TES
TES
Air mata mengalir begitu saja dari pipinya, katakanlah dia cengeng karena sebagai pria dia terlihat lemah dan rapuh seperti ini. Tapi rasa sesak di dadanya sudah sedari dulu menderanya. Hingga kini rasa sesak itu selalu datang secara tiba-tiba, bahkan jika melihat orang yang menjadi penyebab rasa sesaknya.
"Air mata sialan," umpatnya pelan saat merasakan air matanya tak kunjung reda. Bahkan malah semakin mengalir deras.
Sedangkan seorang wanita yang berada di belakangnya, semakin mengepalkan tangannya. Kebenciannya pada wanita itu semakin besar dan mendarah daging. Apalagi kebenciannya pada suami wanita itu juga tak kunjung surut, dirinya selalu ingin meledak-ledak kala melihat dua pasangan tersebut. Sangat memuakkan untuknya.
"Coba aku tidak mengikutimu secara diam-diam, pasti aku tak akan melihat kesedihanmu hanya karena ke dua orang itu," batinnya menyadari bahu prianya semakin bergetar saja.