Chereads / My AL / Chapter 22 - Percakapan di Luar Akal

Chapter 22 - Percakapan di Luar Akal

Sebenarnya, ia takut. Tangannya bergetar karena sebenarnya ia sadar sejak dulu hingga sekarang ia bukan siapa-siapa, ia tak berhak menjadi siapa-siapa. Ia hanya seorang pecundang dunia bernama Allesio Aten yang diangkat menjadi seorang Raesha. Ia tidak berdaya. Tapi, seperti yang dikatakan tadi. Sebagai seorang pemimpin, hal seperti rasa takut dan pengecut itu benar-benar harus disembunyikan apapun yang terjadi. Walaupun ia seorang Allesio Aten sekalipun.

Oh iya, tuan besar Raesha lah yang paling hebat dalam hal seperti ini. Bahkan tuan Raesha jugalah yang sudah mengajarinya.

"Makan malam keluarga besar Raesha dan acara perusahaan yang dihadiri oleh banyak perusahaan yang ada di negara ini. Kau harus datang dan membawa nama baik perusahaan." Sambil mengatakan hal itu, Nash berjalan pelan menuju ke sofa yang ada di ruangan Allesio. Kalau laki-laki ini sudah duduk di sana, sepertinya pembahasan ini akan terdengar lebih panjang dari biasanya.

Seingat Allesio, ia tidak memiliki janji dengan Nash pada hari ini atau mungkin beberapa hari kedepannya. Biasanya, jika ia punya janji dengan Nash, maka Yasa akan memekik di depan telinganya sambil berkata seperti...

Jangan dengarkan dia.

Dia pecundang dan kau pemenangnya.

Atau kata-kata penyemangat lainnya.

"Maaf, tapi mungkin aku tidak akan hadir ke acara makan malam itu seperti tahun-tahun sebelumnya. Kau tahu, aku sangat sibuk dan tidak bisa—"

"Apa kau akan membiarkan wanita itu sendirian di sana?" Nash memotong perkataan Allesio. Dahi Allesio mengerut. Wanita? Apa yang Nash maksudkan adalah adik perempuannya?

"Ah, mungkin Yasa bisa menemani Rin di sana nanti. Aku tidak perlu terlalu khawatir karena papa dan mama pun ada di—"

"Kalau aku tidak salah dengar, nama wanita itu adalah Aleera. Dia adalah seorang desainer muda yang menciptakan banyak ide-ide baru untuk berbagai macam jenis pakaian bagi anak muda. Bahkan, ia juga membuat berbagai baju formal dan semi formal yang indah. Mungkin aku harus ke sana, kapan-kapan." Dengan gaya songongnya dan matanya yang tajam itu, nada suara Nash malah berhasil membuat Allesio memikirkan sesuatu yang tidak-tidak.

Tidak! Mana mungkin kakak yang sama sekali tidak memiliki hubungan darah dengannya ini akan melakukan hal buruk kepada seorang wanita? Apalagi Aleera adalah salah satu kolega terbaik perusahaan mereka. Papa pun berteman baik dengan papa Aleera.

Mungkin saja, Nash hanya sedang menguji Allesio.

"Apakah pak Nash mengenal wanita itu?" tanya Yasa yang sudah mulai sedikit penasaran. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk dari luar pintu sana. Yasa pun menyahuti orang itu, membuat orang yang berniat masuk tadi malah benar-benar masuk ke dalam ruangan ini.

"Ini berkas-berkasnya, Tuan!" seru seseorang laki-laki yang sepertinya merupakan sekertaris Nash. Nash pun meraih kertas-kertas yang ditutupi map itu.

"Apa kau mau berganti denganku? Maksudku, mengenai wanita itu. Mungkin, aku bisa menggantikanmu untuk menikahi wanita itu!"

Kata-kata yang keluar dari mulut Nash memang tidak bisa ditebak sama sekali.

***

"Nash dan otaknya benar-benar sudah tidak bisa diprediksi lagi!" seru Yasa setelah Nash benar-benar pergi dari sana. Tenyata, kedatangan Nash ke sini adalah untuk meminta persetujuan Allesio yang merupakan CEO dari perusahaan ini terkait dengan sebuah proyek di daerah ini. Proyek yang lumayan besar. Proyek ini akan ditangani oleh Nash, tapi harus dengan persetujuan Allesio.

