Chereads / My AL / Chapter 21 - Pertemuan Allesio dan Nash

Chapter 21 - Pertemuan Allesio dan Nash

"Untuk apa aku membahas mengenai seseorang yang sudah tiada!" seru Allesio yang benar-benar sedang malas berkelahi dengan siapapun, termasuk laki-laki di depannya saat ini. Mood Allesio pagi ini sedikit buruk, walaupun sebenarnya ia merasa mood nya selalu buruk setiap kali bertemu dengan seseorang dari keluarga Raesha.

Allesio mencoba kembali fokus dengan kertas dan laptop miliknya itu. Alessio nekat mengabaikan Nero yang sepertinya sudah benar-benar marah diujung sana. Siapa pula yang tidak marah jika diabaikan saja?

"Kebaikan apapun yang orang katakan mengenaimu, aku tahu kalau hal itu kau lakukan agar kau bisa duduk di kursi itu. Aku tahu betapa liciknya kau, kami tahu kau tidak sebaik itu. Aku—" ucapan Nero terhenti karena teriakan Yasa yang bergema di ruangan Allesio ini.

"Nero," teriak Yasa yang sudah benar-benar muak dengan semua perkataan atau kelakuan bocah bernama Nero ini. Yasa berlari mendekati Nero, menarik kerah baju Nero dan bertatap muka langsung dengan wajah Nero yang sudah kelihatan sedikit gentar itu.

"Kau hanya ingin membuat Allesio merasa bersalah, kan? Kau mengatakan kepada Allesio kalau wanita itu telah mati agar Allesio merasa bersalah, kan? Tapi sebenarnya wanita itu masih hidup dan akan menikah, lagi-lagi dengan bodohnya kau malah baru mengetahui hal itu akhir-akhir ini karena wanita itu menutup seluruh akses agar kau tidak bisa menghubunginya. Aku benar, kan?" Yasa tersenyum sinis. Walaupun tersenyum, ia benar-benar merasa tidak bisa menerima kelakuan Nero kali ini.

"Ah, Kau tahu, uang yang ia gunakan itu kebanyakan adalah uang yang kau berikan dengan suka rela. Kaulah yang menggali kuburan untuk dirimu sendiri. Salahkan dirimu dan berhenti mengganggu Allesio, sialan!" Amarah Yasa yang masih berusaha ia kontrol itu benar-benar membuat jantung Allesio akan copot.

Hei, kalau seandainya Yasa berani memukul Nero si bocah yang sebenarnya sudah berumur itu, maka Allesio lagi lah yang akan kena masalah. Tentu saja, tidak hanya Allesio sendiri. Mereka berdua lebih tepatnya.

"Kau ingin menggunakan cara licik kakakmu? Hah, kau tidak bisa! Kau tidak akan bisa! Aku akan membuat Allesio kembali percaya diri. Aku tahu Allesio adalah orang baik, tidak seperti kau ataupun kakak sialanmu itu!" Teriakan Yasa masih berlanjut, bersamaan dengan itu, ada tepuk tangan seseorang yang membuat mereka memalingkan wajah serentak.

Nash sudah ada di hadapan mereka semua, wajah datar itu dan tepuk tangan itu membuat Allesio sedikit ngeri. Bukan hanya Allesio saja, Yasa pun merasakan kengerian yang sama. Tapi, sebenarnya, Nash pun merasakan sesuatu saat matanya bertemu dengan Allesio yang masih terlihat tenang karena kehadirannya.

"Nero, apa yang sedang kau lakukan di sini? Apa perkiraanku mengenai kau yang mendekati seorang wanita dari kalangan biasa itu, adalah sebuah kebenaran?" tanya Nash sambil berjalan perlahan masuk ke dalam ruangan Allesio. Yasa langsung melepaskan jeratan tangannya di kerah baju Nero.

"Sayang sekali jika anda datang dan langsung masuk tanpa memiliki janji dulu, tuan Nash!" sapa Yasa dengan sopan santun. Nash tersenyum kepada Yasa yang mulai sopan kepadanya. Padahal, ia mendengar sendiri dengan kupingnya kalau Yasa mengatainya sialan tadi.

Nash adalah bosnya, sama seperti Allesio walaupun bisa dibilang kalau jabatan Allesio masih lebih tinggi dari Nash. Mungkin, kita tidak tahu.

