CEKLEK
Pintu kamar itu terbuka otomatis saat Pragma meletakkan jempolnya di smar lock. Pria itu mempersilakan putranya untuk masuk, begitu Rean masuk dia langsung disambut oleh bunyi mesin pendeteksi jantung mamanya. Di atas ranjang besar itu Gelora masih terbaring tak berdaya di sana, entah sampai kapan dia akan menutup matanya. Tubuh Rean bergetar menahan tangisnya, anak itu semakin melangkah masuk ke dalam kamar papa dan mamanya.
Rean menoleh saat Pragma memegang bahunya, anak itu menaikkan tatapannya pada Pragma. "Jangan menangis Sayang, kamu harus menyemangati Mama Geloramu agar dia mau membuka matanya. Tolong katakan padanya untuk segera bangun dari tidur panjangnya, jika Mama tidak mau bangun untuk P–papa, maka suruh dia bangun untuk kamu dan adik-adikmu." Pragma memalingkan wajahnya ke samping memikirkan segala kemungkinan, apa yang akan terjadi padanya jika Gelora bangun apakah dia akan membencinya atau malah memeluknya?