Untung saja sate yang diinginkan Gelora sudah diantarkan oleh Rudolp selang lima belas menit yang lalu.
Istrinya makan dengan begitu khidmat duduk bersila di atas bangsalnya. Pragma menahan gemas di sela rasa kantuknya datang melanda, bumbu sate berceceran di sudut bibir istrinya bahkan mengenai pipi. Wanitanya itu sungguh tak pernah menjaga image apa pun di hadapannya, itulah yang menambah nilai plush Gelora di matanya. Wanitanya selalu tampil apa adanya.
Tak tahan melihat bumbu itu mengotori wajah istrinya. Pragma segera mengelapnya dengan talenten menggunakan tissue basah.
"Tidak akan ada yang mengambil makananmu, Sayang," tegurnya kembali membaringkan tubuhhnya di samping bangsal istrinya.
Pragma sengaja meminta satu bangsal lagi untuk dirinya karena Geloranya tak ingin diganggu. Katanya ia tak ingin tidur di bangsal sempit ini bersama dengannya, Pragma hampir protes tapi mengingat ia menjaga emosi istrinya agar stabil membuatnya mengalah.