Perasaan gelisah terus menghantui pria paruh baya tersebut hingga sore ini. Di dalam pikirannya dia masih menanyakan, apa maksud Rudolp tadi bahwa mainan pemberiannya melukai cucunya. Apakah dia harus mengunjungi mansion kediaman Pragma secara langsung untuk memastikan keadaan cucunya. Dengan begitu dia bisa tenang dan tidak dihantui pikiran-pikiran buruk.
Tanpa dapat dicegah lagi dia segera keluar dari kamarnya melewati lift, menuju lantai satu.
TING
Tak selang beberapa lama pintu lift terbuka, pria itu segera keluar menggunakan tongkatnya karena lututnya masih terasa sakit.
"Cepat antarkan saya ke mansion ke diaman Abraham," ucapnya pada salah-satu pengawalnya. Dia menatap bawahannya itu tajam.
"Siap laksanakan Tuan. Silakan masuk ke dalam mobil," sahut anak buahnya membuka pintu mobil untuknya.
***