Stein berbalik dan segera menuju ke bagian dalam rumah. Entah kenapa setiap pagi, dia selalu menemukan pemandangan Adeline dan ayahnya di teras belakang. Lima tahun bersama, tapi sama sekali tidak membuat Stein bosan untuk menunggu Adeline. Meski dia tidak tahu, kapan Adeline akan menerima pinangannya.
Rencana pernikahan mereka yang sudah diambang pintu terpaksa dibatalkan. Tragedi besar yang menimpa ayahnya, membuat Adeline tidak berminat lagi. Bahkan untuk kebahagiaan dan hidupnya sendiri. Sejak tragedi itu Stein hanya bisa melihat kemarahan dalam diri Adeline.
Mata yang biasanya ceria dan bersinar manja hanya untuknya, berubah menjadi mata yang penuh dendam. Mata yang siap menghancurkan musuh-musuhnya. Sesuatu yang menurut Stein sangat konyol. Dia tahu Adeline marah atas semua yang Ellard lakukan pada ayahnya. Tapi, seharusnya itu tidak menjadi alasan baginya untuk mengecewakan Stein.