Pagi yang cerah datang memberkati dunia, burung-burung berkicau merdu menambah kesan nyaman. Aku terbangun dari tempat tidurku berjalan ke kamar mandi tuk membasuh muka. "Hoamm!" Ugh berjalan dengan nyawa masih melekat di kasur memang sangatlah susah.
"Selamat pagi ayah, selamat pagi ibu" Ucapku memberikan salam pagi. "Ah anakku sayang, selamat pagi" Ibuku melihatku berjalan dan menghampiri segera dengan kedua tangan melebar lalu memelukku.
"Apakah kamu lelah? Istirahat sebentar lagi, tidak baik terlalu memaksa tubuh" Lanjutnya sambil merapikan rambutku yang masih berantakan. "Tidak ibu, aku sudah tidak lelah aku ingin membasuh muka sebentar"
"Baiklah, setelah itu kemarilah dan sarapan pagi" "baik ibu"
Aku berjalan ke kamar mandi dan membasuh muka, dan seperti yang ibuku katakan aku kembali keruang makan tuk sarapan pagi. Saat aku kembali ayahku sudah tidak ada disana, ia pergi keluar sebentar ada beberapa hal yang harus ia lakukan.
Walaupun begitu aku merasa tidak nyaman dengan hal hal yang akan ayah lakukan itu. Dalam hati aku berkata 'semoga tidak ada kejadian yang tidak mengenakan'
...
Selesai makan, aku keluar rumah pergi ke halaman belakang bukan untuk latihan pedang namun belajar sihir. Aku ingat sebelum berpisah dewa itu mengatakan bahwa aku bisa mengendalikan dasar-dasar sihir elemen.
"Bagaimana caraku melakukannya?" Kebingungan menyelimuti pikiranku tentang bagaimana caraku mengeluarkan sihir, apakah aku harus melakukan hal-hal memalukan seperti yang ada di komik-komik? Tidak aku tidak akan melakukan hal yang paling memalukan (chunnibyou) itu.
Dalam keheningan sesaat, di dalam otakku membayangkan sebuah api muncul di telapak tanganku. Dan apa yang terjadi? Api itu ternyata benar-benar muncul!
Apakah di dunia ini hanya perlu membayangkan sebuah sihir tanpa perlu merapalkan? Tentu saja tidak b*d*h. Hanya beberapa orang saja yang bisa melakukannya. Yang aku tahu orang-orang menyebutnya 'pencerahan' saat mereka bisa mengeluarkan sihir tanpa merapalnya.
Aku membayangkan sebuah api di telapak tangan kananku, lalu membayangkan sebuah air di telapak kiriku dan benar saja kedua elemen itu muncul tanpa harus merapalkan.
[Sistem : God mengucapkan selamat kepada tuan telah mendapatkan sihir elemen Api]
[Sistem : God mengucapkan selamat kepada tuan telah mendapatkan sihir elemen Air]
[Sistem : God mengucapkan selamat kepada tuan telah mendapatkan sihir elemen Tanah]
[Sistem : God mengucapkan selamat kepada tuan telah mendapatkan sihir elemen Udara/Angin]
[Keempat skill berevolusi dan menyatu!]
[Sistem : God mengucapkan selamat kepada tuan telah mendapatkan skill elementalist]
"Woah! Apa keempat skill itu berevolusi dan menyatu!?" Aku kebingungan dengan apa yang terjadi pasalnya di dunia ini mendapatkan sebuah skill saja sangatlah susah, apalagi sampai merevolusi kan sebuah skill.
[Elementalist]
Skill yang dapat mengendalikan keempat elemen alam. Damage dan kecepatan serangan meningkat 3 kali lipat dibandingkan skill elemen dasar. Skill ini masih bisa berevolusi!
Mulutku terbuka lebar saat melihat deskripsi skill tersebut. Sebuah jackpot baru saja aku dapatkan, apakah sang dewa membantuku?
Aku jngin mencobanya, aku menutup mata dan membayangkan api muncul di telapak tanganku.
'Boom'
Api muncul di telapak tanganku namun itu sangat berbeda dari sebelumnya. Api yang sebelumnya berwarna merah cerah kini berubah berwarna merah kelam. Tak hanya itu, tekanan dan ukuran api itu juga beberapa kali lipa lebih mengerikan dibanding sebelumnya.
"I-inikah perbedaan skill dasar dan skill tingkat rendah? Lalu bagaimana dengan skill tingkat tinggi!?" Mau bagaimana aku melihatnya aku sangat kagum dengan apa yang aku saksikan hari ini.
