Dave menarik nafasnya, ia harus berusaha agar tidak panik, walaupun dalam kepalanya berbagai pertanyaan menghantuinya. Apa tadi Viona melihat Bianca yang baru saja keluar dari ruangannya? Kira-kira apa yang ada di pikiran Viona jika ia melihat Bianca? Apa Bianca sudah pergi duluan sebelum ia bertemu dengan Viona.
"Oke suruh masuk aja 5 menit lagi, saya mau ke toilet sebentar," ujar Dave kepada resepsionisnya.
Dave membereskan kursi yang sudah berjalan jauh dari tempat yang seharusnya, ia juga membenarkan posisi dasinya. Dave pergi ke kamar mandi yang ada di ruangannya, mencuci wajahnya agar tidak terlihat terlalu kalut.
Di luar, resepsionis memberitahu kepada Viona bahwa ia bisa masuk 5 menit lagi karena Dave sedang ke kamar mandi.
"Bu, Pak Dave bilang bahwa ibu bisa masuk 5 menit lagi, Pak Dave sedang di kamar mandi," ujar resepsionis.
"Oh Cuma lagi di kamar mandi, tamunya udah pergi emang?" tanya Viona.
"Sudah bu," jawab si resepsionis.
"Oh yaudah kalo gitu saya masuk aja sekarang, kalo Cuma di kamar mandi mah enggak apa-apa saya tunggu di ruangannya," ujar Viona sambil tersenyum kepada resepsionis.
"Oh iya bu silahkan," ujar resepsionis.
"Baik makasih ya.."
"Iya bus ama-sama," jawab si resepsionis.
Viona berlalu untuk masuk ke dalam ruangan Dave diiringi tatapan kagum dari Rosita.
"Gile itu perempuan, udah mah cantik, wangi banget. Keliatan berkelasnya. Mana baik, ramah. Sempurna. Beruntung banget Pak Dave dapetin istri kayak gitu," ujar Rosita pada dirinya sendiri.
"Eh Rosita," resepsionis yang bernama Rosita menoleh, ternyata ada seorang karyawati bernama Tika memanggilnya.
"Eh mbak Tika, kenapa mbak?" tanya Rosita.
Tika menghampiri Rosita, ia melihat-lihat ke arah Viona pergi. Memastikan bahwa suaranya tidak akan didengar oleh Viona.
"Lo tau enggak Ros, tamu yang dateng tadi tuh siapa?" tanya Tika.
"Ya tau lah itu kan ibu, istrinya Pak Dave. Ih lo gimana sih," ujar Rosita.
"Yee bukan yang itu, yang sebelumnya, yang cantik banget itu. Gue tau orang gue liat lo juga yang nerima kok," ujar Tika.
"Oh iya yang tadi, enggak gue enggak kenal. Dia Cuma bilang udah janji sama Pak Dave," ujar Rosita.
"Dia itu selingkuhannya tauu," ujar Tika dengan bibir di monyong-monyongkan khas sinetron di televisi.
"Dih gosip aja lo," ujar Rosita. Track record Tika di kantor memang sudah tidak diragukan lagi. Ia sudah menyandang predikat ratu gosip di kantor. Semua berita-berita sudah pasti ia tahu.
"Lah lo mah enggak percaya," Tika mendekatkan tubuhnya kepada Rosita. Semakin dekat hingga suara mereka hanya mereka yang mendengar.
"Tadi tuh gue lewat depan ruangannya Pak Dave, si cewe itu lagi duduk di mejanya Pak Dave. Pak Dave nya duduk di kursi, ngapain coba menurut lo mereka kalo enggak macem-macem?" tanya Tika.
"Masa sih?" tanya Rosita dengan pandangan tidak percaya.
"Yeee enggak percaya amat lo. Kemampuan gue baca situasi kok masih diragukan aja," ujar Tika kesal.
"Tapi kan Pak Dave track recordnya bagus. Mana mungkin dia kayak gitu," ujar Rosita.
"Yeee laki, kalo disodorin kayak gitu siapa sih yang enggak mau," ujar Tika.
"Ah udah ah males kalo sama lo mah ngegosip mulu. Udah sana gue mau kerja lagi," ujar Rosita.
