Sebulan telah berlalu sejak kematian opa aryamadi, keluarganya kini kembali dengan rutinitas mereka. tidak ada yang bisa dilakukan selain mencoba ikhlas dan tabah. meski kabut duka itu masih bercokol dihati mereka tapi yang masih hidup jelas harus terus melangkah dan melanjutkan hidup mereka, karna cepat atau lambat semuanya pasti akan merasakan hal yang sama yaitu kematian. Seperti Oma yang justru terlihat lebih tegar dan menerima kehendak Tuhan dengan lapang dada. Ia mempercayai jika mereka berpisah hanya sementara, nanti di tempat yang abadi akan kembali dipertemukan dan disatukan.
Semenjak kematian opa, sabrina memilih tinggal untuk menemani oma. ia bahkan sengaja cuti demi menemani oma di masa berkabung. Hari ini adalah hari pertama dirinya bekerja setelah cuti, akibatnya ia langsung dihadapkan dengan setumpuk kerjaan yang menunggunya. Sejak menginjakkan kaki di butik, sabrina tidak pernah meninggalkan ruangannya lagi karna memilih menyelesaikan desain baju yang deadline. sangking seriusnya menekuni coretannya, ia sampai tidak menyadari seseorang masuk ke ruangannya.
"Assalamu Alaikum"
Sabrina terperanjat mendengar suara yang tiba-tiba itu. tapi hanya sebentar karna kini wajahnya tampak berseri seri setelah memastikan siapa pemilik saura yang mengejutkannya.
"Waalaikum salam kak!"jawab sabrina sembari menghampiri fathur.
Sabrina menyalimi tangan fathur sebelum masuk dalam rengkuhan kakaknya itu."udah makan?"tanya fathur setelah pelukan mereka terurai.
Sabrina meringis karna tau kalau jawabannya akan membuat kakanya marah "mau bohong tapi percuma, pasti kakak juga udah tanya sari di depan, aku udah makan atau belum" gerutu sabrina.
Fathur bergeming, menunggu jawaban yang lebih jelas dari sabrina meski ia udah tau. karna seperti kata sabrina, jika sebelum masuk ia sempat menanyakannya pada sari _asisten sabrina_. Fathur bertanya pun hanya untuk melihat kejujuran wanita itu.
"aku belum makan, kerjaanku lagi hectic kak karna abis cuti"
fathur menghela nafas pelan, lalu kembali membawa sabrina kepelukannya "kamu yang paling tau kalau kamu tidak boleh telat makan, magh kamu bisa kambuh ra"
"Maaf kak"
tidak ada pembelaan disaat dirinya memang salah. Fathur keras pada dirinya juga demi kebaikannya sendiri, jadi sabrina nggak pernah merasa keberatan apalagi tertekan dengan cara fathur menjaganya. Dari dulu begitu, bukan cuma soal makanan bahkan jadwal menstruasinya pun di hafal oleh fathur. setiap menjelang H-1, fathur akan menyiapkan semua yang dirasa bisa membantu mengurangi rasa sakit sabrina selama melewati tanggal merahnya itu. seperti obat, hot water bag, jamu dan coklat untuk menjaga mood swings Sabrina yang cukup mengerikan. Yap se-respeck itu! dan itu hanya sebagian kecil dari semua perhatian fathur pada sabrina.
"Jangan diulangi, sekarang kita makan siang oke"
sabrina mengangkat wajahnya dari dada fathur tanpa melepas belitan lengannya"oke! tapi kamu yang traktir" ucap sabrina sembari cengengesan.
Fathur tergelak, lalu mengangkat satu tangannya ke wajah sabrina untuk membawa rambut kecil yang menjuntai ke belakang telinganya "memang kapan kamu yang bayar kalau makan sama aku hm?"
Kini gantian sabrina yang tertawa, dia baru sadar jika selama ini dia memang tidak pernah membayar makanannya kalau bersama fathur "iya juga yah, kok aku baru nyadar" cetus sabrina geli.
"Jadi tuan putri, mau makan apa?"
Sabrina berpikir sejenak "ehm, ntar aja pas di jalan aku tentuin. Yaudah aku siap-siap dulu" putus sabrina.
