"Sayang," panggil Pragma pelan, pria itu terlihat memilin pelan tangannya di atas pahanya. Dia duduk di sisi ranjang, menundukkan kepalanya
belum berani menatap wajah istrinya.
Sedangkan Gelora masih tak begeming di tempatnya, dia masih bingung bagaimana caranya menyikapi kondisinya seperti ini. Tapi satu hal yang pasti dia merasa lega, karena menemukan ayahnya. Dia harus bertemu dengan George secepatnya, Gelora ingin minta penjelasan pada pria itu. Mengapa dia menelantarkan salah-satu anaknya di panti asuhan, sedangkan Auris mendapatkan kasih sayang yang begitu besar. Pertama kali saat mereka bertemu, Gelora tak tahu jika George adalah ayahnya. Tak pernah terbesit di dalam pikirannya, yang dia tahu bahwa pria itu sangat menyayangi putrinya Auris.
Tak mendapatkan tanggapan dari istrinya, membuat Pragma merasa jika Gelora marah kepadanya. Tanpa sadar air mata menggenang di pelupuk matanya, dia sedih karena Gelora marah padanya dan berpikir istrinya tidak ingin menampung benihnya.
