"Siapa?" suara Dave terdengar dari dalam ruangannya.
"Bianca.." jawab Bianca dengan nada manja.
"Masuk Bi," ujar Dave.
Bianca masuk ke dalam ruangan Dave. Hal pertama yang menarik perhatiannya adalah Dave dalam balutan kemeja putih dengan blazer hitam yang amat menawan bagi Bianca.
"Kok bisa dulu parah banget sekarang ganteng banget ya," ujar Bianca dalam hati.
"Hai Dave," sapa Bianca.
"Kenapa Bi?" tanya Dave.
"Ini, gue mau nganterin ini," Bianca menunjukan paperbag yang berisi makanan yang ia bawa.
"Ngapain sih lo pake repot-repot?" tanya Dave.
"Enggak repot kok. Gue sengaja bawain ginian biar lo bisa dapet asupan yang manis-manis Dave. Ini jelly, seger, dingin, manis, pasti lo suka," Bianca mendekati meja Dave yang kebetulan sedang tidak ada berkas karena baru saja Dave selesai menandatangani semua berkas yang harus dibawa hari ini.
"Oke Bi, makasih ya.." ujar Dave. Ia mengulurkan tangannya untuk mengambil tas yang ada di tangan Bianca. Bukannya memberikan tas yang ingin diberikan kepada Dave, Bianca malah menyentuh tangan Dave. Dave mengerutkan kening melihat apa yang Bianca lakukan.
"Dave..." panggil Bianca dengan manja. Belum sempat Dave menjawab, Bianca sudah duduk di meja Dave, tepat di hadapan Dave. Dave menelan ludahnya. Tubuh Bianca yang terbalut outer tipis berwarna pink membuat Dave bisa melihat tangtop hitam yang ada di dalam outer Bianca.
Dave yang masih duduk di kursi harus menguatkan pikiran dan otaknya untuk tidak terus-menerus terpaku melihat Bianca yang duduk di atas meja di hadapannya. Mengetahui Dave yang konsentrasinya sudah mulai terganggu, Bianca bukannya menghindar malah semakin jadi. Bianca menaikkan kakinya ke pegangangan kursi yang diduduki oleh Dave.
Kaki panjang Bianca yang dibalut celana hitam ketat kembali membuat Dave harus menelan ludah. Dave belum pernah dihadapkan dengan situasi seperti ini. Bianca benar-benar membuatnya mabuk kepayang.
"Lo ngapain Bi?" tanya Dave. Tidak. Yang ada pada hatinya bukanlah apa yang ia ucapkan. Hatinya sudah tahu Bianca akan melakukan apa, tapi mulutnya malah bertanya apa yang Bianca lakukan sekarang padanya.
Di luar, Viona baru saja turun dari mobilnya, ia melihat jam tangannya yang menunjukan pukul 12.05. Viona berjalan ke arah lobby Tana Corp, bersamaan dengan Bianca yang baru saja masuk ke dalam ruangan Dave.
Viona memandang makan siang yang dibawakannya untuk Dave dengan senang.
"Pasti Dave suka banget menu hari ini," ujar Viona.
Viona menghampiri resepsionis.
"Permisi mbak, Pak Dave nya ada?" tanya Viona.
"Ada bu, tapi Pak Dave sedang ada tamu," ujar si resepsionis.
"Tamu nya baru dateng apa udah daritadi mbak?" tanya Viona lagi.
"Baru saja datang bu," jawab si resepsionis.
"Oh gitu, yah pasti lama itu sih. Heran sama tamunya Dave deh, sering banget kayak gitu dateng pas jam makan siang. Kayak nanti habis makan siang enggak ada waktu aja. Yaudah mbak kalo gitu, saya titip ini aja ya biasa," Viona menyerahkan satu tas isi makanan yang ia masak untuk Dave kepada si resepsionis.
"Oh iya baik bu," ujar si resepsionis.
Viona berjalan ke luar lobby. Baginya, sudah bukan hal yang baru bagi Dave menerima tamu saat jam makan siang. Dave seringkali terpaksa harus menunda makan siangnya karena tamu yang datang begitu penting hingga tidak bisa ditunda.