"Seharusnya, jika ini adalah masalah pekerjaan maka orang itu harus menghubungiku untuk bertemu denganmu. Tapi, lihatlah dia! Bahkan dia berhasil membuat kegaduhan di sini. Kau bahkan menunda banyak pekerjaan hanya karena si kutu itu!" seru Yasa masih kesal. Tubuh tinggi jangkung dan berkulit putih mulus itu berulang kali mengumpat di depan Allesio yang masih asik duduk di kursinya sambil melihat laptop yang ada di depannya.

Ia masih sibuk membaca beberapa proyek yang membutuhkan tanda tangannya hari ini. Setidaknya, Yasa harus diam untuk membuat Allesio mengeluarkan seluruh kefokusannya.

Ah, tidak perlu. Allesio sudah sangat fokus sekarang.

"Menurutmu, kenapa Nash malah mengajukan diri menggantikanmu untuk menikahi wanita itu? Sebenarnya, aku merasa aneh dengan laki-laki itu. Dari awal, seseorang yang seharusnya menikah dengan Aleera adalah Ryu yang merupakan pewaris sah dari Rae—" Perkataan dari Yasa tiba-tiba terhenti. Pembahasan ini mungkin sedikit membuat rasa tidak enak hati pada Allesio.

"—Pokoknya, kau tidak boleh menyerah untuk mendapatkan wanita bernama Aleera itu. Lagian, wanita mana yang mau menyukai laki-laki dingin dan jahat seperti Nash? Aku yakin Aleera takkan mau menyukai laki-laki itu." Yasa terdengar sangat cerewet hari ini.

Tapi, sebenarnya, ada satu pemikiran di kepala Allesio yang tidak ia ketahui jawabannya. Mungkin, Aleera tidak menyukai Nash untuk sekarang, hal itu bisa jadi karena mereka yang tidak pernah bertemu sebelumnya. Lalu, bagaimana dengan Allesio dan Aleera? Mungkin mereka sudah sering bertemu tapi Aleera juga tetap tidak tertarik kepadanya. Mungkin, Allesio yang harus khawatir sekarang, karena Aleera tak terlihat ingin dengannya. Ah, tidak perlu. Untuk apa ia khawatir?

Mata Allesio yang awalnya asik memandang laptop, tiba-tiba malah beralih memandang Yasa. Perkataan Yasa sebenarnya juga menjadi pemikiran sendiri untuk Allesio.

"Ngomong-ngomong, apa kau pernah melihat Nash memiliki kekasih?" tanya Allesio yang berhasil membuat tawa Yasa terbit.

"Hahaha, mana ada wanita yang mau dengan laki-laki seperti dia. Dia hanya sibuk memikirkan harta dan tahta. Kau masih terasa lebih baik daripada orang itu!" seru Yasa penuh semangat. Padahal bukan hal itu yang sedang Allesio maksudkan dari pertanyaannya tadi.

Allesio menatap Yasa sinis. Hal itu malah membuat Yasa mengelengkan kepalanya.

"Akupun tidak tahu. Tapi, jujur saja, aku tidak pernah melihat orang itu jalan dengan wanita manapun. Mungkin, seperti yang disebutkan oleh adiknya tadi. Ia mana mungkin memiliki kisah cinta yang bisa diceritakan oleh anak dan cucunya kelak. Hahahaha!" Suara tawa Yasa mengema di ruangan milik Allesio.

Allesio mengelengkan kepalanya atas perilaku Yasa yang sangat senang mengejek Nash. Allesio pun memutuskan untuk fokus ke pekerjaannya. Ia tidak mau terlalu lembur hari ini. Walaupun ia memang akan lembur pada akhirnya.

Tapi, hal ini benar-benar membuat Allesio penasaran. Kalau Nero terlihat seperti seorang laki-laki yang membutuhkan wanita dan memenuhi seluruh mau wanita itu. Bagaimana dengan Nash?

Apa Nash memang seperti itu? Maksudku adalah Nash mungkin saja tipe laki-laki yang suka bekerja atau bisa disebut dengan gila kerja. Jadi, mungkin saja Nash tidak pernah memikirkan hal-hal mengenai wanita dan dunia percintaan.

Bukan tidak pernah. Mungkin Nash tidak ada waktu untuk memikirkan hal itu. Seperti halnya Allesio yang tidak pernah kepikiran mengenai hal itu.