Menurut informasi yang diberikan sang dewa, hanya segelintir orang yang bisa mengevolusikan skillnya sampai ke tingkat rendah. Jika diperkirakan, jumlah itu bahkan tak sampai ratusan orang. Sedangkan untuk skill tingkat tinggi, itu hanya beberapa orang saja.
Diriku masih terlelap dalam pemikiran ku, sampai-sampai aku tak menyadari bahwa ayahku sedang mencariku. "Richard! Anakku dimanakah kamu?"
"Ah maaf ayah aku tertidur di bawah pohon ini" balasku mematikan sihir lalu keluar dari balik pohon. Tak lupa juga aku memasang wajah seakan-akan masih mengantuk.
"Disitu rupanya, tangkap ini"
'Hup!'
"Pedang siapa ini ayah?" Tanyaku saat menangkap pedang yang dilemparkan Ayahku. "Sekarang itu punyamu, salah seorang temanku memberikannya padaku"
Tak mau banyak tanya, aku langsung mengayunkan seakan-akan sedang menguji kelayakan pedang tersebut. 'Pedang ini sangat ringan, ukurannya tidak terlalu besar dan juga pedang ini sangat tajam' Pujiku pada pedang tersebut.
Namun omong-omong soal pedang tersebut, siapa yang memberikan ayahku pedang ini? Apakah ayahku ini diam-diam memiliki teman orang kaya? Huh tidak baik membicarakan orang.
"Ayah aku akan melanjutkan latihan berpedang ini sekarang!"
"Apa kau yakin? Apakah kamu sudah mampu menjalankan latihan fisikmu?" Tanya ayahku yang sedikit kurang yakin. "Tentu saja ayah! Aku yakin staminaku ini sudah cukup untuk berlatih skill berpedang" Balasku senyum menyakinkan ayah. Walaupun aku hanya berlatih sedikit waktu, namun aku yakin aku sudah sangat siap. Karena apa? Karena stat Strength ku bertambah hampir 5 poin selama aku berlatih sampai hari ini.
"Baiklah kalau begitu kamu harus melakukan ayunan pedang untuk sisa hari ini"
"Hmm baik ayah" Aku sekali lagi melakukan ayunan pedang selama berjam-jam lamanya, tentu saja tanpa henti.
[Poin Strength meningkat 1 poin!]
Sampai waktu makan malam sudah hampir tiba. "Richard, Daniel waktu makan malam akan segera tiba! Cepat bersihkan tubuh kalian!" Teriak ibuku mengingatkan.
"Baik!!"
Aku segera berlari kerumah, lalu mandi dan dilanjutkan dengan makan malam seperti biasanya. Selama tiga hari ini poin Strength ku bertambah 6 poin. Walaupun itu terdengar sedikit, namun bagi tubuhku itu sangat terasa.
Sebelumnya aku cepat kelelahan namun hari ini aku tidak merasakan lelah. Tulang dan ototku juga mulai terbiasa dengan latihan fisikku. Aku yakin staminaku saat ini sama dengan stamina milih atlit maraton jarak jauh.
Saat ini diriku sangat yakin bahwa esok hari aku pasti berhasil mempelajari skill berpedang milik ayahku.
.....
Saat diriku masih dimanja oleh suasana hangat kedua orangtuaku. Suatu bahaya akan segera muncul dan menghampiriku. Sekelompok monster sedang berkumpul dan bersiap melakukan invasi ke penduduk desa yang tak lain adalah desa tempat tinggalku.
"Bagaimana dengan persiapan kita?" Ucap salah satu monster. "Sudah siap rajaku, kita memiliki lebih dari 20 monster rendah"
Monster memiliki beberapa tingkatan, yaitu tingkat rendah, menengah dan tinggi. Monster tingkat rendah tidak bisa berbicara dan juga akal pikiran. Mereka seperti mayat hidup yang memiliki kekuatan didalamnya.
Sedangkan untuk monster tingkat menengah, mereka sudah bisa berbicara dan berpikir. Biasanya monster tingkat menengah akan mencari gerombolan monster tingkat rendah untuk dijadikan prajurit atau bawahan.
Monster tingkat tinggi sangatlah berbahaya, dahulu kala monster tersebut muncul dan meratakan 2-3 kota. Kekuatan monster tersebut sangat luar biasa, sampai-sampai membutuhkan orang-orang kuat berlevel lebih dari 50
"Bagus, dalam 2 hari lagi tepat saat bulan purnama merah kita akan menyerang para penduduk. Kita akan mempersembahkan mereka untuk sang raja iblis! Hahahah"
"Kau benar rajaku! Hahahaha"