Mati-matian ia menahan air matanya agar tak keluar, tapi naas cengkraman pada rahangnya makin mengerat di bawah kungkungan pria itu tak seindah yang dibayangkan. Pria di atasnya ini begitu buas padanya.
"Akhhh sa–sakit," ucapnya terbata mencoba menahan rasa sesak dan malu ditatap bak kotoran yang menjijikkan.
"Kenapa kau jadi takut?" tanyanya semakin menguatkan cengkraman pada rahangnya semakin mengeras.
Pria itu menyudutkannya pada sofa, badannya setengah membungkuk ke depan wanita itu. Sedangkan si wanita menahan tangisannya. Posisinya memang terlihat romantis, tapi ia diperlakukan bak seorang jalang.
"Di mana aku harus menyentuhmu dulu agar kau puas. Setelah itu tidak akan datang lagi padaku, kau terlihat seperti wanita yang haus akan belaian." Kalimat itu begitu menusuk tepat di uluh jantungnya.
Aroma parfum Radit begitu menyeruak masuk ke dalam indra penciumannya, serta ia bisa merasakan embusan napas Radit menerpa kulit wajahnya.