Tubuh Pragma mematung dengan jantung yang semakin berdetak begitu cepat melebihi ritme tak sewajarnya, adrenalin pria itu terpacu hebat.
Katakan lah jika Gelora jahat tapi wanita itu tidak suka, saat Pragma mulai belajar berbohong kepadanya. Dia ingin pria itu terbuka, membicarakan dengannya jika ada sesuatu yang menganggu pikirannya. Mereka bisa berbicara dan mencari jalan keluarnya. Bukan malah terlihat saling menipu dengan melakukan kebohongan.
Setelah tersadar dari lamunannya. Dia raih bahu istrinya itu kasar, mencengkram di sana sangat erat bak ingin meremukkannya tulang bahu wanitanya. Tapi percayalah Pragma tidak sengaja melakukan itu, pria itu saat ini sungguh kalut dan tidak bisa berpikir jernih saat ini. Maka saat dia mulai kehilangan kontrol itu semua di luar batas kesadarannya, jika sewaktu-waktu Gelora terluka. Karena wanita itulah yang menuju ketakutan sekaligus kemarahan Pragma.
