Dua pasang bola jernih yang terbingkai bulu lentik itu saling menatap tajam. Satu dengan sorot kemarahan. Satu lagi menatap penuh ketegasan.
"Lo memang-"
Pintu butik terbuka menampilkan sosok Dion disana.
"Ada berkas yang tertinggal. Aku kembali untuk mengambil ... lho, Airin? kenapa disini?" Dion terkejut melihat kehadiran sepupunya di butik.
Airin segera mengubah ekspresinya yang semula tegang karena amarah, lekas mengendur dan mengulas kan senyum.
"Kak Dion? tadi Ai kesini pengen ketemu Kakak. Ai bosan Kak, di apartemen sendirian. Makanya kemari ingin mengajak Kakak jalan-jalan," ujar Airin dengan memasang ekspresi lembut.
"Kamu kan bisa jalan-jalan dengan temanmu, Ai? kata kamu ada temanmu yang tinggal di Apartemen Gardenia, makanya meminta untuk mengambil unit disana?" Dion bertanya dengan kerutan di antara alisnya.
"Oh, ituu ... iyaa Kak, tapi Ai merasa sepi saja setelah pindah kesana. Lebih enak tinggal bersama Kakak, ada teman ngobrol," cetus Airin.