Pukul satu siang.
Pragma dan istrinya kini berada di depan mansion Abraham. Pria itu tampak mengenggam erat tangan istrinya dan ia menatap istrinya cemas campur aduk menjadi satu.
"Sebaiknya kita pulang saja yah, Sayang?" bujuk Pragma untuk kesekian kalinya. Dia tak ingin Greselya bertemu dengan istrinya, pasti akan membuatnya sakit hati saja oleh perkataan kasarnya. Mengingat Greselya tidak menyukai istrinya, ia takut wanita tua itu yang sayangnya adalah omanya sangat tak menyukai istrinya.
Si empu melemparkan senyuman manis pada Pragma. Berharap suaminya itu percaya jika dia sedang baik-baik saja, dia takut hanya karena dirinya hubungan Pragma dan Greselya harus merenggang.
"Baiklah aku kalah," pungkas Pragma tidak suka. Mengangkat ke dua tangannya ke udara pertanda kalah, tatapan Gelora sangat mematikan untuknya.
Huftt. Jika berhadapan dengan wanitanya Pragma selalu saja akan kalah, kecuali di saat-saat tertentu.