Mereka tidak bisa menerima dan tidak mau mengakuinya, tetapi itu adalah fakta bahwa Ayu Lesmana selalu mengikuti kemana Rangga Perdana pergi setiap harinya.
"Aku akan memberitahumu, anak kami, Rangga Perdana akan kuliah di perguruan tinggi. Dia akan menjadi pejabat tinggi di kota, jadi jangan coba-coba untuk merusak masa depan anakku dengan semua jenis kelakuan anakmu itu!" Sekar Ningrum berkata dengan kejam dan sangat menghina.
Wajah marah Yati Wulandari tiba-tiba menjadi pucat,i bibirnya bergumam namun tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun tentang pernyataan Sekar Ningrum yang telah menghina Ayu Lesmana, tapi mereka tidak bisa membantahnya.
Dan mengenai keterikatan Ayu Lesmana dengan Rangga Perdana, mereka juga tidak bisa membantahnya.
"Bu Sekar, apa yang kamu katakan sangat lucu. Rangga Perdana tidak lulus ujian masuk universitas dan bukankah itu sudah diketahui semua orang? Dan ngomong-ngomong lagi, kamu tidak tahu, kalau dia tidak lulus tes sedangkan aku mendapat nilai sembilan dalam tes itu!" Kata Ayu Lesmana setengah memicingkan mata ke arah Sekar Ningrum, "Dan alasan dia menggangguku belakangan ini, karena nilai tes ku yang bagus! "
Sekar Ningrum bingung dengan perubahan mendadak Ayu Lesmana. Gadis ini tidak memperlakukannya dengan hormat lagi dan bahkan merendahkan putranya sekarang, jadi Sekar Ningrum kemudian menatap Ayu Lesmana yang sudah berani memfitnah putranya di depan umum, Sekar Ningrum dengan marah berkata, "Kamu kurang ajar! Nilai tes Rangga sangat bagus!"
"Ayu Lesmana, kamu gadis tidak tahu malu, apa yang kamu bicarakan?!" Sekar Ningrum terlihat sangat marah dan berusaha untuk menyerang Ayu Lesmana.
Yati Wulandari lalu dengan cepat menangkap Sekar Ningrum. Dia adalah wanita tangguh yang bekerja di ladang, dengan kekuatan seperti itu Yati Wulandari kemudian menangkap Sekar Ningrum dan dengan kesal menjambak rambutnya, lalu menendang perutnya.
Wijaya Lesmana dan tetangga sekitar yang melihat mereka bertengkar, dengan cepat mencoba menghentikan.
"Jangan berkelahi, jangan berkelahi!"
Ayu Lesmana melihat ke arah Sekar Ningrum dengan mata yang memerah.
Ayu Lesmana kemudian menangis dan berkata, "Awalnya Rangga Perdana yang duluan berada disana! Jika kamu tidak percaya padaku, cari dia, dia yang sudah mencuri dirumah Om Panca lalu bersembunyi dirumah! Jika aku yang mencuri, mengapa aku berbohong!"
Meskipun Ayu Lesmana sedang menangis, tapi dia berbicara dengan sangat jelas.
Semua orang bisa mendengarnya dengan jelas.
Situasi disitu kemudian mendadak menjadi sunyi. Apa yang dikatakan Ayu Lesmana bukan tidak masuk akal.
Dinding halaman rumah yang tinggi mengelilingi tidak mungkin membuat seorang gadis kecil bisa masuk.
"Lalu kenapa kamu lari dan ikut bersembunyi!" Panca berkata dengan suara marah.
Ayu Lesmana menjawab, "Rangga Perdana yang memintaku untuk menunggunya di sini. Dia berkata dia memiliki beberapa urusan yang ingin dia lakukan."
Hanya saja pencuri lain saat itu adalah Widya Perdana, saudara perempuan Rangga Perdana dan seorang gadis pintar yang menerima beasiswa dari sekolah pada paruh pertama semester, dan juga uang sekolah gratis. Kepala desa mengatakan bahwa dia adalah harapan seluruh desa ini. Gadis seperti dengan kemampuan akademik yang sangat baik biasanya dirasa tidak mungkin untuk mencuri.
Jika percaya dengan kata-kata Ayu Lesmana barusan, maka dua saudara laki-laki dan perempuan itu yang telah mencuri di rumah Panca.
"Ayu Lesmana!" Sekar Ningrum memanfaatkan situasi itu dan tiba-tiba meraih Ayu Lesmana.
Tapi Sekar Ningrum tidak menyangka Ayu akan tiba-tiba lari ke arah sungai, jadi dia bergegas menyusul, tapi Yati Wulandari lalu menghalangi jalannya.
"Ah!"
Ayu Lesmana tiba-tiba menangis dan bergegas lari menuju Yati Wulandari: "Bu, aku tidak berbohong! Aku takut!"
Semua orang dengan cepat pergi untuk melerai Sekar Ningrum dan Yati Wulandari.
