Benar saja, laki-laki bodoh yang entah siapa namanya itu malah langsung saja berniat memukul wanita itu. Wanita yang duduk tepat di depannya itu. Semua orang di sana melihat hal itu dengan ekspresi terkejut. Belum ada satupun orang yang berani mendekati mereka. Kebanyakan orang yang datang ke kafe ini adalah perempuan. Tidak! Allesio itu laki-laki dan dia harus ikut campur.
Belum sampai tangan kotor laki-laki itu menyentuh pipi wanita yang ada di depannya, Allesio langsung melontarkan tinjuan keras di pipi laki-laki itu. Laki-laki itu langsung terjatuh ke lantai. Suara yang dihasilkan dari laki-laki yang jatuh itu terdengar lumayan keras. Ada beberapa wanita berteriak karena kejadian barusan.
Okay, sepertinya Allesio akan baik-baik saja jika ikut campur. Rambutnya yang acak kadul ini mungkin tidak akan dikenali oleh orang lain sebagai CEO dari perusahaan Raesha. Allesio yakin itu.
"Sial, kenapa kau malah ikut cam—"
"Kau tidak bodoh, kan? Sebesar apapun masalah kalian, kau tidak berhak sedikitpun untuk memukuli seorang wanita." Sungguh Allesio berusaha untuk mengunakan kata-kata yang baik, walaupun sebenarnya ia juga sedang emosi. Seharusnya ia memanfaatkan momen ini untuk melampiaskan emosinya. Sayangnya Allesio adalah Allesio. Ia tidak bisa, untuk sekarang.
Okay, Allesio mengintip wanita yang sudah sejak tadi bersembunyi di belakangnya ini. Astaga!
Allesio bodoh. Bahkan ia tidak bisa membedakan yang mana Aleera dan yang mana wanita lain. Allesio sebenarnya juga sedikit ragu, padahal ia belum pernah sekalipun bertatapan dengan wanita bernama Aleera itu. Tapi, dengan percaya dirinya ia berpikir kalau wanita itu adalah Aleera. Hei, Allesio hanya pernah melihat wanita itu dari fotonya saja.
Kita pernah membahas ini, kan?
Laki-laki itu langsung berdiri tegak di depan Allesio. Sama halnya dengan Allesio, laki-laki itu tidak ada takut-takutnya. Padahal laki-laki itu sudah melakukan kekerasan kepada seseorang.
Baiklah, Mata mereka bertemu. Sejujurnya tatapan dari dekat antara laki-laki itu dan Allesio benar-benar terlihat aneh. Laki-laki itu tidak setinggi Allesio. Seratus tujuh puluh lebih, mungkin. Tentu saja, Allesio lebih tinggi.
BUGH!
Kini malah Allesio yang jatuh ke lantai. Ia merasakan ada darah di dalam mulutnya. Sial, ia harus rapat setelah ini. Bagaimana caranya agar ia bisa datang rapat kalau bibirnya malah terluka? Ia bisa dibunuh oleh papanya jika papa tahu ulahnya hari ini.
Perkelahian dengan Nero, menunda rapat, berkelahi di kafe dan babak belur. Oh, tidak! Allesio tidak akan babak belur. Ia janji!
"Dia milikku. Menyingkirlah dari sana atau—"
Allesio baru berniat ingin membalas tinjuan laki-laki itu dengan emosi yang tinggi, sampai dua orang pelayan datang dan mengusir laki-laki itu dari sini. Bukannya ikut pergi, wanita yang tadi beradu dengan laki-laki itu malah bersembunyi di belakang Allesio. Tangannya menggenggam erat bagian baju di sekitar pinggang belakang Allesio dengan sebelah tangan. Wanita itu sedikit terisak. Mungkin ia terkejut dengan apa yang terjadi.
"Dia wanita licik! Dia ular! Kalian harus ingat itu!" teriak laki-laki itu saat dua orang pelayan laki-laki menariknya pergi dari sini. Seharusnya, pelayan itu datang lebih cepat agar tidak ada bagian wajah Allesio yang terluka.
Sial!
Tiba-tiba seseorang menarik Allesio, tidak terlalu kuat tapi Allesio malah ikut saja karena tarikan itu.
