"Jangan melotot padaku, aku benar kan?" Sander berkata tanpa memalingkan wajah ke arah Wuri. Tapi, dia bisa melihat bahwa gadis itu sedang melotot ke arahnya. Kata-katanya berhasil membuat Wuri kesal. Diam-diam Sander merasa senang melihat wajah Wuri yang lucu. Dengan reaksi kesal, wajah gadis itu tampak semakin menggemaskan.
"Itu bukan urusanmu!" Wuri menghabiskan teh dari gelasnya. Dia lalu berdiri dan hendak masuk ke dalam kamar.
Wuri merasa kesal dengan pembalasan yang Sander katakan. Tentu saja di usianya yang kedua puluh lima, Wuri pun ingin memiliki kisah cinta. Dia ingin merasakan sebuah hubungan. TaPi, apa hendak dikata karena ternyata takdir Wuri memaksanya di Welasti.
Di desa itu, tidak ada yang bisa menarik perhatian Wuri. Semua tentang desa itu adalah ketakutan, kemurungan dan kemiskinan. Wuri tidak tertarik menjalin hubungan dengan pria dari desa itu.