Fatur hanya mengangguk tanpa melunturkan senyumnya, ia menyempatkan diri mengecup dahi adiknya itu sebelum berjalan keluar sambil merogoh ponsel di sakunya yang sedari tadi bergetar. Setelah membereskan meja kerjanya dan merapikan penampilannya, sabrina lalu menenteng tasnya menyusul fathur.
"Sar kakakku mana?"tanya sabrina pada sari yang menjaga di kasir.
"Oh pak fathur mungkin didepan ruang ganti mbak"
Sabrina mengerjit heran "Ngapain?"
Jelas Sabrina heran, karna butiknya Cuma dikhususkan untuk wanita. Jadi nggak mungkinkan fatur cobain dres disini?. mengenai bisnis yang ditekuni sabrina memang sudah berjalan di tahun ketiga, tepatnya setelah ia menyelesaikan studynya di ESMOD dan terbilang sukses. Bahkan kini bukan hanya sekelas istri pejabat yang memakai jasanya, tapi ia sudah bisa menggait para artis tanah air. Dan berkat keindahan setiap rancangannya, sabrina masuk dalam daftar 100 orang paling berpengaruh di Industri Fashion Dunia versi majalah Business of Fashion (BoF) london. Jadi wanita yang kini menginjak usia 25 tahun itu pantas untuk berpuas diri akan pencapaiannya hingga saat ini.
"Bantuin mbak El pilih baju kali mbak"
"Ha! daritadi?"
"Nggak tau juga sih mbak, soalnya waktu pak fathur keluar tiba-tiba udah ada mbak el di depan"
Sabrina cukup terkejut mendengar kedatangan El. ya meskipun butiknya memang langganan Elisa, tapi setaunya wanita itu masih di amrik. Sebelumnya juga nggak ada kabar kalau dia akan kesini, biasanya sehari sebelum ke indonesia pasti el menghubunginya, tapi ini? bahkan setelah el sudah ada di butiknya pun wanita itu belum menghampirinya untuk sekedar menyapa, kecuali kalau kedatangannya kini Cuma di khususkan untuk satu orang.
"Oh yaudah, kalau begitu aku titip pesan untuknya"
Sabrina menjalankan mini coopernya ke cafe yang akan menjadi tempat makan siangnya sambil menghubungi sahabatnya Bianca yang bekerja sebagai sekertaris di perusahaan periklanan.
"Kenapa bri?"
"Assalamualaikum"sindir sabrina.
"Waalaikum salam ukhtiku tersayaaang"
"Kalau tersayang samperin aku di cafe IYA sekarang, aku soalnya udah dijalan"
"Wah parah banget kamu! kalau aku ajakin selalu diduluin kakak kamu, eh sekalinya kamu yang ngajak malah dadakan gini" omel bianca.
"Maaf bi, ini aku udah sampai. kamu kesini yah, aku tunggu! dah emmuach assalamualaikum!"
tut
Sabrina buru-buru mematikan panggilannya, karna tidak mau memberi kesempatan bianca menolak. Untuk kali ini biarkan dia egois. Sabrina bukannya tidak suka makan sendiri, tapi dia membutuhkan bianca selaku mood boosternya. Setelah memesan makanan wajibnya dan juga Bianca jika makan di cafe itu, Sabrina mengambil ponselnya dan betapa terkejut ketika melihat panggilan 67 tak terjawab dari Fathur dan juga spam chatnya. Karna tidak ingin menghadapi kemarahan fathur, setidaknya sampai ia selesai makan. Sabrina pun memilih membuat ponselnya dalam mode silent dan membiarkannya tergeletak dalam tas.
"Permisi kak, ini pesanannya"
kedatangan pelayan membuat Sabrina terkejut, dia baru sadar kalau sedari tadi tengah melamun.
"Oh iya, makasih yah"balasnya ramah. "maaf mas, tapi saya tidak pesan minuman ini" tunjuk Sabrina pada gelas terakhir yang diletakkan sang pelayan.
Sabrina memang tidak memesah hot coklat, jadi kemungkinan besar pelayan itu yang salah bawa.
"Itu memang untuk kakak, anggap saja welcome drink hehe"
Sabrina ikut tertawa pelan menanggapi pelayan itu yang sudah pergi. ia memang langganan tetap IYA cafe makanya beberapa pelayan mengenalnya, dan sejak opa meninggal dia belum pernah kesini. jika Bianca adalah mood booster untuk Sabrina, maka Sabrina adalah mood booster-nya pelayan di IYA cafe dan bisa jadi semua pengunjung restoran terutama kaum Adam.
