Chereads / (UN)BREAKABLE TRUST / Chapter 15 - Bianca yang agresif

Chapter 15 - Bianca yang agresif

"Lo mau ngapain Bi?" tanya Dave.

"Kenapa sih Dave?" Bianca semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Dave. Keringat dari dahi Dave bercucuran, ia merasa ruangannya semakin panas.

"Ini AC belom diservice kali ya," ujar Dave.

"Ah bisa aja lo," Bianca turun dari meja Dave. Ia berjalan memutar, Bianca berdiri di belakang Dave. Bianca mendekatkan wajahnya ke arah tengkuk Dave.

"Dave…" Bianca berbisik persis di telinga Dave.

"Bi.." ucap Dave takut. Ia benar-benar harus menghentikan ini, itu yang otaknya pikirkan. Tapi hatinya, hatinya senang mendapatkan perlakuan seperti ini dari Bianca. Dave ingin sekali menolak Bianca mentah-mentah, tapi tubuhnya seolah menginginkan Bianca. Dave seperti kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. Ia membeku, tidak bisa bergerak sama sekali dari tempatnya duduk.

Cup.

Kecupan kecil mendarat di pipi Dave. Dave benar-benar membenci dirinya yang tidak bisa berkutik ketika itu terjadi. Dave hanya diam mematung, membiarkan Bianca 'bermain'.

"Dave, kamu tuh ganteng banget," bisik Bianca tepat di telinga Dave. Bulu-bulu halus di tengkuk Dave berdiri. Hembusan nafas Bianca seolah menghipnotisnya. Tangan Bianca tanpa Dave sadari sudah melingkar di leher Dave. Aroma manis coklat yang menguar dari tubuh Bianca semakin menambah rasa senang Dave.

Cup..

Sebuah kecupan di leher Dave mendarat lagi. Bianca benar-benar senang melihat reaksi Dave. Ia tahu, jauh dalam rasionalitas, Dave menolaknya. Tapi tubuhnya sama sekali tidak bisa berbohong, respon tubuhnya terhadap setiap sentuhannya mengutarakan bahwa Dave benar-benar menginginkan Bianca.

Dave bahkan tidak bisa mengontrol bahwa ada sesuatu pada tubuhnya yang mengeras akibat dari apa yang Bianca lakukan, namun untungnya pada saat itu Bianca tidak menyadari hal itu.

Bianca mengeluarkan ponselnya, membuka aplikasi instagram. Ia menekan tulisan tambahkan stori. Setelah merasa sudah di angel yang tepat, Bianca mulai merekam.

"Hai gaissss sekarang aku lagi ada di kantor temen baikku nih, namanya Dave. Dave say hi dong sama followerskuu.." ujar Bianca manja.

"Hai.." Dave melambaikan tangan ke kamera yang dipegang oleh Bianca.

"Okee bye guysss.."

Cup

Lagi-lagi Bianca mengecup Dave, kali ini di pipi Dave yang satu lagi.

"Bi ya ampun itu kan di instagram!" ujar Dave panik. Otaknya tiba-tiba kembali pada realita.

"Emang kenapa kalo di instagram?" tanya Bianca.

"Nanti kalo istri aku liat gimana?!" hardik Dave. Binaca tersenyum kecil, Dave sudah menyebut dirinya dengan aku, hm sebuah kejutan bagi Bianca. Bianca yakin Dave sudah masuk ke dalam perangkapnya kali ini. Ia yakin Dave tidak akan bisa pergi lagi.

"Istri kamu kan enggak temenan sama aku, santai aja kali Dave," ujar Bianca.

"Hapus Bi," pinta Dave.

"Nope.."

"Bi.. Hapus ya.." pinta Dave lagi.

"Oke ini akan aku hapus, dalam waktu 30 menit kalo kamu mau turutin apa yang aku mau," ujar Bianca.

"Emang kamu mau apa?" tanya Dave.

"Aku mau sesuatu yang enak, buat kamu, buat aku juga kok Dave.." Bianca memainkan dasi Dave.

"Kamu ini kenapa sih Bi?" tanya Dave dengan nada putus asa.

"Enggak usah sok-sok tanya kenapa kalo kamu juga nikmatin," Bianca berbisik mesra di telinga Dave.

"Oke jadi kamu mau apa?" tanya Dave.

Bianca menarik dasi Dave, Dave mengikuti permainan Bianca. Ia berdiri, tepat di hadapan Bianca. Tinggi Dave yang sedikit lebih tinggi dari Bianca mengharuskannya sedikit menunduk untuk memandang Bianca. Dari sisi Dave, terlihat dengan jelas bentuk gunung kembar yang ada di balik tangtop Bianca yang ketat.

