Di dalam mobil yang ditumpangi Pragma beserta keluarga kecilnya, ada Rudolp yang sedang mengemudikan mobil. Lalu di kursi belakang penumpang Pragma dan Gelora sedang duduk, serta Rean ada di pangkuan ayahnya. Balita itu tertidur dengan damai di dalam dekapan ayahnya. Pragma terus mengelus surai anaknya lembut, ekor matanya melirik ke samping kiri di mana istrinya sedang duduk menatap keluar jendela. Menatap kendaraan yang berlalu lalang.
"Sayang, sini," suruh Pragma tak tahan untuk menyuruh istrinya, agar bersender di bahu lebarnya.
Gelora menoleh menatap Pragma sendu. "Jangan menangis karena memikirkan pria lain Sayang, pria brengsek itu bukanlah ayahmu. Mana ada orang tua yang menelantarkan satu anaknya di panti asuhan, sedangkan yang satunya lagi dia memilih tinggal bersama. Itu sanga–