Istanbul 1617, 1 bulan sebelum Salim bertemu Arsia
Jauh di balik tembok istana Topkapi yang kokoh dan mewah, dua orang penjaga membuka pintu yang berada tepat di hadapannya. Kedua pintu besar yang terbuat dari kayu berwarna coklat gelap dengan ukirannya yang berwarna emas dan nampak sekokoh dinding luar istana itu lalu terbuka secara bersamaan, memberi celah baginya untuk dapat bisa memasuki ruangan yang ditujunya. Tentunya setelah sebelumnya seorang agha yang bernama İdikut memberitahukan mengenai kedatangannya pada sang pemilik ruangan. Apapun statusnya di sana, dia haruslah melewati protokol yang sama di sana.
"Yang Mulia," salamnya dengan menundukkan wajah dan kedua tangannya yang saling bertaut di depan tubuhnya. Posisinya khidmat. Berbanding terbalik dengan penampilan bodoh dan konyol yang selama ini selalu ditunjukkannya kepada seluruh penghuni istana. Hanya agha-nya serta pria di hadapannya itulah yang mengetahui mengenai kebenaran dirinya tersebut di sana.