'Mahar?'
Satu kata itu layaknya sebuah batu kerikil yang dilemparkan Salim ke permukaan hati Arsia. Memang hati Arsia sedang tidak tenang permukaannya, ada banyak riak-riak yang terbentuk di atasnya dan membuat cekungan di sana. Dan Salim baru saja menambahkan satu riak lagi ke sana.
Arsia memang tidak berkata kalau dia akan membatalkan rencana pernikahan mereka setelah mengetahui kebenaran yang mengusiknya tentang calon suaminya, yang sebenarnya bukanlah salah Salim. Namun dia juga tidak berkata bila dia akan melanjutkan rencana tersebut. Dia hanya diam mengenainya.
'Sekarang aku punya alasan yang lebih kuat untuk membatalkannya', dalam benaknya Arsia berbisik goyah.
Ya, benar Arsia memiliki alasan yang lebih kuat, yang sayangnya, tetaplah tidak mampu untuk merubah pilihan yang dia miliki. Ingatlah bila situasi yang dihadapinya lebih kompleks dari sekedar 'tidak ingin menikah' dan 'ingin menikah'.