Viona keluar dari Tana Corp. Tiba-tiba ia merasa perutnya keroncongan. Viona menyadari bahwa sejak pagi ia belum makan. Ia memang sengaja belum makan karena rencananya ia ingin makan bersama Dave tadi.
"Makan dulu aja kali ya," ujar Viona pada dirinya sendiri. Viona tidak jadi berjalan menuju parkiran, ia berbelok ke arah sebuah café yang terlihat cukup ramai di sebelah kantor Dave.
Viona masuk ke dalam café tersebut, untungnya ia masih bisa menemukan kursi kosong di tengah hiruk-pikuknya suasana café pada jam istirahat tersebut. Viona duduk membelakangi jendela café. Ia mengacungkan tangannya untuk memanggil waitrres yang menjaga café.
Seorang waitres laki-laki berperawakan manis menghampirinya. Ia membawa sebuah buku menu.
"Silahkan dipesan ya kak," ujar waitres ramah.
"Menu andalannya di sini apa mas?" tanya Viona.
"Nasi goreng sea food nya di sini selalu jadi favorit kak," ujar si waitres.
"Oke saya pesan itu aja, pedes ya mas. Sama jus mangganya satu, air mineral satu," ujar Viona.
"Baik kak, ditunggu ya kak," ujar si waitres.
Viona memainkan ponselnya sambil menunggu pesanannya tiba. Viona menyadari sepertinya ia jarang sekali aktif di social media pribadinya sejak menjadi ibu dan menjalani bisnis kuenya di rumah. Ia hanya aktif di social media toko kue nya untuk mempromosikan kuenya.
Viona membuka-buka instagram.
Ting..
Ada sebuah notifikasi masuk, tapi bukan dari instagramnya. Viona mengerutkan kening.
"Oh iya dulu kan Dave juga pernah login di sini, oh berarti notifikasinya masih masuk nih," ujar Viona pada dirinya sendiri.
Viona membuka notifikasi instagram Dave. Ternyata Dave mendapat banyak tag dari teman-temannya waktu reuni kemarin. Viona membuka-buka foto-foto mereka. Hanya beberapa foto yang menampilkan mereka sedang tersenyum lebar di kamera.
Viona mengklik salah satu foto, dan keluar beberapa nama akun instagram teman-teman yang ada di dalam foto tersebut. Ada Marisa, dan beberapa yang lain. Ada satu nama yang sedikit membuat Viona tertarik.
Bianca0206.
"Ini Bianca bukan ya?" pikir Viona.
"Lah iya pasti Bianca lah, siapa lagi kalo bukan dia," ujar Viona pada dirinya sendiri.
Viona menekan profilnya, ada sebuah bulatan merah di foto profilnya yang berarti ia baru saja membuat instastory. Viona scroll ke bawah, ke foto-foto yang diposting Bianca di instagram. Bianca terlihat begitu cantik, begitu elegan dan berpendidikan.
Viona benar-benar merasa wajar jika banyak laki-laki yang jatuh hati pada wanita secantik Bianca. Dari profil instagramnya pun terlihat bahwa pekerjaan Bianca adalah seorang model. Ia sering berfoto dengan gaya yang sering Viona lihat di ajang pencarian top model.
"Cantik banget ya ampun," pikir Viona.
Tiba-tiba perasannya menjadi insecure. Dave dulu sempat menyukai Bianca. Dan kemarin Bianca dengan sengaja datang hanya untuk memberikan kue, yang Viona yakin bahwa itu bukanlah Cuma-Cuma. Apa semua temannya kemarin dibawakan kue oleh Bianca?
Viona scroll kembali ke atas, bermaksud melihat instastory Bianca.
"Permisi kak. Ini pesanannya," kegiatan Viona mengecek instagram Bianca teralihkan oleh waitres yang mengantarkan makananan untuknya. Viona langsung menutup ponselnya.
"Terimakasih ya mas," ujar Viona kepada si waitres ramah tersebut.
"Sama-sama kak, semoga harinya menyenangkan ya kak. Saya permisi ke belakang dulu, nanti kalo ada apa-apa silahkan panggil kami lagi," ujar si waitres. Viona mengangguk.
Yang Viona tidak tahu adalah, jika saja ia membuka instastoty Bianca, maka ia akan melihat sesuatu yang membuat hari-harinya tidak akan pernah terasa menyenangkan.