Bianca tiba-tiba memeluk Dave. Erat sekali. Aroma parfum, sabun dan shampo Bianca menguar begitu saja ketika ia memeluk Dave. Bianca benar-benar memabukkan Dave.

"Kamu suka kan Dave?" tanya Bianca.

Dave tidak menjawab pertanyaan Bianca. Menurutnya, laki-laki normal mana yang tidak suka diperlakukan seperti ini oleh seorang wanita cantik, dengan tubuh yang ideal serta harum yang memabukkan.

"Dave, kamu sayang enggak sama istri kamu?" tanya Bianca masih dalam posisi memeluk Dave.

"Sayang Bi.." jawab Dave. Ia mengelus dengan lembut pucuk kepala Bianca. Rambutnya yang halus menyentuh indra peraba Dave dengan sangat sopan. Reflek Dave membuat senyum Bianca semakin lebar dalam pelukan Dave.

"Trus kenapa sekarang kamu mau aku peluk kalo kamu sayang sama istri kamu?" tanya Bianca.

Dave tetap tidak menjawab. Ia masih mencintai Bianca, ia tahu itu. Tapi moral Dave menyatakan bahwa ini tidak benar. Tidak ada yang benar dalam perselingkuhan, apapun alasannya. Dave tahu itu, tapi bagaimana caranya ia bisa menolak Bianca?

"Kamu enggak berubah ya Dave, tetep aja pengecut," Bianca tiba-tiba melepaskan pelukannya pada tubuh Dave.

"Maksud kamu apa?" tanya Dave. Nadanya meninggi mendengar ucapan Bianca.

"Kenapa? Kamu enggak terima aku ngomong kayak gitu?" tanya Bianca menantang.

"Aku bukan pengecut, aku cuma enggak mau keluargaku dalam masalah, aku mau setia sama istriku. Kehadiran kamu yang bikin semuanya jadi sulit Bi," ujar Dave dengan nada frustasi.

"Halah sayang keluarga kamu jadiin alasan. Dari dulu kamu udah suka sama aku tapi kamu enggak pernah berani untuk sekedar say hello kan. Sampe akhirnya sekarang kamu nikah sama istri kamu padahal kamu masih mau dan sayang sama aku," Bianca duduk di kursi tamu yang ada di ruangan Dave. Ia mengambil ponselnya, membuka instagram dan menghapus story nya.

"Udah gue apus ya, percuma juga gue mau deketin lo kalo lo nya emang udah pengecut dari dulu," ujar Bianca. Ia keluar dari ruangan Dave dengan perasaan kesal.

Dave terduduk termenung di mejanya, di satu sisi ia merasa bersalah dengan Bianca. Ia yang sudah 'mengundang' Bianca untuk masuk. Dengan menemaninya di coffee shop kala itu , tidak menolak ketika dicium, dan kali ini ia tetap tidak bisa menolak ketika Bianca memeluknya.

Dave mengacak-acak rambutnya. Apa benar yang dikatakan Bianca bahwa ia pengecut? Ia tidak merasa dirinya pengecut. Lalu mengapa sejak dulu ia hanya selalu memperhatikan Bianca dari jauh? Karena pernah ditolak.

Baru ditolak 1 kali dan ia menyerah? Benar pengecut. Tidak, ia tidak pengecut, hanya rasionalis. Ia tahu dirinya dan Bianca terlalu jauh, makanya ia tidak melanjutkan mengejar Bianca secara terang-terangan. Lalu, kenapa sekarang ia tidak menolak ketika Bianca melakukan kontak fisik? Dirinya tahu ia sudah memiliki Viona dan Ilona, 2 orang yang paling berharga dalam hidupnya dan ia tahu, ia tidak akan sanggup hidup tanpa keduanya.

Segala pikiran berkecamuk dalam otaknya, segala pembenaran dan penyangkalan saling bergumul satu sama lain. Dave mengacak-acak rambutnya.

Kring..

Suara telpon di ruangannya menyadarkan Dave dari lamunan pikiran kalutnya. Dave melirik ke arah jam dinding di ruangannya, sudah pukul 1 lebih, mungkin ada pekerjaan yang memang harus ia kerjakan, pikir Dave.

"Ya.." Dave menjawab telpon dalam deringan ketiga.

"Pak, ada ibu di sini," ujar si resepsionis.