"Maaf, kalau dia ikut campur urusan anda." Di samping Allesio sudah ada seorang wanita yang selalu ia cari beberapa hari terakhir ini. Tangan wanita itu terkait di bagian lengan tangan Allesio. Allesio sama sekali tidak mengerti apa maksud dari wanita ini, tapi Allesio juga tidak tahu apa yang akan dia katakan kepada wanita di depannya ini jika Aleera memutuskan tidak datang.
Tunggu, ini benar-benar Aleera, kan? Atau Allesio salah lagi?
Wanita di depan Allesio langsung melihat ke arah lengan tangan Allesio. Wanita yang baru datang itu dengan percaya dirinya mengaitkan tangannya pada lengan Allesio?
Aleera menarik Allesio pergi. Tapi sebelum itu, wanita itu menahan Allesio. Allesio dan Aleera terhenti. Allesio melihat ke belakangnya.
"Sama-sama." Padahal wanita itu belum mengatakan apapun, tapi Allesio malah langsung menebak saja.
Setelah dirasa tidak ada lagi percakapan, Aleera benar-benar membawa Allesio pergi dari sana.
"Padahal aku Natasha. Tapi, ia malah tidak mengingatku. Aku bahkan bisa langsung mengingatnya hanya dengan sekali lihat," sesak wanita itu dengan suara yang sedikit parau. Perasaannya sudah benar-benar tidak karuan sekarang, apalagi saat mengingat perkelahian tadi. Sekarang, ia malah bertemu dengan Allesio.
Tunggu, jangan bilang wanita yang membawa Allesio itu adalah kekasihnya? Padahal, Natasha sudah lama tidak bertemu Allesio. Ia merindukan Allesio.
***
Okay, Aleera juga terkejut dengan apa yang terjadi barusan. Ia juga binggung bagaimana cara membantu wanita itu tadi.
Benar! Aleera ada di dalam kafe itu untuk menyantap makanan kecil sekaligus makan siang. Aleera tidak tahu ada angin apa yang membawanya sampai pada kafe itu, tapi sungguh, ia tidak ada rencana untuk bertemu dengan laki-laki ini.
"Sampai kapan kau mau memegang lenganku?" Pertanyaan Allesio berhasil membuat Aleera tersentak. Aleera langsung menarik tangannya dari lengan Allesio. Aleera memberikan sedikit jarak antara dirinya dan Allesio. Sial, dengan hebatnya laki-laki yang ia kenal bernama Allesio itu membuat Aleera malu di saat pertemuan pertama mereka. Aleera juga lupa untuk melepaskan kaitan yang sudah terasa nyaman itu.
No, Aleera! BIG NO!!
Mendadak Aleera lupa di mana ia memarkirkan mobil miliknya.
"Kau, Aleera.., kan?" Allesio bertanya dengan agak ragu. Jujur saja, ia benar-benar terkejut karena wanita itu ada di sini dan berhasil menyelamatkannya dari perhatian yang ia dapatkan di kafe itu. Takut saja. Kalau seandainya mereka tahu kalau Allesio adalah CEO dari perusahaan Raesha Production. Apa mungkin nama baik perusahaan milik papanya akan tercemar hanya karena dirinya. Baiklah, mungkin mulai besok Allesio harus menjaga dirinya dengan baik. Terutama emosinya.
"Kau itu bo—"
Bunyi handphone Allesio menghentikan apa yang ingin Aleera ucapan. Allesio meminta izin kepada Aleera untuk mengangkat handphone miliknya yang berbunyi. Aleera hanya diam saja. Untuk apa laki-laki ini meminta izin kalau ingin sekedar mengangkat telpon saja?
"Iya Pa!" Wajah Allesio tiba-tiba memurung. Mungkin, ada berita buruk mengenai perusahaan atau pekerjaan Allesio. Aleera juga tidak tahu, ia juga tidak mau tahu!
Tiba-tiba Aleera tertarik dengan luka yang ada di sudut bibir Allesio. Bukan hanya itu saja, bahkan di pipi Allesio terlihat ada sebuah lebam berwarna biru yang masih terlihat pudar. Allesio memiliki kulit berwarna lebih gelap daripada Aleera dan warna biru di pipi Allesio itu malah hampir terlihat agak hitam di mata Aleera.
Apa itu sakit, ya?
Ada darah di bagian sudut bibir Allesio. Aleera bersihkan atau tidak, ya?
***
Bersambung