Nash tidak menanggapi apa yang Yasa katakan, ia malah menatap ke arah adiknya. Wah, bahkan wajah adiknya sudah sedikit memerah saking marahnya.

"Apa kau mau bertanya kepada orang biasa ini, mengenai bagaimana cara agar bisa mendekati wanita biasa? Ah, aku lupa memberitahumu kalau dia akan menikah dengan seorang desainer cantik yang sebenarnya tidak mau dengannya. Ah, bahkan sekedar untuk bertemu saja, wanita itu sama sekali tidak mau!" Nada suara yang terdengar sinis itu membuat jantung Allesio berdetak kencang lagi. Ia merasa sakit saat mendengar perkataan Nash? Ya, kalian benar. Apalagi apa yang Nash katakan barusan adalah sebuah kebenaran.

"Saudaraku datang untuk mengunjungiku dan juga saudara kandungnya. Aku merasa terhormat dengan kedatanganmu. Kalau boleh aku tahu, ada apa gerangan hingga kau repot-repot datang ke sini dari tempat ternyamanmu itu?" Allesio berdiri dari duduknya. Ia melihat ke arah kertas-kertas dan laptopnya. Lalu, ekspresinya tiba-tiba terlihat sedih yang benar-benar dibuat-buat.

"Maafkan aku wahai saudaraku, tapi bisakah kau menunggu terlebih dahulu. Pekerjaanku lumayan banyak hari ini. Ah, sebenarnya selalu banyak, padahal aku selalu mengerjakan mereka semua hingga tuntas. Oh iya, mengingat kalau kau yang bisa datang ke sini dengan leluasa, apa kau tidak memiliki pekerjaan lain lagi? Apa kau mungkin mau membantuku?" Allesio mengatakan hal itu dengan nada yang sangat ramah, tapi sayangnya, tatapan mata sinis itu bisa membuat semua orang tahu kalau Allesio hanya sedang menyindir Nash.

Nash marah? Ya, tapi Nash bisa menahan diri. Menjadi seorang pemimpin adalah ketika kau belajar untuk menyimpan jauh-jauh ekspresi terburukmu.

"Nero, apa masih ada hal yang ingin kau bicarakan kepada pak Allesio? Kalau tidak, lebih baik kau pergi dari sini dan berhentilah membahas masalah wanita itu! Allesio benar kali ini, wanita itu hanya sedang memanfaatkanmu dan ia juga tidak mencintaimu seperti kau yang sok mencintainya dengan tulus!" Nash mengatakan hal itu kepada Nero, tapi tatapan sinisnya masih berlabuh di mata Allesio. Mereka masih saling memandang.

"Kakak yang tidak pernah merasakan apa itu cinta, tidak akan pernah mengerti apa yang sebenarnya sedang aku rasakan!" serbu Nero yang membuat Nash langsung menatap ke arah adik tersayangnya ini.

"Kau tidak akan belajar jika kau tidak merasakan apa itu sakit. Lebih baik kau pergi atau aku akan mengatakan hal ini kepada tuan Raesha. Kau tahu sendiri betapa tegasnya tuan Raesha, bukan?" Nash dan Nero menyebut papa Allesio sebagai tuan Raesha. Entah kenapa, Allesio juga tidak tahu alasan jelasnya.

Nero benar-benar pergi dari sana. Padahal, Yasa sudah susah payah meminta laki-laki itu pergi sejak tadi, tapi Nash dengan mudah meminta Nero pergi. Seperti anak kecil, Nero mau mendengarkan apa yang Nash katakan karena sebuah ancaman. Bocah!

"Sebenarnya, aku terkejut karena kau berhasil menyelamatkan adikku tanpa adanya korban! Wanita itupun sepertinya suka dengan caramu yang memberikannya uang! Kenapa aku tidak melakukan hal yang sama, ya?" Kalau Nash dan Allesio bertemu, akan banyak nada sindiran yang bisa Nash lontarkan untuk Allesio. Allesio sepertinya harus benar-benar menyiapkan mentalnya dengan baik sekarang.

Dulu, Allesio sama sekali tidak melawan. Ia tahu kalau kata-kata yang dilontarkan oleh Nash adalah sebuah kebenaran dan semata-mata hanya untuk mengejek dirinya. Tapi, sekarang, saat papa dan mama sudah benar-benar mempercayainya, saat ia menjabat sebagai CEO di perusahaan Raesha, ia tidak akan bisa tinggal diam saat diejek orang lain. Termasuk Nash.

***

Bersambung