Seakan ada ribuan anak panah yang menghujani dadanya, Pragma mencelos di tempatnya melihat istrinya lebih memilih menghampiri pria yang menyelamatkan dirinya dibandingkan, menghampiri suaminya yang juga ikut terluka.
Pragma terguling-guling ke tengah jalan hingga menabrak pembatas trotoar, kepalanya menghantam trotoar begitu keras hingga mengeluarkan darah yang banyak, tapi Pragma masih berusaha mempertahankan kesadarannya di tengah-tengah rasa sakitnya, hanya untuk memastikan keadaan istrinya baik-baik saja. Pria itu mensyukuri satu hal karena istrinya baik-baik saja dan tidak terjadi apa-apa padanya, tapi pikirannya kembali terpacu dua kali lipat, emosi, perasaan tidak aman, lemah, kekhawatiran dan kurangnya rasa kepemilikan membuat semua perasaan itu bergabung dan saling mencampuradukkan hati dan pikiran Pragma.