Rambut Yati Wulandari diacak-acak oleh Sekar Ningrum. Mereka bertengkar cukup heboh.
Dan suara tangisan Ayu Lesmana yang terdengar menyakitkan saat itu membuat perasaan Yati Wulandari sangat tidak nyaman saat itu, hanya saja dia tidak peduli. Putrinya sudah dianiaya. Tentu saja, dia ingin membantunya menemukan keadilan.
Tanpa diduga Sekar Ningrum terjatuh ke sungai, membuat orang-orang terkejut. Dia tiba-tiba jatuh sendiri. Meskipun dia berenang, tapi rasa panik ketika tiba-tiba jatuh ke air hampir membuatnya tenggelam di sungai yang dingin dan berarus cukup deras itu. Untungnya dia berhasil sampai ke sisi sungai.
Panca kemudian mendekati Sekar Ningrum, yang gemetar di tepi sungai dan wajahnya dengan serius bertanya, "Sekar, Rangga ada di rumah?"
Sekar Ningrum terkejut dengan pertanyaan itu, "Apa maksudmu?"
"Apa maksudku? Sekar, kamu tahu bahwa barang-barang di tempat ku itu adalah barang yang akan dijual dan tiba-tiba barang itu dihancurkan tanpa alasan. Saya harus menemukan seseorang yang telah menghancurkannya!".
Panca mencoba bertanya lagi dengan sedikit mengancam, "Jika kamu tidak memberitahuku tentang Rangga Perdana, maka aku akan membawa mu ke kepala desa dan polisi di kota!"
"Panca!" Ada sesuatu dalam suara Sekar Ningrum yang terdengar berbeda. Sekar juga pasti tidak bisa membiarkan Panca melapor ke polisi.
Jika Rangga Perdana benar-benar telah melakukan hal itu, mereka tidak dapat menyelesaikannya secara musyawarah jika Panca melaporkan pada polisi.
Sekar Ningrum kemudian menatap Ayu Lesmana dengan kejam dan berkata dalam hati, "Gadis sialan, tunggu pembalasanku!" Jika Sekar membiarkan Rangga Perdana menikahi Ayu, Sekar tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.
Yati Wulandari menghela nafas dan kemudian mendekati Ayu Lesmana, "Wijaya, bawalah Ayu Lesmana pulang dulu, aku akan menyusul kalian nanti."
Tapi Wijaya Lesmana ragu-ragu.
Dia dan Darto Perdana telah bertetangga sejak kecil dan mereka juga bekerja di pabrik yang sama. Darto Perdana masih menjadi direktur di bengkel mereka. Jika Rangga Perdana memang melakukan pencurian itu, Darto Perdana tidak akan tinggal diam.
Ayu Lesmana tahu apa yang dipikirkan ayahnya, ketika melihat ekspresi wajah Wijaya Lesmana yang berubah, Ayu Lesmana menarik lengan bajunya, "Ayah, aku ingin keadilan yang sebenarnya untukku dan Rangga Perdana."
Matanya sangat merah, wajahnya pucat dan di satu sisi wajahnya ada bekas merah telapak tangan saat tadi di tampar Yati Wulandari.
Yati Wulandari kemudian segera mengangguk di sampingnya "Kita tentu tidak ingin Ayu Lesmana dicap sebagai pencuri di masa depan."
Wijaya Lesmana awalnya masih ragu-ragu, tetapi setelah mendengar kata-kata Yati Wulandari, dia langsung membuat keputusan. Tidak peduli betapa penting hubungannya dengan Darto Perdana, keadilan untuk putrinya lebih penting saat ini.
"Kalau begitu pergilah dan berhati-hatilah." Wijaya Lesmana menasihati Yati Wulandari.
Yati Wulandari mengangguk dan berkata, "Bawa pulang Ayu Lesmana."
"Bu, berhati-hatilah." Ayu Lesmana memanggil.
Yati Wulandari menoleh untuk melihat Ayu Lesmana dengan sedikit keheranan. Dia tidak mengira Ayu Lesmana akan mengatakan untuk berhati-hati padanya. Gadis itu adalah gadis yang kurang peka. Dia selalu melakukan hal-hal yang berlawanan dari mereka. Hari ini, dia tampaknya berbeda.
Yati Wulandari hanya berharap besok Ayu Lesmana sudah tidak akan menangis dan tidak membuat masalah lagi. Yati Wulandari menghela nafas dan mengangguk, "Aku tahu."
Ayu Lesmana memandang Yati Wulandari yang buru-buru pergi dan hatinya tidak nyaman.
Jari-jari Ayu Lesmana menutup, secara tidak sadar sudah mengepalkan tangannya. Dan bertekad dalam hidup yang baru ini, dia tidak akan lagi sebodoh itu. Dia pasti akan melindungi orang tua dan saudara laki-lakinya! Dan Sigit Santoso juga, jika Sigit masih memiliki perasaan yang kuat padanya dalam hidup ini, dia akan menerima Sigit.