Chereads / Semesta Untuk Mahesa / Chapter 10 - Karena Hujan

Chapter 10 - Karena Hujan

Cuaca memang sedang tidak bagus akhir-akhir ini. Hujan dan panas. Terus berganti dengan cepat dan membuat kelas kosong karena banyak yang jatuh sakit. Kampus terlihat lebih sepi dibanding hari biasanya, apalagi siang ini hujan mengguyur kota dengan deras. Satpam gerbang kampus sedang duduk santai di kursinya yang menghadap ke jalanan tepat di depan rumah sakit sambil meminum secangkir jahe merah hangat. Petugas kebersihan berkumpul di halama belakang di mana ada banyak tempat duduk dan sesekali ada mahasiswa yang memberikan makanan sebagai ucapan terima kasih telah membersihkan lingkungan kampus.

Ryasa duduk di dekat loby utama bersama Azka. Azka bilang ia tidak memiliki kelas lagi dan akan pulang ke rumah jika saja tidak melihat Ryasa yang sedang duduk sendirian sambil menatap hujan yang masih deras. Sebenarnya Azka tidak ingin mengganggu Ryasa yang kelihatannya sedang meratapi nasib. Ia tahu kejadian di parkiran café beberapa malam lalu. Ia juga sudah bicara kepada Reyhan dan Mahesa. Reyhan sempat diam beberapa menit karena kesal bukan main, tapi ia tidak akan bisa juga kalau memarahi dua orang tersebut. Membuang waktu saja. Mobil Reyhan berada tepat di sebelah mobil Azka. Laki-laki dengan hidung mancung dan wajah tampan itu sedang mengambil bantal untuk Sean dan Juan, lalu tidak sengaja terdengar pembicaraan yang tidak baik itu.

Azka kesal. Kesal sekali, apalagi ia mendengarnya langsung dan ingin sekali rasanya memarahi langsung. Tapi, saat ia melihat Ryasa yang hanya diam, Azka memilih diam juga. Ia tidak ingin mempermalukan Ryasa saat gadis itu menjaga harga dirinya sendiri.

Tolehan menjadi apa yang pertama kali Azka lakukan setelah duduk lumayan lama di samping Ryasa. Gadis di sebelahnya baru saja bersin dan batuk. Pasti karena kelelahan dan ditambah cuaca yang sedang tidak stabil. Maka Azka mengambil botol minum yang selalu ia bawa. Botol minum yang tahan panas dan tahan dingin.

"Jahe merah dan susu? Kau masih meminum ini?" tanya Ryasa dengan tawanya.

"Cuaca sedang tidak bagus akhir-akhir ini. Aku belum meminumnya, jadi santai saja. Botolnya masih bersih."

Ryasa kembali terkekeh. Azka si anak tunggal ini memang selalu diperhatikan super baik oleh ibunya sendiri. Sering dibawakan bekal dan banyak makanan untuk bertemu dengan teman-temannya.

"Terima kasih. Kau sudah makan siang?"

Azka menggeleng. Ia baru akan pulang dan berencana makan di rumah saja.

"Ada restoran mie baru dekat café ku. Ayo makan di sana."

"Motormu? Masih hujan. Tidak mungkin meninggalkan motor di sini, bukan?"

"Aku tidak membawa motor. Aku ke kampus bersama Kak Reyhan."

Biasanya jika hujan sedang deras-derasnya dan bahkan ada tanda-tanda akan banjir, orang-orang akan mulai membereskan toko dan tutup lebih cepat. Ruko yang sejajar dengan café Ryasa juga sudah ada beberapa yang tutup karena hujan terlalu deras dan tidak akan ada pelanggan yang datang, maka mereka memutuskan untuk tidur saja.

Ryasa pernah akan menutup café saat jalanan terlihat mulai terendam. Tidak terlalu dalam karena hanya sebatas mata kaki, tapi kalau terus hujan jelas akan terendam lebih dalam. Tapi pada akhirnya café tidak jadi ditutup karena ternyata ada beberapa pelanggan yang datang. Kala yang sudah merebahkan diri di belakang kasir langsung terkejut saat ada suara pelanggan yang memesan.

Azka mengambil payung lebih dulu di bawah jok belakang. Membukanya setelah membuka pintu lebih dulu dan berjalan ke pintu Ryasa. Gadis itu malah tertawa saat melihat wajah Azka yang basah karena terkena cipratan hujan.

"Jangan mundur. Aku akan memelukmu."

