"Sia-sia bukan pengejaranmu selama ini? seorang perempuan pasti lebih memilih harta daripada pria tanpa kekayaan. Itu sudah hukum alam, Arsen. Seperti gadis itu, dia sama saja dengan ibunya juga kakek neneknya."
Roger menatap keluar jendela. Matanya menerawang jauh. Ada kebencian yang mengakar di hatinya. Benci pada seorang gadis yang pernah merusak hatinya.
"Ratu melakukannya demi karyawannya, Dad! andai Daddy tidak begitu kejam. Dia seorang pemimpin perusahaan, yang menanggung nasib ribuan karyawannya. Jadi, wajar apa yang dia pilih," sahut Arsen. Dia duduk diam sambil menatap layar datar yang tergantung di dinding. Hanya tatapan kosong, tanpa benar-benar memperhatikan.
Sepeninggalan Ratu, Arsen seperti kehilangan semangatnya. Dan hanya mengiyakan, semua kata-kata Roger.
"Alasan klise! bisa saja dia memilihmu, dan menjual semua aset untuk memberikan pesangon bagi karyawannya. Apa selemah itu kemampuannya?"
Roger menghina Ratu.