Loria mengangkat sebelah tangannya untuk menghentikan Elizabeth berbicara. Ia tahu benar bahwa Elizabeth akan berbuat nekat demi apa yang ia inginkan.
"Berhenti sampai disitu. Hentikan ucapanmu!" tukas Loria geram. "Habiskah seluruh harta kekayaan yang kau bawa saat itu sehingga kau jatuh miskin sekarang?"
"Loria ... aku ibumu,"
"Berhentilah bermain drama dan segera pergi dari sini. Kau bisa kembali ke Lyon, Perancis tempat dimana kau bisa menghabiskan semua uang-uang yang kau curi dari ayah bersama pria tak tahu diri itu!"
Elizabeth tak lagi melawan Loria. Ia benar-benar pergi meninggalkan ruang kerja Loria.
"Kau juga boleh pergi," ucap Loria pada Eldrick yang masih berdiri mematung tak jauh dari pintu kaca besar ruangan Loria.
"Kau tak apa?"
"Tentu, kau tahu aku selalu punya obat penenang untuk setiap masalahku." Sahut Loria. "Kau hanya perlu mengirimiku berkas yang harus kutangani saat ini,"
Eldrick melangkahkan kakinya keluar, namun belum sampai 30 detik berlalu Eldrick kembali membalikan badanya dan memastikan agar Loria tak lagi meminum obat penenang yang sama seperti kemarin.
"Ada yang salah?" tanya Loria yang terkejut saat melihat Eldrick tiba-tiba sudah berada tepat dihadapannya.
"Jangan meminum obat ini lagi," sergah Eldrick seraya menyambar botol putih berukuran sedang dari atas meja Loria.
"Aku tak suka jika ada orang lain mencampuri urusanku. Jadi, bisakah kau kembalikan botol obatku sekarang?"
Nada suara Loria yang dingin dan juga tenang menegaskan bahwa ia adalah wanita mandiri yang juga kesepian. Banyak kesakitan yang harus Loria hadapi sekarang. Pilihannya menjadi seorang pengacara perceraian yang ia kira akan membantunya sembuh dari trauma nyatanya membuat dirinya semakin trauma akan pernikahan.
"Berhentilah," ucap Eldrick pelan. "Pekerjaan ini akan membuatmu semakin tertekan," lanjutnya.
"Apa yang kau tahu tentangku? Jangan kau kira dengan bercinta denganku semalam, kau bisa seenaknya mengaturku!"
"Obat itu yang membuatmu ketergangungan dan menyebabkan halusinasi! Loria sadarlah, kaulah yang mengajakku melakukan itu dengan mengira aku adalah Shane! Dan ..." Eldrick mencoba menenangkan dirinya dengan menurunkan nada suaranya. "Aku ini seorang dokter psikiater, kau lupa?"
Loria memutar kursi kerjanya agar ia tak melihat Eldrick yang jelas-jelas semakin berada dekat didepannya. Hilangnya Shane saja sudah membuatnya kelimpungan, dan kini ia harus menerima kenyataan bahwa ia telah berhalusinasi bahwa Eldrick adalah Shane, nahasnya lagi ia melakukan hal yang seharusnya tidak ia lakukan bersama Eldrick.
Menyebalkannya, di tengah semua yang terjadi saat ini Arabela, kakak kandung dari Shane menuduh Loria lah penyebab menghilangnya Shane.
"Pergilah, keluar dan bekerja sebagaimana seharusnya kau bekerja," ucap Loria.
Eldrick pun tak bisa memaksa Loria untuk menuruti perkataannya barusan. Ia sadar betul bahwa ia baru saja mengenal Loria dan posisinya saat ini adalah pegawai dari Loria. Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, Eldrick pun kembali keluar dari ruangan kerja Loria.
"Ck!" Loria berdecak kesal. Ia menyambar cermin yang berada di atas mejanya dan memaki dirinya sendiri. "Mengapa semua ini harus menimpaku sekaligus?! Aku hanya ingin hidup normal, tapi mengapa kau mengacaukan semuanya!"
Frustasi, depresi, trauma. Semua perasaan yang membuat Loria semakin tak karuan, namun harus ia sembunyikan demi profesionalitas kerja dihadapan para kliennya membuat Loria seakan terpenjara di dalam tubuhnya sendiri.
