Chereads / My AL / Chapter 5 - Anak Angkat

Chapter 5 - Anak Angkat

Saat Allesio kecil menatap ke arah sofa yang ada di ruangan ini atau bisa dibilang tempat ia dirawat di rumah sakit ini, Allesio malah menemukan wanita yang memeluknya tadi dan seorang anak perempuan yang mengaku sebagai adiknya itu sedang tertidur di sana.

Wanita itu tidur dengan posisi terduduk, sementara anak perempuan yang menenteng tiang infus itu malah tidur di pangkuan wanita itu. Tiba-tiba jantung Allesio berdegup kencang, perasaan tidak sendiri dan memiliki keluarga malah sangat terasakan sekali di dalam dadanya.

Air matanya rasanya ingin jatuh, tapi sebelum itu, ia mengelap air matanya.

Kenapa mereka ini mau mengakui Allesio sebagai anak? Apa keuntungannya jika mereka bisa memiliki anak seperti Allesio?

"Istriku, cantik, kan?" Suara itu mengintruksi apa yang Allesio lakukan. Allesio langsung menatap ke arah lawan bicaranya.

Seorang laki-laki yang entah darimana sudah berdiri di dekat pintu kamar rawatnya. Laki-laki itu sepertinya dari luar karena laki-laki itu baru saja menutup pintu kamar rawat Allesio.

"—atau kau malah ingin memuji anakku yang cantik?"

Laki-laki dewasa itu berjalan mendekati dua perempuan kesayangannya itu, mengelus rambut kedua perempuan yang berbeda usia itu. Wajah laki-laki dewasa itu terlihat memancarkan rasa kasih sayang kepada kedua perempuan beda usia itu.

Tidak ada tatapan pilih kasih, walaupun kedua perempuan itu memiliki usia dan status yang berbeda atas dirinya, tapi laki-laki dewasa itu tetap menyayangi mereka berdua dengan kasih sayang yang sama.

"Mereka adalah hartaku yang tersisa, hartaku yang paling berharga," Laki-laki dan kelemahannya tidak akan mudah terucap, tapi laki-laki itu malah mengatakan semua kelemahannya kepada Allesio kecil.

"Sejak kedatangan kalian, kalian masih belum menjelaskan kepadaku terkait siapa kalian sebenarnya," Perkataan yang keluar dari mulut Allesio kecil malah berhasil membuat laki-laki dewasa itu terkejut.

Anak laki-laki di depannya ini, mungkin usianya ada di antara empat belas sampai tujuh belas tahun. Tapi, rasa-rasanya ia sedang berbicara dengan seorang laki-laki dewasa berusia dua puluh lima tahun yang sedang was-was karena takut diserang olehnya.

"Aku yang menyelamatkanmu! Bukan, lebih tepatnya anakku yang menyelamatkanmu!" Fakta baru terungkap. Allesio kecil langsung kebinggungan. Jadi, perempuan kecil itu yang menyelamatkannya?

"Jantungmu adalah jantung milik anak laki-lakiku yang terlibat kecelakaan beberapa hari sebelum kau kecelakaan. Anakku sudah tidak sanggup bertahan dengan jantungnya yang masih berdetak walaupun lemah," Allesio kecil juga tidak tahu kenapa dan apa yang terjadi, tapi rasanya laki-laki di depannya ini malah terlihat seperti orang yang sedang bermohon kepadanya.

"Seadanya aku egois dan membiarkan anakku bertahan dengan alat-alat rumah sakit, mungkin jantung itu tidak ada berdetak lagi. Jadi, aku dan istriku memutuskan untuk membantu seseorang yang tidak kami kenal dan berniat mengangkatnya menjadi anak kami. Tuhan pun mengirimkanmu," Mata Allesio bertemu dengan mata laki-laki dewasa itu.

Mata laki-laki dewasa itu terlihat sangat menyedihkan dengan air yang sedikit mengenang di sana. Allesio kecil berusaha untuk tidak merasa kasihan, Allesio kecil berusaha untuk pura-pura bodoh amat.

Tapi, jantungnya berkata lain, entah karena apa, ia langsung menyayangi orang-orang yang ada di depannya sekarang ini.

Laki-laki itu. Wanita itu. Anak perempuan itu. Apa ini pengaruh dari jantungnya yang telah berganti?

Jadi, jantung miliknya sudah berganti. Jadi, seharusnya ia sudah tidak ada lagi di dunia ini?

Lalu, kenapa orang ini malah menolongnya dan membuat ia masih menderita di dunia ini?

