"Arogan adalah wujud lainku. Dokter Marina juga tahu apa yang terjadi denganku di masa lalu. Hanya arogansi yang membentengiku untuk tetap berdiri," ujar Sander.
Dokter Marina berdiri di depan Sander dan melipat dua tangan di dada. Menarik nafas atas penjelasan pria muda yang duduk di hadapannya.
"Tapi, kau harus tahu pada siapa hal seperti itu harus kau tujukan. Jika kau memang mencintai seseorang, katakan saja. Kau perlu menunjukkan dirimu. Jika kau menutup dengan arogansi, bagaimana seseorang itu akan tahu apa yang sebenarnya kau rasakan."
Sander mengibaskan tangan. Walau dia tahu semua yang dokter Marina katakan benar. Tapi, sekali lagi, dia adalah Sander Brandt. Mengakui kelemahan dirinya adalah sesuatu yang tidak pernah ingin Sander lakukan.
"Sudahlah, Dok. Kita tidak akan membicarakan ini lagi."
"Apa rencanamu sekarang?" tanya dokter Marina.
"Aku akan kembali ke Jakarta satu jam lagi. Katakan pada Mom dan Dad. Aku tidak akan berpamitan pada siapa pun."