Memutar-mutar kursi ruang kerjanya, seraya memainkan sebuah rubik di tangannya. Tak sampai satu menit dia berhasil menyusun semua warna yang sama menjadi satu.
"Akhirnya aku bertemu denganmu Pragma. Baru saja aku ingin mencari keberadaanmu, tapi kau sudah lebih dulu datang padaku. Ada dua hal yang harus kita selesaikan dari awal, cinta dan kehancuran!" Pria itu tertawa bak orang gila memandang sebuah pigura yang selalu di bawah, pigura kecil itu yang selalu menemaninya bekerja. Dia sangat setia kepalanya bukan?
"Tapi sayang sekali aku tidak bisa mendapatkan orang di dalam figura itu. Aku hanya punya piguranya, tapi tak memiliki orangnya," ucapnya sendu mengemis pigura yang masih sangat bagus itu karena pemiliknya merawat dengan penuh cinta.
"Huh, aku bingung harus memulai dari mana permainan ini dulu. Semua permainan sudah sangat terancang di dalam otakku," gerutunya tapi hanya selang beberapa saat sebelum wajahnya tampak berseri-seri memikirkan rencananya.
***
