Hati perempuan itu berdesir, tidak mengerti dengan sikap Reno yang tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat. Entah apa yang merasuki pikiran ayah dari mendiang putrinya itu hingga bersikap hangat dan merajuk.
"Aku minta maaf," ucapnya lirih.
Dini tidak merasakan apa-apa, hanya ada kesedihan yang membuat hatinya terasa teriris. Seharusnya kata maaf itu ia dengar lebih awal, diucapkan ketika Alika masih ada di tengah-tengah mereka. Tetapi semuanya telah terlambat sekarang.
"Lepaskan, Mas," ucap Dini dengan suara yang tertahan.
Bukannya melepaskan pelukannya, Reno semakin mempererat dekapan pada sang istri yang justru tak merasa nyaman dengan sikap pria berwajah tampan itu.
"Ini tidak akan berhasil, Mas. Maaf!" ucap Dini, seraya membuka tautan kedua tangan yang memeluknya dari belakang itu.