Dari dalam rumah, muncul Maya yang bersedekap dengan muka cemberut. Bibirnya yang dipoles lipstik merah merona manyun dan sewot.
"Apa kau baru saja mendengar suara asing, Dion? jika iya, sepertinya rumahku kemasukan setan," cetus Ratu tak merespon ucapan Maya.
"Sepertinya begitu, Nona. Ada baiknya rumah Nona ini dipanggilkan ustadz, agar setan segera terusir dari sini." Dion menanggapi ucapan Ratu. Dan itu sukses membuat Maya semakin meradang.
"Kamu!"
Telunjuk Maya teracung dengan wajah geram ke arah Ratu dan Dion.
"Lihat pembalasanku nanti!"
Kemudian Maya berbalik masuk rumah, dengan kaki dihentakkan.
Ratu dan Dion berpandangan, kemudian terkekeh. Pulang dari rumah sakit bukannya disambut yang menyenangkan, justru di hadapkan pada wajah sengak Maya. Membuat Ratu enggan melanjutkan langkah memasuki rumah.
"Biarkan saja. Sebentar lagi juga dia akan terusir. Karena kamu mempunyai hak untuk menentukan siapa yang bisa masuk ke rumah ini," ujar Dion.