Suara dering telepon dari ponsel Loria membangunkan Eldrick yang tengah tertidur lelap.
"Jelaskan padaku nanti setelah aku menjawab telepon ini," ucap Loria cepat seraya menyambar apapun yang berada disekitarnya untuk menutupi tubuh indahnya.
Eldrick tak mabuk, tak juga meminum obat penenang sebelumnya. Jelas saja dia mengingat setiap kejadian yang telah mereka lakukan semalam. Setiap adegan dan rasa yang ia dapatkan. Saat ini ia hanya menatap Loria yang nampak gusar saat sedang berbicara lewat telepon selulernya.
"Aku tak menyembunyikan Shane! Apa yang kau katakan barusan? Kau menuduhku menyembunyikannya karena dia adalah seorang pewaris perusahaan obat-obatan terbesar di Eropa?"
Kakak dari Shane menuduh Loria menyembunyikan Shane lewat sambungan telepon dan itu membuat Loria sangat marah sekaligus kesal, karena ia mengetahui kenyataan baru yang tak ia ketahui sebelumnya. Pewaris perusahaan obat terbesar di Eropa? Shane Howard?
"Tidak! Aku tak pernah mengerti apa yang baru saja kau katakan!" kelakar Loria kesal seraya mematikan sambungan teleponnya. Ia melempar ponselnya tepat ke atas tempat tidur, menarik nafasnya dalam-dalam lalu pandangan matanya beralih pada Eldrick yang kini sudah menggenakan kaus oblong putih.
"Kau mau aku menjelaskannya?" tanya Eldrick. "Kau yang memulai ... maksudku, kau yang mengajakku melakukannya," ucap Eldrick kemudian.
"Memulai apa maksudmu!" sentak Loria. Lalu ia kembali melihat tempat tidur yang berantakan, dirinya yang tak berbusana dan yah! Pria tampan yang kini berada di kamarnya. "Yang benar saja ..." ucap Loria kemudian, ia menurunkan nada suaranya sebelum melanjutkan semua kalimatnya. "Astaga aku merinding! Lupakan semua kejadian semalam, aku benar-benar tak mengingatnya dan kau adalah sekretaris pribadiku, aku tak ingin ada kesalahpahaman diantara kita. Mengerti?"
"Bicaralah padaku jika kau membutuhkan sesuatu, aku bisa menjadi sekretaris dan juga doktermu. Jika kau mau," tandas Eldrick. "Kau melihat celana jeansku?" tanya Eldrick kemudian, dengan wajah polos dan juga menggemaskan. Eldrick adalah si pria tampan yang bisa berubah menjadi sangat menggemaskan hanya dalam hitungan detik saat lawan bicaranya terlihat sangat marah.
Namun, wajah menggemaskannya tak berlaku bagi Loria. Wanita berhati dingin yang sekarang memiliki banyak masalah yang harus ia selesaikan.
"Ini sudah pagi, kau harus segera ke Osborne dan menyiapkan berkas-berkas penting yang harus aku tangani hari ini. Lalu kau akan memakai celana jeans milikmu?" tanya Loria dingin.
"Aku tak akan sempat pulang ke rumah dan mengambil setelan jas milikku," sahut Eldrick.
Loria melangkahkan kakinya menuju walking closet besar, ia mencari beberapa potong setelan jas milik Shane yang mungkin bisa dipakai oleh Eldrick.
"Ini milik tunanganku, kau bisa memakainya untuk hari ini." Tukas Loria.
"Ah, thank's." Eldrick mengambil setelan jas berwarna abu-abu dan memakainya.
"Kau melewatkan mandi?" tanya Loria.
"Aku akan mandi di kantor, kau tak akan membiarkanku mandi di kamarmu bukan?"
Lagi-lagi Loria mendengus saat mendengar celotehan Eldrick. "Bersihkan dirimu di kamar mandi tamu, pakai ini dan segera pergi ke Osborne," titah Loria.
"Kau tak ikut ke Osborne bersamaku? Kau juga harus ke kantor," sahut Eldrick.
"Hubungan kita tidak sedekat itu. Pertama aku sudah memiliki tunangan dan akan segera menikah, kedua kau adalah sekretarisku. Kau mengerti?" Tak ada jawaban. Hening. "Eldrick Holmes?" panggil Loria seraya membalikan badannya agar ia bisa menatap wajah Eldrick untuk menunjukan bahwa ia tak sedang bermain-main. Nyatanya Eldrick sudah pergi menuju kamar mandi tamu dan meninggalkan Loria di dalam kamar.
