Pukul 23.00 dini hari
Gelora terbangun dari tidurnya setelah beberapa jam yang lalu ia memejamkan matanya. Dalam cahaya temaram ia melirik anaknya sangat nyenyak dalam tidurnya.
"Perasaanku sangat gelisah," gumam Gelora merasakan hatinya semakin gelisah saja.
"Bagaimana kalau aku mempersiapkan segalanya, sebelum Pragma tahu jika Rean bukan anaknya. Aku tidak ingin Rean diambil oleh Radit, meskipun aku mencintai Pragma tapi aku lebih mencintai anakku. Aku sudah tahu rasanya hidup tanpa kasih sayang seorang ayah, aku tidak ingin Rean mengalami hal yang sama," pikir Gelora semakin berkecamuk membayangkan Pragma membenci anaknya. Serta Radit akan mengambil Reannya.
Dengan tergesa-gesa Gelora beranjak dari ranjang menuju lemarinya, ia sengaja tak menyalakan lampu kamar, hanya membiarkan lampu tidur yang menyala. Takut Reannya terganggu jika menyalahkan penerangan ruangan.