Radit keluar dari ruangan Gelora dengan perasaan hancur. Pria itu mempercepat langkah kaki ingin segera keluar dari ruangan penuh menyesesakkan ini.
BRAKK
"Kalau jalan itu pak–" ucapan Pragma terhenti saat menyadari siapa orang yang menabraknya, wajahnya tampak mengeras saat tahu orang itu dari mana.
"Brengsek," umpatan itu lolos dari bibirnya. Sedangkan Radit masih terlihat sangat linglung, pandangan pria itu begitu kosong. Seperti tak ada gairah hidup sama sekali, tubuhnya semakin melemah saat kalimat menyakitkan dari Gelora beberapa jam yang lalu menghantam ingatannya.
BUGHH
Pragma begitu emosi, dia sudah tidak tahan untuk memukul Radit. Karena tak siap, Radit harus terjatuh pada lantai marmer koridor, ia mengusap darah segar mengalir pada sudut bibirnya. Rasa asing menyapa indra penyecapnya, dengan pelan ia mendongakkan kepalanya.
"Pragma," ucapnya lirih berusaha bangkit dari pergerakannya lebih dulu dicegah oleh Pragma dengan menginjak tangannya tanpa ampun.
KREKK