Tapi tawanya perlahan surut ketika matanya menangkap tulisan tangan dibagian gelas minuman pemberian pelayan tadi, yang sempat Sabrina baca nametag-nya yaitu arkan.
Apapun atau siapapun yang membuat kakak murung, jangan biarkan itu mengambil senyum kakak.
arkan❤️.
Sabrina kembali tersenyum saat tau maksud dari rejeki minumannya siang ini. ia sontak memendarkan pandangannya mencari pelayan tadi, yang ternyata sedang memperhatikannya dari balik meja kasir dengan senyum malu-malu. sabrina mengangkat minumannya sebagai tanda ia sudah melihat dan mengerti maksud special drink-nya itu.
"Kenapa kamu senyumin gelas sampai segitunya?"
Sabrina mendongak karna cukup terkejut mendengar teguran sang sahabat. Sangking senangnya dia jadi lupa jika tengah menunggu seseorang."Hehe minumannya enak" jawab Sabrina polos.
Bianca mendengkus kasar, ia masih dongkol dengan ulah sahabatnya yang kini memasang wajah tak berdosa meski tau jika ia telah berlaku curang!. untungnya siang ini bosnya tidak ada, jadi bianca bisa makan siang di luar. Sebagai seorang sekertaris sebagian waktunya adalah milik bos, jadi Bianca agak sulit mendapatkan kebebasan walaupun hanya untuk sekedar makan siang, Karna selain mengatur jadwal ia juga bertugas menjadi partner lunch bosnya itu.
"Ini udah aku pesanin, selera kamu masih sama kan?"tanya Sabrina.
"Seleraku memang masih sama bri, tapi aku juga pengen coba menu lain dong. masa itu-itu aja, memangnya kamu yang maniak kuitiau"jawab bianca gemas.
"Yaudah pesan lagi bi, nanti ini aku bungkus untuk sari"
Bianca menghembuskan nafas lelah "aku bukannya nggak mau kamu bungkusin karyawan kamu bri, tapi aku udah lapar banget. keburu aku pingsan kalau mau nunggu lagi"
"Maaf ya bi, itu juga alasanku pesanin kamu sekalian supaya kamu langsung makan nanti" sesal sabrina sungguh-sungguh.
"Hehe udah sih bri, kamu kayak baru kenal aku aja. aku mah segala macam diembat sayang"balas Bianca dengan kerlingan jahilnya.
Tidak akan ada yang tega menolak jika Sabrina telah memasang wajah memelasnya bak anak kucing minta makan, termasuk Bianca. Mata sayu Sabrina yang kata Bianca which eyes seakan menampakkan kelemahan dan kerapuhannya, yang membuat orang mudah terperdaya untuk menyayangi dan mengasihinya.
"Alhamdulillah, makan yuk aku juga udah laper" ucap Sabrina lega.
Mereka makan dengan tenang, sesekali mengomentari rasa makanan mereka yang tidak berubah. meski sudah cukup lama cafe ini buka, tapi mereka tetap mempertahankan cita rasanya, itulah kenapa sabrina dan bianca menjadikan cafe IYA di urutan pertama dalam list tempat wajib didatangi setiap minggu sekali.
"Tumben makan siang ajak aku" tanya bianca setelah menyeruput es jeruknya.
Sabrina tertawa pelan sembari mengedikkan bahunya pelan"anggap aja aku kangen sahabatku"seloroh sabrina.
"Kirain kamu ditinggal kakak kamu lagi" sarkas Bianca.
"kenapa juga kakakku mau tinggalin aku bi" wong aku yang tinggalin_lanjutnya dalam hati .
Giliran Bianca yang mengedikkan bahunya acuh"ya siapa tau"
"Kerjaan bagaimana? bos kamu masih sengsiin kamu?" tanya Sabrina mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Ugh aku malas banget bahas dia bri, yang jelas makin hari mulutnya tuh makin pedas tau nggak. Ampun deh! ngemilin cabe kayaknya tuh orang. heran, kok ada laki macam dia. komentar pedas netizen tentang Nisya sabyan aja, kalah pedas sama mulutnya. Untungnya cakep"
Cerocosan Bianca membuat sabrina tertawa hingga membuat sebagian pengunjung melirik ke meja mereka. Sabrina tidak heran lagi melihat tingkah sahabatnya itu. ketika Bianca lagi senang, marah atau sedih karna sesuatu dia bisa seheboh itu. orangnya yang ekspresif sangat berbeda dengan sabrina yang kalem dan tertutup. jadi mungkin itu juga yang membuat mereka bisa klop dan bersahabat, karna bisa saling mengimbangi. Tawa sabrina belum reda ketika ponsel bianca berdering.
