Nash terlihat benar-benar ketakutan, apalagi saat Nash menyadari kalau wajah papanya sudah terlihat memerah karena marah. Allesio hanya bisa diam saja, lebih tepatnya Allesio tidak tahu harus melakukan apa lagi. Ah, apa mungkin papa Nash akan marah kepada anak itu jika tahu kalau Nash lah yang memukuli Allesio terlebih dahulu?
Hanya sekedar adu tinju, Allesio sering melakukannya dulu. Anak-anak gang di dekat panti asuhan tempat tinggal Allesio sering merampas uang orang dan Allesio harus bisa berkelahi agar uangnya tidak dirampas. Jadi, hal itu pasti adalah hal yang biasa saja baginya, kan?
"Nash, jawab pertanyaan kami, sayang," Ibu Nash ikut membujuk anaknya dengan lemah lembut. Nash masih diam, ia malah makin mundur, agak menjauh dan terlihat tidak bersembunyi di belakang ayahnya lagi.
"Aku—" Ucapan Nash terpotong.
"Aku yang memukulinya terlebih dahulu!" Kata-kata Allesio membuat semua orang terkejut. Termasuk seluruh anak kecil yang ada di sana. Allesio makin menudukkan kepalanya. Bukan karena takut, tapi pandangan mereka malah mengingatkan Allesio dengan pengalaman buruknya. Tangannya makin erat saling terjalin di belakang tubuhnya. Ia sedikit menjauh dari papa kesayangannya.
Nash tidak akan mungkin jujur. Itu hal pertama yang Allesio pikirkan. Orang kaya mana mungkin mau mengucapkan sesuatu yang merugikan dirinya, orang yang tidak berada malah memilih untuk mengatakan apa yang sebenarnya tidak pernah terjadi.
Hah, entahlah, kata-katanya sudah benar-benar aneh sekarang.
"Allesio..." panggil papa Allesio yang menatap Allesio dengan sedikit kecewa. Padahal papanya bisa menjamin kalau Allesio bukan tipe orang yang akan memukuli orang lain tanpa alasan yang jelas, tapi nasi sudah menjadi bubur. Papa Allesio harus meminta maaf kepada Nash atas nama anaknya sendiri.
Okay, sebenarnya Allesio sudah biasa dengan tatapan itu, tidak ada satu orangpun yang bangga kepadanya dan hal itu benar-benar membuatnya binggung. Hah, tidak, mungkin sedih.
"Tunggu, ini—" Nash ingin membuka suara, tapi tiba-tiba ada suara anak perempuan yang membuat fokus mereka semua teralih.
"Tidak, kak Nash yang memukuli anak itu terlebih dahulu. Kak Nash menarik bajunya dan memukulnya seperti ini," sorak anak perempuan yang ada diujung itu. Anak perempuan itu memperagakan bagaimana Nash memukuli Allesio dengan gayanya sendiri. Hal ini benar-benar terlihat sangat mengemaskan.
Padahal, anak itu hanya mengatakan hal ini kepada ibunya, tapi semua orang langsung melihat ke arahnya.
"Kau berbohong Nash!" seru papa Nash yang langsung Nash balas dengan gelengan kepala.
"Aku tidak berbohong, anak itu yang berbohong! Aku baru ingin mengaku, tapi dia malah mengatakan hal bodoh itu—" Nash bersorak kepada papanya, lalu setelah ia sudah mengatakan apa yang ia ingin katakan kepada papanya, Nash berjalan cepat ke arah Allesio, berdiri di depan Allesio dengan wajah memerah.
"Kau bodoh atau apa, hah? Kenapa kau berbohong? Kau harusnya mengatakan semuanya dan mengadukan kelakuanku kepada papamu!" berang Nash yang sepertinya tidak terima dengan apa yang Allesio lakukan. Padahal Allesio melakukan hal ini agar Nash tidak dimarahi oleh papanya.
"Apa aku harus mendengarkan ucapanmu? Aku bisa mengatakan apapun yang aku mau," kata-kata Allesio tadi malah makin membangkitkan emosi Nash.
"Aku tahu, kau mau melindungiku 'kan? Aku tidak butuh perlindunganmu, aku tidak butuh kau!" Nash langsung berlari pergi dari sana dengan wajah memerah.
Papa Nash malah tertawa saat melihat apa yang anaknya lakukan kepada Allesio. Tiba-tiba situasi yang tadinya mencekam jadi terasa lebih baik. Mama juga terlihat tidak menatap sinis lagi ke arah Allesio kecil, tapi karena kejadian ini, Allesio malah memberikan jarak yang cukup jauh antara dirinya dan mamanya. Hingga ia dewasa.
