Guzel membereskan meja kerjanya karena waktu sudah menunjukkan pukul lima sore sudah saatnya dia pulang, sesekali dia menunduk memeriksa ponsel nya berharap Shawn mengirimkan dia pesan atau menelfon nya, seharian ini pun Guzel tidak melihat batang hidung lelaki itu.
" Dimana dia, kenapa Shawn tidak menghubungiku " batinnya
Begitu keluar dari gedung Ezland Clinton Group langit sudah terlihat gelap dan sepertinya akan turun hujan dan benar saja begitu Guzel masuk kedalam mobilnya hujan pun perlahan mulai turun.
Sudut bibir Guzel terangkat membentuk senyuman, begitu melihat nama lelaki kesayangannya muncul di layar ponsel dan dengan cepat Guzel menggeser tombol hijau.
" Hai Sayang " dua kalimat itu berhasil membuat wajah Guzel bersemu merah seperti kepiting rebus saking bahagianya mendengar ucapan Shawn
" Kau dimana? " tanya Guzel yang masih menetralisir degupan jantung nya
" Bandara "
" Bandara? Apa kau akan pergi lagi? " Guzel kini tidak bisa lagi menyembunyikan rasa sedihnya, kenapa Lelaki itu selalu saja pergi tanpa pamit dan akan datang tanpa memberi kabar padanya
" Aku akan pergi ke Melbourne ada pekerjaan yang harus aku selesaikan "
" Kapan kau akan kembali? "
" Secepatnya "
Guzel menghela nafas berat pandangan nya beralih keluar jendela mobil hujan di luar sana semakin lebat tapi tidak menghalangi aktifitas di kota Sidney.
" Baiklah.... "
" Jaga dirimu "
" Kau juga..... Aku mohon cepatlah kembali karena aku akan sangat merindukan mu " lirih Guzel namun masih bisa di dengar oleh Shawn.
" Shawn... Kita harus segera berangkat " terdengar suara Xavier yang memanggil Shawn
" Aku pergi dulu "
" Aku mencintaimu Shawn.... " Ujar Guzel sebelum mengakhiri sambungan telfonnya.
*******
" Apa kau sudah memberitahu Guzel? " tanya Xavier ketika mereka sudah berada di dalam pesawat
" Sudah " jawab nya singkat
" Lalu bagaimana dengan Cassandra? Dia masih menunggumu, aku harap kau segera menyelesaikan semua masalah mu terlebih lagi tentang Nenekmu " ujar Xavier dengan raut wajah serius sedangkan Shawn hanya diam.
Cassandra memang akan menjadi batu sandungan untuk hubungan Shawn dan Guzel, karena gadis itu sudah di pilih oleh nenek nya untuk menjadi menantu di keluarga Ezland. Belum lagi dia harus berhadapan dengan ibunya yang selalu menjunjung tinggi kasta keluarga mereka.
" Shawn aku ingin bertanya padamu dan aku harap kau pikirkan baik-baik sebelum kau menjawab " ucap Xavier
" Apa kau benar-benar mencintai Guzel? " Xavier tidak ingin sahabat nya itu melakukan kesalahan.
" Yang aku tahu Guzel sekarang milikku " jawab Shawn dengan pandangan jauh kedepan
Xavier terkekeh mendengar jawaban sahabat nya, dia tahu kalau sebenarnya Shawn perlahan sudah mulai mencintai Guzel tetapi lelaki itu hanya belum berani mengakuinya.
" Berapa lama kita akan berada di Melbourne? tanya Shawn yang mengalihkan pembicaraan mereka
" Dua minggu... Aku harap kau tidak buru-buru untuk kembali ke Sidney " gurau Xavier
Dua minggu? Itu artinya selama itu juga dia tidak akan bertemu Guzelnya, gadis yang selalu membuat mood Shawn berubah-ubah karena tingkah lakunya.
" Aku tidak tahu apakah ini benar-benar cinta, yang aku tahu gadis nakal ini adalah milikku... Hanya milikku " batin Shawn yang menatap foto Guzel di layar ponselnya, dan entah sejak kapan foto gadis itu sudah ada di ponselnya.
********
Mungkin dulu Guzel tidak pernah perduli dengan keberadaan Shawn, tapi berbeda dengan sekarang setelah dirinya memiliki hubungan erat dengan lelaki itu rindu selalu muncul setiap harinya seperti sekarang,Guzel hanya duduk di ruang pribadi Shawn hanya untuk melepas rindunya.
Guzel sengaja tidak menghubungi Shawn karena takut mengganggu lelaki itu, figura besar yang tergantung di dinding menampakan betapa tampannya Shawn, gadis manapun pasti akan tergila-gila padanya. Meskipun umurnya hampir menginjak di angka empat puluh tapi tidak mengurangi betapa gagahnya Shawn.
" Aku merindukan mu " gumam Guzel menatap lekat figura itu.
" Sudah tiga hari tapi kau belum juga menghubungi ku, apa kau begitu sangat sibuk hingga tidak bisa menyempatkan waktu untuk memberikan ku kabar " gerutu Guzel yang menghempas tubuhnya ke atas ranjang yang berukuran king size.
Bau harum maskulin di dalam kamar itu semakin membuat Guzel merindukan sosok Shawn.