Eldrick yang saat itu berada tepat dihadapan Loria dengan sigap membopong Loria dan menidurkannya di atas sofa merah besar di sudut ruangan.
"Loria ... maksudku, Ibu Loria ..." ucap Eldrick seraya menepuk pelan pipi Loria.
Tak ada jawaban. Loria benar-benar tak sadarkan diri dan Eldrick tak tahu pasti apa penyebabnya. Di waktu yang bersamaan pula ponsel Loria berdering berkali-kali.
"Kau bisa membantuku?" tanya Eldrick pada sekretaris pribadi Loria.
"Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" Tanyanya. Namun, tiba-tiba wajahnya berubah menjadi pucat pasi. Ia tahu benar bahwa Loria sering kali mendadak tak sadarkan diri bila ada sesuatu yang sangat mengganggu pikirannya.
"Kau tahu sesuatu tentangnya? Kau tahu bahwa ia seringkali mendadak menjadi seperti ini?" tanya Eldrick.
Sekretaris Loria tak menjawab lagi apa yang Eldrick tanyakan, ia lebih memilih untuk bergegas masuk ke ruangan Loria dan mengecek sendiri keaadaanya.
Benar saja, Loria masih tak sadarkan diri dan ia tahu benar apa yang sedang terjadi pada Loria sekarang.
"Kau seorang dokter, kan?"
"Tapi, aku hanyalah dokter psikiater."
"Bagus." Sahut sekretaris Loria tegas. "Ada yang harus kau tahu mengenai dirinya," lanjutnya.
Eldrick menautkan kedua alisnya, ada satu hal yang terbersit dipikirannya saat ini, ia yakin bahwa Loria sedang menderita trauma yang sangat berat sehingga itu mengganggu pikirannya dan membuat tubuhnya lemah saat ia mendapatkan tekanan lain.
"Apakah ia mempunyai suatu trauma?" tanya Eldrick.
Sekretaris pribadi Loria tersebut menganggukan kepalanya. "Ia memiliki trauma pada pernikahan,"
"Apa yang kau katakan padanya?" tiba-tiba saja Loria bertanya lirih.
Eldrick mendekati Loria dan memeriksa Loria. "Maaf," ucap Eldrick. "Tapi aku harus memeriksamu,"
"Tak perlu," sahut Loria seraya membetulkan posisinya. Ia berjalan limbung menuju meja kerjanya untuk mengambil obat-obatan yang dokternya resepkan. "Ini. Aku sudah punya ini," ucap Loria lagi.
Eldrick dan sekretaris pribadi Loria yang sebentar lagi akan mundur dari jabatannya hanya menatap Loria dalam diam.
"Kalian boleh pulang, dan kau, Eldrick Holmes. Mulai besok kau sudah bisa bekerja menjadi sekretarisku menggantikannya," tukas Loria.
"Aku akan mengantarmu pulang," ucap Eldrick tiba-tiba.
"Tak perlu, aku akan pulang sendiri. Lagipula itu bukan termasuk tugasmu sebagai sekretaris," sahut Loria dengan wajah tenang.
10 menit kemudian ruang kerja pribadi Loria mendadak hening. Mereka berdua sudah pergi meninggalkan Loria sendirian meski masih banyak yang ingin Eldrick tanyakan pada Loria apa yang sebenarnya terjadi padanya. Tapi, ia cukup sadar bahwa kapasitasnya disana hanyalah merupakan orang asing dan juga sekretaris pengganti.
Tak peduli jika hari masih cukup sore untuk ia pergi meninggalkan Osborne, Loria pun ikut pergi meninggalkan kantor untuk kembali pulang ke kediamannya.
***
"Rapi, semua sangat rapi bahkan saat ia terburu-buru pergi meninggalkan ruangan ini," gumam Loria lemah saat ia baru saja memasuki kamarnya.
Shane memiliki kebiasaan untuk selalu merapikan seluruh apartement Loria, termasuk kamar tidurnya. Itu juga yang membuat Loria sangat menyukai Shane. Bagi Loria, Shane adalah sosok pria hangat, pengertian dan juga menyenangkan yang bisa mengisi kekosongan hatinya.
Perceraian yang kedua orangtuanya lakukan saat ia masih remaja, dan juga kematian ayahnya yang hanya berselang 2 hari setelah kabar perceraian diputuskan oleh pengadilan, membuat Loria tak ingin menikah. Bukan hanya menikah, ia bahkan selalu menganggap berhubungan serius dengan lawan jenis merupakan hal yang menakutkan.