Ryasa sudah mengatakan jangan mundur, tapi Azka reflek mundur. Ia terkejut, tentu saja. Payungnya memang tidak besar dan pasti keduanya sama-sama akan basah kalau berdiri berjauhan, maka Ryasa memeluk Azka yang sekarang sedang mencerna apa yang baru saja terjadi. Tubuhnya kaku sekarang.

"Azka, ayo jalan."

Kaki panjang Azka pun akhirnya melangkah juga. Menaruh payung di depan restoran saat sudah akan membuka pintu. Ekspresi wajah Azka masih syok. Tidak tahu harus mengatakan apa.

"M – maaf, Ryasa."

Yang disebut menoleh. Ia sedang merapikan tas nya yang sedikit basah. Sekarang Ryasa yang bingung kenapa Azka meminta maaf karena tidak ada yang salah sebelumnya.

"Kenapa? Kau gugup aku peluk?"

Astaga. Azka ingin tenggelam sekarang juga. Gadis itu tidak berniat menggodanya sama sekali. Hanya melindungi keduanya agar sama-sama tidak terkena hujan, tapi Ryasa rasa detak jantung Azka tidak normal sekarang. Sempat merasa saat berjalan ke restoran, tapi Ryasa kira itu karena Azka takut sakit mengingat ibunya yang super peduli padanya. Ryasa tahu Azka juga menyukainya. Laki-laki itu tidak pandai menyembunyikan apa yang ia rasakan. Terlalu jelas untuk Ryasa yang terlalu peka.

"Mau aku peluk lagi? Sebagai bonus? Kau itu temanku, santai saja. Aku tidak keberatan."

"T – tidak. Ayo masuk."

Keduanya memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela agar tetap bisa melihat hujan. Menu yang ditawarkan cukup menarik. Ryasa jadi teringat Mahesa yang katanya juga sangat menyukai mie. Reyhan pernah memberitahu kalau Azka dan Mahesa tidak usah ditanya ingin makan apa karena jawabannya selalu saja mie. Teman lainnya sampai bosan, apalagi Satya yang sebenarnya lebih suka nasi. Tapi, kalau dipikir-pikir mie itu memang lebih enak daripada nasi.

"Jangan salah tingkah seperti itu, Ka. Kau seperti habis melihat hantu saja."

"Syok. Tiba-tiba sekali."

Ryasa tertawa. Ia tidak tahu Azka akan menjawab sebegitu frontalnya. Ia kira Azka akan menutupi gugupnya dengan segenap hati, tapi ternyata tidak. Laki-laki dengan jaket cream dan cokelat tua itu malah menggeleng-gelengkan kepalanya. Entah apa yang ia pikirkan.

"Kalian sering membicarakanku, ya?" tanya Ryasa tepat setelah minuman yang mereka pesan telah ditaruh di meja.

"Kalian? Aku dan Reyhan?"

"Kau dan Kak Mahesa."

Eh? Memangnya Ryasa pernah mendengarnya, ya? Kenapa hari ini Azka selalu tertangkap basah? Aduh, sepertinya hari ini bukan hari keberuntungan Azka. Kasihan sekali pemuda tampan satu ini.

"Kau cenayang?"

"Tidak. Aku hanya tahu saja kalau kalian suka mengobrol berdua. Kalian berdua mirip."

"Aku sudah sering mendengar kalau aku dan Kak Mahesa mirip, padahal tidak. Aku tidak tahu sisi mana yang mirip."

Ryasa membuka tas nya dan merogoh ponsel di dalamnya. Menunjukkan foto Azka dan Mahesa saat acara amal kemarin. Hasil foto Reyhan memang tidak pernah tidak memuaskan. Keduanya sedang mengobrol di dekat stan makanan kering dengan pakaian yang sama. Kaus putih dan jaket denim, apalagi dengan poni yang dirapikan. Posisinya sama. Menunjukkan dahi dan tegasnya mata.

"Mirip. Sama-sama lucu."

Azka jelas bersemu sekarang. Salah tingkah bukan main saat Ryasa menatapnya kembali. Ia jarang bertemu dengan Ryasa. Ini kali ketiga ia makan bersama Ryasa dan waktu yang ia habiskan bersama Ryasa selalu saja membuatnya salah tingkah. Semua pertemuan mereka karena hujan. Ketiga waktu yang Azka habiskan bersama Ryasa selalu saat hujan turun dengan deras.