Pria itu jauh lebih pendiam dari biasanya. Dia tidak suka diganggu lagi, terutama pada gadis kecil yang selalu datang menemuinya. Entah dia membawa makanan, mengajaknya bermain, bahkan mengajak ia bercerita.
"Ayah kenapa tidak mau makan? Kata ibu guru, kalau tidak makan kita tidak akan bisa berpikir dengan baik. Nenek Mayra bilang, Ayah mau pulang ke Indo–"
"Jangan ganggu aku, pergilah!" usirnya saat anak itu semakin berisik menganggunya.
Anak itu yang tak lain adalah Amara langsung menundukkan kepalanya, memeluk bonekanya erat.
"Ayah jahat," sentak anak itu dengan mata berkaca-kaca.
Ini baru pertama kalinya ia menyentak Radit dan menangis di depannya.
"Kenapa Ayah gak suka Amara? Amara, salah apa sama Ayah? Amara anak baik kok," sungut anak itu mengusap air matanya kasar.
Radit diam di tempatnya, ia hanya melirik Amara dengan malas. Anak itu baik, tapi dia sangat cerewet. Kadang ia begitu menjengkelkan di saat yang bersamaan.