Loria sadar betul bahwa tak akan ada orang lain yang menolongnya, kecuali dirinya sendiri. Tapi, kini dirinya pun tak mampu menanggung semua ini. Mencari Shane yang bahkan tak memberikan pesan sedikitpun sebelum menghilang dan lagi fakta baru bahwa Shane adalah seorang pewaris dari perusahaan besar, membuat Loria kehilangan akal.
"Kau membutuhkanku?" Eldrick mendongakan kepalanya saat melihat Loria hanya terdiam di depan mejanya. "Baru sekitar 1 jam 45 menit saat aku keluar dari ruangan kerja pribadimu," seloroh Eldrick lagi.
"He-em," Loria menganggukan kepalanya. "Setelah aku pulang dari pengadilan untuk mengurus kasus perceraian pasangan tua kaya raya itu, bisakah aku berbicara serius denganmu?" tanya Loria hati-hati.
Berbeda dengan sebelumnya saat ia menjaga jarak dengan Eldrick. Lain halnya saat ini, Loria menyadari satu hal, ia ingat saat ia menenggak banyak sekali obat penenang saat ia baru saja sampai di apartemennya malam itu. Dan lagi semua perkataan Eldric yang memang benar adanya, membuat Loria yakin bahwa ia harus berkonsultasi pada Eldrick untuk menyembuhkan trauma dan semua kesakitan yang ia alami.
"Sebagai?" tanya Eldrick.
"Tidak sebagai teman atau apapun yang sedang kau pikirkan kini," sergah Loria. Melihat ekspresi wajah yang Eldrick tunjukan sekarang membuat Loria yakin bahwa Eldrick sedang memikirkan hal yang tidak-tidak. "Hanya sebagai dokter dan pasien, kau setuju?"
"Ah, dokter dan pasien. Jika begitu kau harus datang ke tempat praktekku yang juga rumahku nanti sore," sahut Eldrick santai.
"Ini kantorku, saat ini kau harus menjaga sikapmu. Jangan sesantai ini berbicara denganku disini," desis Loria.
Eldrick memalingkan wajahnya dan berpura-pura sibuk dengan tumpukan berkas file yang berada di sisi kiri mejanya.
"Aku akan menunggumu pukul 5 sore ini sepulang kerja, di rumahku. Maksudku, di tempat praktekku." Eldrick berkata tanpa menatap Loria sedikitpun.
Rasa ingin memecat Eldrick saat ini juga sudah berada di ubun-ubun kepalanya. Namun Loria mengurungkan niatnya, karena ia pun sangat membutuhkan Eldrick. Loria merasa hanya Eldrick lah dokter yang tahu akan dirinya tanpa ia harus menceritakan setiap detail masalah dan kejadian yang ia alami.
"Aku pergi sekarang." Tukas Loria seraya berjalan menuju lift meninggalkan Eldrick yang tanpa ia sadari tersenyum kecil di belakangnya.
Kini Eldrick benar-benar disibukan dengan seluruh pekerjaan sekretaris yang memang seharusnya ia kerjakan sedari tadi.
"Apa ini?" gumam Eldrick sembari mengecek nama dokter yang tertera dan juga jadwal kontrol yang harus Loria kunjungi. Eldrick melihat nama yang tak asing bagi dirinya, nama seorang dokter wanita.
***
"Berhentilah meneleponku! Aku sedang menyetir, kau mau aku benar-benar mati?!" sentak Loria gusar saat mengangkat nomor tak di kenal yang terus menghubunginya. Loria tahu dan yakin bahwa itu adalah Elizabeth. Tapi, bagaimana bisa Elizabeth mengetahui nomor ponselnya dan juga keberadaannya kini.
"Aku hanya ingin menemanimu menjelang hari pernikahanmu," lirih Elizabeth.
CKITTTT
Loria menginjak pedal remnya secara mendadak saat ia mendengar bahwa sekarang Elizabeth tak hanya tahu nomor ponselnya dan juga kantornya. Tapi, kini Elizabeth mengetahui bahwa dirinya akan menikah. Ya! Menikah dengan Shane yang kini entah dimana keberadaanya.
Loria menarik nafasnya dalam-dalam sebelum ia menjawab perkataan Elizabeth.
"Cukup sampai disini, aku akan membelikanmu tiket pesawat agar kau bisa pulang ke Perancis. Berikan alamat tempat dimana kau menginap sekarang," ujar Loria.
"Tidak! Aku akan benar-benar membuatmu menyesal jika kau melakukan itu," sahut Elizabeth dari ujung sambungan.