Bertahun-tahun lamanya Loria selalu menyibukan diri dengan belajar dan terus belajar sehingga menjadikannya seorang pengacara hebat seperti saat ini. Dan, Shane. Hanya Shane lah yang satu-satunya pria yang bisa mendapatkan serta memenangkan hati Loria. Lalu sekarang ia menghilang, tanpa kabar dan juga pesan sebelumnya.
Tanpa terasa air mata jatuh membasahi pipinya. Kehilangan? Tentu saja. Selama ini hanya Shane lah orang yang selalu berasa disisinya, meski ia tak menampik bahwa mungkin saja Shane menghilang karena sudah merasa bosan dan lelah menunggunya. Tapi, ini melibatkan petugas kepolisian. Mana mungkin Shane menghilang hanya karena masalah percintaannya saja.
TING TONG
Suara bel membuat Loria tak bisa berlarut-larut dalam kesedihan. Ia menyeka air matanya dan berjalan untuk mengecek siapa yang datang ke apartementnya.
"Ah, kupikir siapa," ucap Loria saat ia melihat pria yang ia kenal berdiri di depan pintu apartementnya.
"Kau baik-baik saja? Apa ada yang sakit?"
Loria tersenyum cerah saat mendengar pertanyaan tersebut.
"Beberapa saat yang lalu aku tak baik-baik saja, namun sekarang aku merasa jauh lebih baik." Jawab Loria kemudian. "Kaulah yang kurasa tak baik-baik saja. Polisi mencarimu pagi tadi," lanjut Loria seraya merangkul pria tersebut dan mengajaknya masuk ke dalam apartementnya.
"Kau tahu password apartement ini, lalu kenapa kau memencet bel seakan kau ini tamu?" tanya Loria.
Pria tersebut semakin kebingungan akan tingkah Loria. Ia baru saja mengenal Loria. Tapi, Loria seakan mengenalnya sudah lama.
"Apa yang sedang kau bicarakan? Kau tak melihatku? Aku Eldrick,"
Loria tersenyum. Senyuman menggoda seperti yang seringkali ia tunjukan pada Shane. Ia menghampiri Eldrick dan duduk diatas pangkuaanya.
Seraya membelai rahang tegas milik Eldrick, Loria berkata pelan. "Jelas kau adalah tunanganku, aku tahu kau ingin melanjutkan permainan pagi tadi, kan?"
"Tidak, Loria. Sadarlah, ini aku ..." belum selesai Eldrick melanjutkan perkataanya, Loria terlanjur menautkan bibirnya sehingga Eldrick benar-benar tak bisa berkata apa-apa.
Eldrick adalah pria dewasa. Ia dapat merasakan rangsangan dan gairah yang Loria berikan padanya. Terlebih lagi saat ini Loria terlihat sangat seksi meski ia berbalut blouse kantor yang masih belum ia ganti sejak pagi tadi.
Tak peduli dengan apa yang Loria pikirkan saat ini, Eldrick benar-benar sudah tak lagi bisa menahan hasratnya untuk membalas apa yang sudah Loria berikan dan sedang Loria lakukan padanya. Perlahan tangannya sibuk membuka kancing blouse milik Loria.
GLEK!
Milik Loria memang terlihat lebih menawan saat itu terbuka seluruhnya. Eldrick dapat dengan jelas merasakan milik Loria sangat padat, bulat dan juga kenyal. Hasratnya yang sudah menggebu membuat Eldrick pun kehilangan kesadaran. Tanpa basa-basi Eldrick mengambil alih semua tubuh Loria, menikmati sepuasnya seakan Loria adalah kekasihnya.
Begitupula Loria, sampai pagi datang pun ia masih tak sadar bahwa pria yang ia cumbu semalam adalah Eldrick Holmes. Bukan Shane Howard, tunangannya.
"Kepalaku," ucap Loria sembari menekan plipisnya kuat-kuat. Ia tak melihat Eldrick yang masih tertidur pulas disisinya. Ia hanya merasa kepalanya berdenyut dan pandangannya masih sangat kabur.
Loria beranjak perlahan dari tempat tidurnya, betapa terkejutnya Loria, saat ia mendapati bahwa tak ada sehelai benangpun yang membalut tubuhnya. Lupa akan sakit kepala yang ia rasakan, kini matanya terbelalak menatap pria yang kini merupakan sekretaris pribadinya tidur dengan lelap di atas ranjang besar miliknya.