"Ck! Apa yang sedang menimpaku saat ini, bagaimana aku bisa bercinta dengan pria lain selain Shane!"
OSBORNE HALL
Loria yang baru saja datang melewati meja milik Eldrick dan bersikap seolah tak ada kejadian apapun sebelumnya. Sekilas Loria bisa melihat kemiripan antara Shane dan Eldrick, terlebih lagi saat ini Eldrick memakai setelan jas milik Shane.
"Ibu Loria," panggil Eldrick cepat.
Loria menghentikan langkahnya lalu berbalik. "Simpan di mejaku akan ku periksa nanti," ucap Loria lalu masuk ke dalam ruangannya.
Loria tak ingin memikirkan apapun dari Eldrick. Yang harus ia fokuskan saat berada di kantor adalah menangani kasus perceraian yang terus meningkat pesat.
TOK TOK
"Masuklah," titah Loria tanpa melihat siapa yang mengetuk pintunya.
"Putriku,"
Loria mengernyitkan keningnya saat ia mendengar suara yang tak asing bagi dirinya. Perlahan ia mendongakan kepalanya dan menatap wanita berumur 50 tahunan berdiri dihadapannya. Umurnya memang sudah tak lagi muda, namun wajahnya masih terlihat sangat segar. Ditambah setelan tweed berwarna merah maroon yang menyegarkan dan membuatnya nampak seperti seorang selebriti.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Loria dingin. "Apa kau jatuh miskin sehingga kau mencariku? Ataukah kau mencari ayah?" tanya Loria lagi.
"Putriku, bagaimana bisa kau berkata seperti itu pada ibu kandungmu sendiri,"
"Ibu? Aku tak memilikinya. Bertahun-tahun lamanya aku tak memiliki seorang ibu." Tandas Loria. Tangannya sibuk memencet extantion telepon agar bisa langsung terhubung pada meja Eldrick. Beruntungnya Eldrick langsung mengangkat panggilan yang masuk.
"Kemari, bawa wanita kaya yang kini berada di dalam kantorku keluar!" titah Loria. Nadanya dingin, sorot matanya tajam dan juga menakutkan.
Hanya berselang 5 menit, Eldrick sudah masuk ke dalam ruangan kerja Loria.
"Kau tak mendengar apa yang ku perintahkan?" tanya Loria pada Eldrick.
"Ta-tapi, ia berkata bahwa dia adalah ibumu," sahut Eldrick.
"Elizabeth Winslow. Kau bisa memanggilku Elizabeth atau Beth," Elizabeth mengulurkan tangannya pada Eldrick.
"Ini bukan tempat untuk saling memperkenalkan diri, Nyonya." Loria berkata ketus. "Kuharap kau bisa bekerjasama denganku sebelum aku memanggil keamanan untuk menitahkanmu pergi dari ruang kerja pribadi dan juga kantorku," tandas Loria lagi.
"Loria ... bagaimana kau bisa setega ini padaku? Aku ibumu, aku bukan orang lain yang bisa kau usir begitu saja," lirih Elizabeth.
Loria memejamkan matanya, ia berusaha menahan amarah yang ia rasakan dengan mengepalkan kedua tangannya.
"Nyonya Elizabeth, jika kau mencari putrimu, anggap saja dia sudah mati. Seperti aku yang menganggap dirimu sudah mati." Ucap Loria pelan namun menusuk. "Dan jika kau mencari suamimu, kau sudah sangat terlambat Nyonya Elizabeth yang terhormat. Ia sudah wafat sejak 8 tahun lalu saat kau meninggalkannya dan mengambil semua harta kekayaan miliknya," lanjut Loria.
Elizabeth terdiam saat Loria mengatakan semua itu dihadapan orang lain. Memang benar ia lah yang meninggalkan Loria dan juga suaminya demi menikahi pria yang menjadi cinta pertamanya.
"Eldrick, kumohon bawa wanita ini pergi dari hadapanku," ucap Loria lagi.
Eldrick menatap Loria, lewat kejadian ini ia menjadi tahu trauma apa yang Loria hadapi sejak kecil. Trauma yang menjadikan dan membuat Loria menjadi takut untuk jatuh cinta dan menikah.
"Loria, aku tak memiliki tempat tinggal disini ... kumohon izinkan aku tinggal bersamamu, atau aku akan ..."