"Kau ingin mengangkatku sebagai anak? Lalu, apa kau tidak memikirkan bagaimana perasaan kedua orang tuaku jika kau mengangkatku sebagai anak?" Allesio kecil hanya ingin melihat bagaimana reaksi laki-laki dewasa di depannya itu. Walaupun sebenarnya Allesio sama sekali tidak memiliki orang tua.

"Selama kau tertidur, aku memberikan beberapa uangku kepada panti asuhan yang mengasuhmu dari kecil hingga sekarang. Mereka sudah bisa makan makanan yang baik dan tidak memakan nasi dan air lagi," Mata Allesio membulat sempurna, jadi orang ini sudah tahu identitasnya?

Dia bukan orang biasa, Allesio kecil yakin itu.

Apa mungkin orang ini adalah mata-mata, ya?

"Jadilah anakku! Kau akan mendapatkan apa yang kau mau. Kekayaan, kekuasaan dan kebahagiaan. Kau bisa melanjutkan perjuangan anak laki-lakiku yang telah membuatmu hidup. Anggap saja ini sebagai rasa terima kasihmu kepadaku karena mau menjaga keluargamu selama kau tertidur," sogok laki-laki itu kepadanya.

Kata-kata itu benar membuat Allesio kecil merasa sakit di lubuk hatinya. Mudah sekali orang ini ingin mengambil haknya sebagai seorang anak. Apa mungkin suatu saat nanti orang ini juga akan membuangnya semudah ia memberikan status untukknya

"Pantaskah kau mengatakan hal itu kepada seorang anak laki-laki yang masih berusia belasan tahun?" kata Allesio dengan mata memerah. Ia merasa sedih dengan perkataan yang keluar dari laki-laki itu.

***

Allesio tidak tahu kebodohan apa yang telah ia lakukan, tapi saat ia sampai di depan butik itu, ia malah tidak diizinkan masuk oleh salah satu karyawan disana. Apalagi setelah ia memberitahu siapa namanya.

"Maaf tuan! Tapi pemilik butik ini tidak mengizinkan keluarga Raesha untuk masuk ke dalam dan bertemu dengannya. Apalagi seseorang bernama Allesio Apen Ra—"

"Aten, sudah ku katakan namaku Allesio Aten Raesha!" Serobot Allesio marah. Entah sudah beberapa kali wanita di depannya ini salah menyebut mananya. Sementara itu, Yasa yang selalu setia ada di belakangnya ini malah sedang sibuk menahan tawa. Baru kali ini seorang Raesha tidak bisa mengunakan kekuasaan hanya untuk masuk ke dalam salah satu butik. Ditambah lagi dengan wajah Allesio yang memerah karena karyawan itu selalu salah dalam menyebutkan nama lengkapnya.

"Diam kau!" Allesio bersorak kepada Yasa. Yasa langsung menenggakkan tubuhnya dan meminta maaf dengan sopan kepada Allesio. Sedekat apapun Yasa dan Allesio, Yasa tetaplah hanya seorang asisten pribadi sekaligus sekretaris Allesio. Mereka benar-benar sangat jauh jika dibandingkan dalam hal apapun.

"Maaf tuanku," mohon Yasa dengan ekspresi serius.

"Aku benar-benar tidak memiliki banyak waktu. Aku hanya ingin menemui nona Aleera dan membicarakan hal penting dengannya," pinta Allesio yang terlihat sudah benar-benar geram. Walaupun wajahnya masih menampakkan ekspresi dingin dan ia masih terlihat seperti tidak memiliki ekspresi yang berlebihan, tapi Yasa menyadari kalau Allesio sedikit kewalahan.

"Maaf tuan! Kalau anda memaksa masuk, saya bisa dimarah oleh nona," Bukan hanya Allesio yang ngotot, tapi pelayan wanita itu juga ikut ngotot kepadanya. Wanita berkacamata itu dengan berani menatap Allesio sinis. Sepertinya wanita itu tidak mengenal Allesio.

Allesio tidak memiliki pilihan lain selain memaksa masuk.

Tapi, saat Allesio mengintip dari pintu kaca itu, pintu masuk menuju ke dalam sana. Allesio tahu, kalau seandainya ia memaksa masuk dan semua pelanggan yang di dalam mengenalnya, maka ia akan disangka tidak beradab.

Ia harus selalu menjaga nama baik Raesha. Nama yang orang tua angkatnya berikan kepadanya.

"Bagaimana mau menjebaknya, untuk menemuinya saja kau tidak mampu," kata Yasa dengan suara kecil. Kata-kata yang terdengar seperti sindiran itu sudah berhasil membuat amarah Allesio kepada Yasa berkibar lagi.

Sialan.

***

Bersambung