Sapuan angin pagi yang dingin berpadu dengan dinginnya udara bersalju menyentuh wajah Sander. Sejak kedatangannya di Jerman, banyak yang berubah. Dia bukan lagi Sander yang mudah menerima semua wanita untuk berada di dekatnya.
Ah, bukan sejak di Jerman. Tapi, sejak dia melihat pernikahan Wuri dan Fernando. Dia sering berpikir alasan kenapa Wuri tidak ditakdirkan untuknya. Mungkin benar kata pepatah bahwa wanita baik hanya untuk pria yang baik. Sementara dirinya? Sander hanyalah bedebah jalang yang menyebalkan. Sebuah alasan tepat Tuhan tidak memberikan Wuri yang suci pada Sander.
Kopi pahitnya pagi ini, bahkan tetap terasa manis. Karena rasa pahit kopi itu, sama sekali tidak sebanding dengan pahitnya hidup yang saat ini Sander rasakan. Dia berada di tempat baru dengan semua kondisi baru. Bahkan identitas baru. Saat Sander tidak lagi dipandang sebagai sesuatu.
Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunan Sander.
"Masuk!"