Tasya memandang wajah Leo yang tengah tertidur, dengan raut iba menggelayuti. Matanya mengembunkan air. Sungguh tak tega rasanya melihat bocah kecil, yang dia kenal selama ini sebagai anak yang nakal dan ceria saat bertemu, sekarang terbaring lemah dengan jarum infus menancap di tangan.
"Memang, awalnya gimana, Mbak? sampai Leo bisa seperti ini?" tanya Tasya.
"Anu, Nona ...."
"Panggil saja Tasya. Saya bukan majikan mbak kok. Santai saja."
Mbak Wati tampak canggung mendengar perintah dari Tasya. Tapi, karena Tasya yang terus mendesaknya, akhirnya Mbak Wati pun bersedia.
"Kemarin siang, saat pulang dari kampus bersama Den Raffly, Leo langsung mengurung diri. Saya sih sekilas mendengar keributan antara Den Raffly dengan Nyonya juga. Saya pikir, hanya keributan biasa. Den Leo juga kalau mengurung diri paling satu atau dua jam saja sudah luluh. Dan mau bermain lagi."