"Pergi? Apa kau bilang? Kau bilang kau menyuruhku pergi?" Loria kembali memprotes seperti biasanya.
"Aku hanya menyuruhmu untuk pergi berganti pakaian, mengapa kau selalu berkata kasar dan berpikiran negative seperti ini padaku?" tukas Eldrick.
"Karena kau memang pantas mendapatkannya," sahut Loria seraya berlalu. Ia memasuki walking closet miliknya dan memilih untuk menggenakan dress simple selutut bernahan twedd berwarna biru langit. "Memangnya siapa dia, selalu menyuruhku seenaknya dan sesukanya," Loria masih menggerutu sembari berusaha menyeletingkan pakaiannya.
"Mau ku bantu?" Eldrick menawarkan.
Loria memejamkan matanya nampak berusaha keras menahan amarahnya terhadap Eldrick yang selalu datang sesukanya seperti ini.
"Aku bisa sendiri," sahut Loria yang kini telah berhasil menggapai resletingnya dan menyeletingkan pakaiannya dengan sempurna.
"Jika begitu kita bisa pergi sekarang," ajak Eldrick.
"Tidak, aku tak akan pergi kemana pun, ini hari liburku dan aku akan menghabiskan waktuku disini, di rumahku. Sendirian." Loria mengucapkan kata sendirian dengan penuh penekanan.
"Kau sudah berpakaian rapi dan juga terlihat cantik, sangat disayangkan jika kau hanya berdiam diri sendiri disini." Tandas Eldrick. "Ikutlah denganku, aku akan menunjukan sesuatu,"
"Tidak." Loria masih bersikukuh dengan pendiriannya.
"Jika kau menyesal karena aku mengajakmu ke tempat itu, maka aku akan berhenti bekerja sebagai sekretaris pribadimu dan juga dokter psikiatermu, bagaimana?" tawar Eldrick.
Untuk sejenak Loria nampak berpikir. Tak ada salahnya jika ia mencoba, mana tahu ia akan menemukan Shane yang mungkin saja berada di tempat yang sama dengan tempat yang ia dan Eldrick sambangi.
"Satu lagi, jika aku tak menyukainya kau pun harus pergi menjauh dariku dan tak lagi menganggu privacy yang ku miliki. Deal?" Loria mengulurkan lengannya, berharap Eldrick menyetujui apa yang ia tawarkan. Ternyata semudah itu, Eldrick dengan cepat menjabat tangan Loria tanda persetujuan.
"Bagus," ucap Loria senang. Kini ia sedikit lebih bersemangat, berharap ia bisa menemukan Shane dan juga membuat Eldrick menjauh darinya.
Loria dengan cepat mengambil tas tangannya yang tentu saja merupakan rancangan terkenal dari merk kenamaan. Cukup kecil bahkan bisa terbilang sangat kecil sehingga ia menyebutnya tas tangan mikro, karena telepon genggam pun tak bisa masuk ke dalamnya.
"Apa yang kau bawa di dalam sana? Bahkan dompet dan telepon genggam milikmu pun tak bisa masuk ke dalam sana," seloroh Eldrick heran dengan style para wanita zaman sekarang.
"It's fashion," sahut Loria masa bodoh. "Aku hanya menyukainya, lagipula ini sangat lucu," lanjutnya ceria.
"Hmm, memang, itu lucu." Eldrick berkata seraya mengangguk setuju. "Terlebih orang yang memilikinya," Eldrick bergumam pelan.
Mereka berdua berjalan menuju lift yang akan membawa keduanya menuju basement.
"Silahkan," Eldrick membukakan pintu mobil untuk Loria.
"Ini milikmu?" tanya Loria. Lalu ia buru-buru menyadari siapa dan apa profesi Eldrick sebenarnya. Profesi Eldrick yang notabanenya adalah seorang dokter, tentu cukup mampu untuk membeli mobil sedan sport keluaran terbaru tersebut. "Sorry." Ucapnya kemudian.
Eldrick hanya tersenyum sembari memakai safety belt miliknya dan bersiap melajukan mobilnya ke tempat tujuan.
"Santai saja," tandas Eldrick, lalu ia menginjakan kakinya pada pedal gas dan mulai menyusuri jalanan kota London yang sangat bersih dan juga sejuk.
Perjalanan mereka berdua cukup memakan waktu, sekitar satu jam lewat tiga puluh menit. Namun, keindahan yang Eldrick tunjukan nyatanya membuat Loria mulai terkesima.