"Oh my god! kayaknya bos aku ini memang jelmaan siluman. Look! dia seakan tau kalau dari tadi aku ghibahin dia!?" pekik Bianca sambil mengarahkan layar ponselnya pada Sabrina.
"Hati kalian udah terpaut kali"celetuk Sabrina kalem.
"Iihh amit amit! jangan sampai deh aku jadi istri dia. bukannya bahagia, aku malah jadi orang pesakitan kalau bareng sama dia" cerocos Bianca tanpa sadar kalau dia belum mengangkat panggilan bos nya.
"Aku Aminin deh. oh ya by the way aku nggak pernah bilang kalau kamu akan jadi istrinya"saut sabrina.
Baru saja Bianca ingin menyembur sabrina dengan berbagai sangkalannya, tiba-tiba panggilan bos nya kembali mengalun. Ia akhirnya memilih mengangkatnya sebelum bosnya sendiri yang langsung keluar dari ponsel untuk memakinya.
"Baik pak!" Bianca mematikan ponselnya lalu menoleh ke Sabrina dengan wajah menyesal.
"Aku harus balik kantor bri" ucapnya lesu.
"Its oky bi, aku juga sebentar lagi pulang"
"Siapa yang jemput kamu?"tanya bianca.
" Ehm Ada kak Fathur kok, dia udah dekat"
Bohong! Sabrina berbohong. jelas-jelas dia bawa mobil sendiri. Bianca memang belum tau kalau Sabrina udah diijinkan kembali membawa mobil sendiri 2 bulan lalu, setelah kecelakaan cukup parah setahun lalu. Kalau dia jujur pada bianca saat ini pasti wanita itu akan memaksa mengantarnya pulang, padahal ia juga tengah buru-buru.
"Ya ampun bri, aku akan ketemu langsung dengannya. Oh My good!!" pekik Bianca heboh.
"Sstt kita diliatin orang bi"bisik Sabrina yang malu karna semua orang kini memusatkan perhatiannya pada mereka.
"Liat aku bri! aku cantikkan? nggak ada belek kan? Sama_ ehm gigi aku aman kan dari cabe?" Bianca heboh sendiri ditempatnya, tidak peduli akan tatapan penasaran pengunjung lain.
Tapi secepat kilat wajah antusiasnya itu berubah lesu "Ck, walaupun aku secantik gigi hadid sekalipun tetap aja bagi kakakmu itu cuma kamu yang tercantik, cewek yang lain mah diliatnya alien"keluh Bianca dengan wajah muram yang membuat sabrina tertawa melihat kekonyolannya.
"Araku memang yang tercantik!"seru seseorang dari belakang sabrina.
Mata sabrina seketika membola ketika menyadari siapa yang mengintrupsi obrolannya dan bianca. Padahal tadi dia Cuma berbohong mengenai dirinya ingin dijemput. Ya tuhan baru aja coba berbohong udah kena azab. Sabrina mencoba menenangkan diri sebelum menghadapi fathur. namun pekikan bianca membuatnya tersentak.
"Innalillahi wainna ilaihi rojiuuuunn! Bu Susi tenggelamin aku dong!" Jerit Bianca.
sabrina refleks menendang kaki bianca agar wanita itu berhenti menjerit konyol. Seakan baru sadar, bianca berdehem pelan sambil memperbaiki tatanan rambutnya yang sebenarnya masih pada tempatnya.
"Ehm ha-y kak, long time no see you!" sapa bianca kikuk.
Bianca tiba-tiba diserang gugup ketika ditatap dengan tajam oleh fathur yang sialnya begitu hot dimatanya. Sebagai respon, fathur hanya mengangguk sekali, lalu mengalihkan tatapan tajamnya pada sabrina yang masih mempertahankan raut kalemnya.
