Wajah yang tadinya mengetat kini kembali ceria saat melihat istrinya keluar dari ruangan perawatan, secepat itu ekspresi wajah Pragma berubah. Dia sangat pandai mengubah mimik wajahnya, meski hati dan pikirannya kini sejalan tak bisa mengendalikan rasa cemasnya. Di luar memang dia akan terlihat baik-baik saja, tapi sejatinya selama ini Pragma menyembunyikan ketakutan terbesarnya dengan rapi. Tapi ketakutan itu ingin naik ke atas permukaan saat bertemu orang itu kembali, dia jauh lebih berbahaya dari Radit musuh bebuyutannya. Tapi Pragma berusaha sangat keras mengendalikannya, sampai ia tak sadar jika telapak tangannya berdarah sebab terlalu kuat mengepalkan tangannya sehingga kuku panjangnya menusuk kulitnya.
"Rama," panggil Gelora menyentuh wajah suaminya membuat Pragma tersentak. Berusaha mengukir senyuman manis untuk istrinya agar Gelora tak menyadari kegelisahannya.