecup pelipis sang kakak."Good night big baby"

Sabrina memejamkan matanya dan tak menunggu waktu lama dia pun terlelap. Sedangkan orang yang ada didekapannya justru terbangun ketika menyadari pelukan adiknya mengendur .

"Maafkan aku ya Allah " ucap fathur sedih sembari memandangi wajah damai adiknya itu.

sabrina yang belum lama terlelap jadi mudah terbangun ketika mendengar samar-samar isakan seseorang. Sabrina membuka mata sayunya pelan, dan langsung bersitatap dengan mata sembab yang sudah basah milik fathur, dengan panik ia menangkup wajah fathur dengan satu tangannya.

"hey, kenapa nangis hm? Kepalanya masih sakit?"

"Hatiku yang sakit ra"jawab fathur jujur.

Sabrina terkesip mendengar ungkapan fathur yang memiliki dua makna. Tidak lama ia pun kembali tersenyum tipis kemudian mencium dahi fathur dan kedua matanya kemudian kembali mendekap kepala kakaknya itu dengan air mata yang sama derasnya.

"Tidur ya, semuanya akan baik-baik saja" bisik sabrina dengan suara bergetar.

"Iya semuanya akan baik-baik saja" fathur membenarkan.

Mereka akhirnya memilih diam, dengan pikiran masing-masing. pelukan yang masih erat menandakan mereka belum terlelap. kalimat semuanya akan baik-baik saja hanya mereka yang tau maknanya.