Okay, Mereka semua sekarang sedang duduk di ruang tamu, dengan semua anak-anak mereka yang asik bermain dengan handphone yang ada di tangan anak mereka masing-masing.
"Namaku Ello, kau bisa memanggilku Om Ello. Ini istriku. Aku memiliki dua orang putra dan satu putri. Hazeel, Saqeel dan Anna. Anak laki-lakiku satu tahun dibawahmu, mereka kembar tapi tidak identik. Kalau Ann, mungkin 2 atau 3 tahun dibawahmu, aku lupa!" Om Ello sepertinya orang yang ramah, walaupun tadi semua orang terlihat seperti ingin melahap Allesio.
Allesio hanya menganggukkan kepalanya atas penjelasan Om Ello. Seorang wanita dewasa dan ketiga anak kecil yang ada di hadapannya ini tidak menatapnya semengerikan tadi, tapi masih tidak seramah yang diharapkan oleh Allesio.
"Nama om, Reza. Aku memilik dua anak laki-laki, Nash dan Nero. Aku meminta maaf atas perlakuan Nash tadi, tapi sungguh, dia biasanya tidak mungkin mengatakan kebohongan karena dia tidak bisa berbohong kepadaku," Om Reza sepertinya benar-benar merasa bersalah dengan apa yang Nash lakukan tadi. Tapi, kalau masih membahas hal mengenai kebohongan, mungkin bukan Nash yang berbohong, tapi dirinya.
"Aku yang berbohong. Aku hanya ingin masalah ini selesai dan tidak berlarut-larut. Aku datang ke sini bukan untuk menghancurkan keluarga orang lain. Aku hanya mau membalas jasa kedua orangtua angkatku atas jantung yang mereka berikan kepadaku," kata-kata yang Allesio lontarkan membuat semua orang dewasa di sana syok. Mau itu laki-laki ataupun perempuan. Maupun papa dan mama Allesio sekarang.
Perkataan Allesio barusan juga sedikit menyentil hati papanya. Apa serendah itu dirinya di mata anak yang baru ia sayangi itu?
Hal mengejutkan malah terjadi setelah itu, tidak ada mata ramah lagi dari mereka setelah papanya masuk ke dalam atau pergi dari sisinya. Keramahan mereka semua adalah palsu. Mereka semua masih menatap ke arah Allesio seakan-akan ia adalah hama yang perlu dibasmi.
"Kau yakin dia yang akan menjadi penerus Raesha Production?" tanya istri Om Ello kepada mereka semua di saat papa dan mama Allesio tidak ada disini. Om Ello malah balik menatapnya sinis. Allesio tidak diam saja, tatapan sinis itu Allesio kembalikan ke arah Om Ello.
Allesio bukan anak kecil lagi, papanya memintanya untuk kuat dan ia akan kuat. Semua perkataan papa adalah perintah mutlak di telinganya.
"Dia saja tidak lulus sekolah menengah pertama. Bagaimana mungkin orang seperti dia akan dibandingkan dengan Nash," kata istri Om Reza.
Nash? Jadi, mungkin Nash yang akan menduduki kursi CEO untuk menggantikan Ryu. Lalu, kenapa bukan Nash yang menggantikan Ryu? Kenapa papa malah meminta dirinya yang harus bersiap?
"Ah, Hazeel atau Saqeel pun juga bisa menjadi CEO untuk perusahaan Raesha Production," seru Om Ello dengan suara yang cukup kencang.
Mereka mengatakan kalau Allesio ingin menguasai perusahaan, padahal merekalah yang menginginkan perusahaan itu. Dasar, orang-orang aneh.
"Mas, di antara mereka berdua akan aku jadikan CEO di perusahaan milik keluargaku!" seru istri Om Ello tidak kalah kencang. Mungkin mereka semua ini adalah orang-orang kaya, wajar saja mereka sama sekali tidak bisa menghargai perasaan orang lain.
"Siapa saja asal bukan anak miskin ini. Kau lebih baik kembali ke panti asuhanmu dan berdiam diri di sana. Jangan memanfaatkan kebaikan kakakku dan memutuskan untuk bersembunyi di bawah penguasaannya," Om Ello terlihat sangat berbeda daripada yang tadi. Bukan hanya dia saja, tapi semua orang yang ada di sini.
Aneh! Apa mereka memang selalu seperti itu? Suka merendahkan orang lain?
***
Bersambung