Matanya yang tajam memandang pada sosok yang duduk di kursi roda. Rasa sakit dan marah di dalam hatinya telah menutup semua hal baik yang bisa dia lihat. Andai saja waktu bisa kembali, rumah mewah ini sama sekali bukan impiannya. Dia hanya ingin pria tua itu berdiri dan memeluk erat diriya.
Suara sepatu hak tinggi berwarna hitam itu bergema ketika ujungnya mengetuk ke lantai. Wanita dengan tubuh tinggi semampai itu sedang menguatkan hati. Dia berusaha terus maju mendekati pria tua yang sedang duduk di kursi roda.
"Morning, Dad."
Tentu saja tidak ada jawaban. Tapi melihat sepasang mata itu memandangnya ketika dia duduk berlutut di depan kursi roda, sudah cukup membuat wanita itu bahagia.
"Aku punya kabar bahagia untuk kita. Pewaris Brandt telah tiba di Jerman. Lebih membahagiakan lagi karena pewaris itu ternyata adalah pria bodoh. Dia mengabaikan keselamatannya hanya demi kebebasan hidup yang dia inginkan. Pekerjaanku semakin mudah karena ini."