"E-ehm maaf saya harus pergi, ada meeting dadakan soalnya"ucap bianca cepat ketika menyadari suasana menegangkan diantara Kakak beradik itu .
"Makasih bi, hati-hati yah"bisik Sabrina ketika bercepika cepiki dengan Bianca.
"Assalamualaikum" tanpa menunggu balasan salamnya, Bianca buru-buru ngacir dari hadapan pria yang terlihat sedang menahan amarahnya.
"Waalaikum salam" balas Sabrina pelan.
Sabrina memang gugup dan takut, tapi berusaha disembunyikannya dengan senyum bak malaikat yang tidak memiliki kesalahan, padahal ia telah membuat seseorang kelabakan mencarinya. Sedangkan Fathur sama sekali belum mengatakan apapun selain terus memandangi sabrina tanpa ekspresi yang berarti. Sabrina tau jika saat ini kakaknya tengah menahan amarah, apalagi mengingat dirinya yang pergi tanpa pamit atau sekedar mengirimkan pesan. Tapi dia udah nitip pesan ke sari, jadi seharusnya fathur tidak semarah ini kan?
"oh iya kalau begitu aku titip pesan untuknya, kalau kakak mencariku bilang aja kalau aku baru ingat ada janji dengan bianca"
"Kak Elisa mana kak"tanya sabrina.
Fathur diam
Pria itu malah mengambil tas sabrina, lalu menarik pelan adiknya keluar dari cafe. Sabrina yang sadar kalau dia belum membayar makanannya buru-buru menghentikan langkah panjang fathur, membuat wajah kakaknya itu makin seram saja.
"aku bayar dulu yah, makananku belum dibayar tadi"ucap sabrina pelan.
Fathur hanya mendengkus lalu kembali melanjutkan jalannya dengan menarik Sabrina yang berusaha menghentikannya.
"Maaf pak, dia bisa kesakitan kalau bapak menariknya seperti itu"
suara seseorang yang tiba-tiba menyela dari belakang berhasil menghentikan mereka. Amarah Fathur yang tadi surut kini makin berkobar, ketika melihat siapa yang berani menegurnya.
"Urusan denganmu apa?" tanya fathur menantang.
"bapak telah menyakitinya, jelas itu menjadi urusan saya!"
"memangnya kamu siapa ha? Jangan Cuma karna segelas coklat kamu sudah merasa berhak atas dirinya" balas fathur yang kini telah berdiri dihadapan arkan, orang yang menjadi pahlawan kesiangan untuk sabrina.
sebelum mengambil tas sabrina, ia tidak sengaja melihat gelas minuman yang lengkap dengan nama si pemberinya dan kebetulan sama dengan nametag pria yang bernyali menegurnya.
sabrina yang makin ketakutan karna menyadari emosi fathur yang sudah tidak terkendali segera menarik tangan kakaknya agar menjauhi arkan "udah yah, kumohon" bisik sabrina lemah. Ia kemudian menoleh ke arah arkan yang juga tidak gentar sama sekali "kamu hanya salah paham, kakak saya sama sekali tidak berniat menyakitiku. Sebaiknya kamu kembali bekerja" kata sabrina tegas.
Demi tuhan orang disekitarnya sudah mulai mencuri-curi lihat kearah mereka. Sabrina tidak ingin kalau fathur melakukan sesuatu yang akan merusak citranya selama ini. jadi sebelum fathur benar-benar menghajar pelayan itu, sabrina harus segera menghentikannya.
"Tapi kamu kesakitan"
"Saya tidak apa-apa!"sela sabrina cepat. "ayo kita pulang sekarang, biar aku jelasin dimobil. nggak enak dilihat orang" bisik Sabrina yang sudah mengapit lengan fathur.
sebelum benar-benar pergi, fathur melayangkan tatapan membunuh pada arkan yang sedaritadi memperhatikan mereka tanpa ekspresi. Tidak tau jika ia telah melakukan kesalahan fatal yang akan membuatnya kehilangan pekerjaannya.
"Kamu saya pecat!"
arkan dan sabrina seketika melotot tak percaya dengan kata-kata fathur, tapi mereka tidak sempat meminta penjelasan karna fathur yang sudah kembali berjalan, tapi kali ini dengan mendekap bahu Sabrina erat seolah ingin mempertegas sesuatu .