Sebuah taman yang tidak terlalu luas namun dipenuhi oleh bunga-bunga dan juga pohon-pohon rindang dengan daun-daun yang membuat tempat tersebut sangat sejuk dan juga nyaman. Di ujung taman nampak terlihat sebuah rumah yang juga tidak terlalu besar namun seukuran dengan penthouse yang kini Loria tinggali.
"Turunlah," ucap Eldrick.
"Dimana ini?" Loria bertanya dengan sengit.
"Tak bisakah kau menurunkan sedikit nada suaramu?" tanya Eldrick kalem.
"Tidak, untukmu aku tidak bisa." Sahut Loria sembari turun dari mobil.
"Kupikir kau bisa menenangkan diri disini." Tukas Eldrick.
"Seharusnya bisa, jika bukan dengan kau." Loria menanggapi ketus.
Eldrick berjalan mendahuluinya, indahnya bunga-bunga yang bermekaran membuat Loria tak bisa menahan diri untuk turun dan bergabung bersama Eldrick.
Melihat Loria berjalan pelan di belakangnya, Eldrick pun tersenyum kecil. Ia yakin Loria tak menyadari senyumannya tersebut sampai saat Loria memutar bola matanya dan bergumam. "Kau menyukaiku?" Tanya Loria. Wajahnya datar, suaranya dingin dan ia nampak sangat baik-baik saja saat mengatakannya.
Astaga, seumur hidupnya ia belum pernah bertemu wanita seberani ini. Bagaimana bisa seorang wanita terlihat biasa saja saat menanyakan hal sensitif semacam ini.
"Kau bertanya padaku?" Eldrick bertanya setelah ia mengasai emosinya. Mencoba bersikap cool seperti biasanya dan menutupi perasaannya yang sesungguhnya.
"Memangnya disini ada siapa lagi selain kita berdua?"
"Ulangi pertanyaanmu,"
"Kau sedang memerintahku?" Loria mengangkat kedua alisnya skeptis, memandangi makhluk berkaki dua di hadapannya yang menurutnya sangat membosankan dan juga menyebalkan. Tapi, untuk beberapa saat terkadang ia mengakui bahwa Eldrick merupakan sosok pria tampan dan juga seksi. Seketika ia merasakan ada sesuatu yang bergejolak di dalam perutnya, ia merasakan sel-sel akan gairahnya tiba-tiba saja memuncak saat melihat Eldrick membuka satu kancing kemejanya karena kegerahan.
"Panas, ya? Tapi disini sangat indah, kau bisa menenangkan dirimu." Eldrick berkata, mengabaikan ucapan yang Loria katakan sebelumnya.
"Bagaimana aku bisa tenang jika manusia yang ada di sebelahku saat ini adalah kau." Dengus Loria sembari membuang wajah mencari pemandangan lain selain tubuh Eldrick dari pandangannya.
Ingatlah Loria, kau sudah bertunangan dan akan menikah. Tunanganmu adalah Shane yang kini menghilang entah kemana setelah bercinta dua ronde denganmu di pagi hari.
Itulah yang Loria katakan berulang kali, di sepanjang harinya bersama Eldrick. Ia benar-benar merutuki dirinya sendiri yang tiba-tiba saja terus menerus merasakan gelenyar gairah tiap kali memandang Eldrick.
"Aku mau pulang. Kau harus mengantarku," ucap Loria.
"Masih belum sore," sahut Eldrick.
"Astaga keras kepala. Bagaimana bisa aku bertemu dengan sekretaris pribadi sepertimu yang juga merangkap sebagai dokter psikiaterku." Loria berseru kesal, menghela napasnya dalam-dalam dan membuangnya kasar.
Eldrick menoleh ke arah Loria dan ia menyadari betapa cantik dan juga menggemaskannya sosok Loria. Sosok yang sangat kuat di luar namun sangat rapuh di dalam.
"Aku ingin melindungimu."
Kata-kata itu tiba-tiba saja meluncur dari mulutnya membuat Loria memandang bingung ke arah Eldrick dan lagi-lahi mengajukan pertanyaan yang sebenarnya sudah ia katakan tak akan ia ulangi.
"Kau menyukaiku?"
Untuk beberapa saat keheningan melanda mereka berdua. Hanya ada suara angin yang berhembus menyapu dedaunan pada pohon-pohon rindang yang kini terdengar.
"Bagaimana jika jawabanku adalah, ya? Aku penasaran dengan tanggapanmu." Eldrick menyahut. Ekspresi wajahnya tiba-tiba saja menjadi serius selayaknya seorang pria yang sedang menyatakan perasaan cintanya.