Arimbi masih mengingat jelas, bagaimana terpuruknya Firman waktu itu. Kakak lelakinya yang biasanya ceria dan hangat, menjelma menjadi pendiam dan redup.
Firman seperti telah kehilangan semangatnya. Jatuh cinta untuk yang pertama kali pada seorang gadis, nyatanya cinta itu membuatnya patah dan terpuruk. Katakanlah Firman lemah, tapi, hatinya yang lembut dan berbelas kasih, nyatanya memang terluka dalam akibat pengkhianatan dari gadis yang dia cintai.
Sebulan berlalu kala itu. Dan firman semakin menjadi sosok yang tertutup. Firman lebih banyak menghabiskan waktu di kamar saat di rumah. Dan hanya keluar untuk sesuatu yang sangat penting. Dia bekerja tak kenal waktu. Pergi pagi, dan pulang malam.
Arimbi mencoba bicara beberapa kali. Tapi, Firman seperti membangun tembok tinggi di sekelilingnya untuk siapa saja. Sepertinya, luka dari Dahlia benar-benar dalam.
