Glen duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya. Berdiri menatap ke arah depan, dengan tatapan kosong.
Sejak kepulangan mereka dari cafe, Glen merasa tidak tenang. Seolah ada yang mengganjal di hatinya.
Tasya bisa merasakan bahwa pria yang menjadi suaminya sehari itu resah. Tapi, Tasya tidak bertanya. Dia memilih diam terlebih dahulu. Dan lagi, ada Grace di antara mereka.
Baru setelah Grace diserahkan pada Minah, Tasya menyusul suaminya ke kamar. Dia melihat pintu balkon terbuka. Dan tahu, bahwa Glen ada disana.
Untungnya, Tasya sempat membuatkan teh lemon untuk Glen. Sengaja dia membuatkan teh itu untuk suaminya.
"Kak?" panggil Tasya.
Glen menoleh, menatap ke arah istrinya yang datang dengan secangkir teh.
"Minum dulu," ujar Tasya sambil menyodorkan cangkir di tangannya.
Glen mengangguk, dan menyesap tehnya. Setelah beberapa teguk, dia meletakkan teh itu di meja sebelah kursinya.