Raffly menyuruh Ria ke atas terlebih dahulu. Sementara dirinya mampir ke kantin untuk membeli kopi. Baru menyusul Ria ke atas.
Badan Raffly terasa penat. Dia merasa lelah, setelah dari pagi penuh dengan kegiatan yang menguras tenaga juga emosinya.
Dia ingat, tadi pagi sekali, Mbak Wati menggedor pintu kamarnya. Raffly yang kala itu tengah bersiap untuk berangkat ke kampus lekas membuka pintu. Apalagi, Mbak Wati memanggilnya dengan keras dan bernada cemas.
"Ada apa, Mbak?" tanya Raffly segera, setelah pintu terbuka.
Mbak Wati berdiri di hadapannya dengan wajah panik.
"Den ... I-ituuu ...."
"Itu apa?" tanya Raffly.
"Den Leo belum membuka kamarnya juga, Den. Masih mengurung diri. Mbak khawatir takut terjadi sesuatu sama den Leo. Dan lagi, Den Leo juga belum makan lagi sejak kemarin pagi. Aduhh, Den kasihan Den Leo. Tolong, Den," cerocos Mbak Wati dengan wajah memelas. Tangannya saling meremas dan mata menyiratkan kepanikan, juga kecemasan.