Viona masuk ke ruang kerja Dave. Rapih seperti biasa. Viona melihat ada 2 bungkusan yang ada di sebelah meja Dave. Yang satu jelas bungkusan makan siang yang ia berikan, sedangkan yang satu ia tidak tahu dari mana.
Tiba-tiba Viona mencium sebuah aroma. Aroma yang harum sekali.
"Kok kayak pernah cium ya aroma ini," ujar Viona.
"Hm dimana ya? Tapi kayak bukan pengharum ruangan," ujar Viona lagi pada dirinya sendiri.
"Eh, kamu.." ujar Dave. Ia kaget kenapa Viona sudah masuk ke dalam ruangannya, seingatnya tadi ia bilang pada resepsionis untuk 5 menit lagi Viona baru masuk.
"Iya sayang, kamu belom makan?" tanya Viona. Wajahnya memandang bungkusan makanan yang ia bawakan yang masih utuh.
"Iya aku belom makan, sibuk terus daritadi," ujar Dave. Ia menghampiri Viona, mencium pucuk kepalanya.
"Yaudah makan gih. Itu ada 2 bungkusannya dari mana?" tanya Viona.
"Oh ini tadi office boy bawain dari karyawan ada yang ulangtahun katanya. Tapi aku makan makanan kamu aja," ujar Dave.
"Oh yaudah.." jawab Viona. Dave Kembali duduk di kursinya. Ia mulai dengan membuka makan siang yang dibawa oleh Viona.
"Eh sayang, ini aroma ruangan kamu enak banget deh. Apa sih pewanginya?" tanya Viona.
"Ya mana aku tahu sayang. Aku kan tinggal duduk aja, enggak pernah ngurusin mau pake pewangi apa kek." Ujar Dave geli. Ia kadang suka heran dengan Viona yang begitu memperhatikan detail. Terlalu detail.
"Ya kirain kamu yang request kan bisa aja. Abis wangi banget. Beda banget sama pewangi yang sering kita pake di rumah. Kalo ada kan aku juga mau. Tapi ini lebih kayak wangi perfume sih dari pada pewangi ruangan," ujar Viona.
Dave mengerutkan kening, dengan mulut yang masih penuh dengan nasi, ia mencoba untuk mencium aroma harum apa yang dimaksud Viona.
"Hm jangan-jangan ini parfumenya Bianca," ujar Dave dalam hati.
"Ah enggak tahu aku sayang," ujar Dave. Dave bukan tidak tahu, tapi ia takut salah bicara. Karena ia yakin yang dimaksud Viona adalah harum parfume nya Bianca. Demi menyembunyikan perasaan deg-degannya, Dave makan sambil menunduk, seolah-olah ia begitu menikmati makan siangnya.
"Hm yaudah nanti coba aku tanya sama resepsionis yang di depan deh, mungkin dia tahu, kalo enggak ntar aku tanya office boy nya sekalian. Abis enak banget wanginya," ujar Viona.
"Hhaha kamu tuh ya, perkara ginian aja beneran kepikiran,," ujar Dave.
"Hehehe, you know me so well lah. Yaudah sayang, aku pulang dulu ya. Tadinya aku mau makan siang sama kamu, tapi ternyata kamu ada tamu tadi, jadi aku makan siang duluan. Yaudah kamu makan deh, jangan sampe lupa makan ya," ujar VIona. Ia mencium kening Dave.
"Iya sayang," jawab Dave.
Viona keluar dari ruangan Dave. Dave menghembuskan nafas lega. Seumur hidupnya selama ia menikah, bahkan sejak masih pacarana dengan Viona, Dave tidak pernah berbuat macam-macam. Kini dirinya dihadapkan dengan cobaan yang selalu ia hindari.
Dave makan makanan Viona dengan lahap. Sesungguhnya ia sudah lapar sejak tadi, tapi kehadian Bianca membuatnya jadi skip makan. Dave tidak habis pikir kenapa Bianca melakukan ini padanya. Kenapa Bianca menggodanya yang jelas-jelas sudah mempunyai istri? Kenapa tidak menggoda laki-laki lain?
"Ah tapi enggak boleh. Viona itu satu-satunya Wanita yang harus gue sayangin," tekad Dave dalam hati.