Stein membawa Adeline ke kamar. Setelah wanita itu duduk di ranjang, Stein mengatur sedemikian rupa agar Adeline nyaman. Dia membimbing tubuh Adeline yang semakin kurus untuk bersandar di bahu ranjang.
Lalu Stein mengambil segelas air putih yang tersedia dia atas nakas dan memberikan pada Adeline.
"Tenangkan dirimu. Toh kita sudah tahu bahwa memang Odila pelakunya sejak kemarin, bukan?" ujar Stein berusaha menenangkan Odila.
"Aku masih berharap bukan dia nama yang akan Bryan sebutkan. Hubungan kami memang tidak terlalu baik, tapi juga tidak buruk hingga Odila harus melakukan kejahatan sebesar ini untuk menyerang kita. Apa sebenarnya yang terjadi?"
Adeline memejamkan mata. Dia merasakan sakit dan nyeri di dalam hatinya. Entah kenapa, Adeline selalu berpikir bahwa dunia tidak memperlakukannya dengan adil. Dia selalu menjadi orang terakhir yang menaggung semua efek dari perjalanan hidup yang harus dilalui.
