Mawar dan Keshya menghampiri tukang Bakso untuk memesan. Namun, Jingga datang dan menarik tubuh dua gadis itu agar berdiri di belakangnya. Tak tahu apa maksud dari perbuatan laki-laki itu mawar menarik belakang baju Jingga hingga laki-laki itu terjengkal. Mengetahui itu adalah perbuatan Mawar, Jingga mengeluarkan wajah kesalnya.
"Maksud lo apa dorong gue ke belakang?" tanya Mawar kesal.
"Eh, seharusnya gue yang tanya. Maksud lo apa tarik-tarik baju gue kayak tadi?" kata Jingga gak mau kalah.
"Ya gue begitu karena lo duluan. Apa-apaan sih tingkah lo? Gue tuh mau beli tahu gak!"
"Ya gue juga mau beli."
"Tapi kan gue yang dulan."
"Eh, yang duluan datang itu belum tentu dia yang dapat. Tiap orang unya caranya masing-masing buat dapetin apa yang mereka mau," ucap Jingga dengan wajah menantang.
Mawar membalas tatapan Jingga dengan tajam. Ia tidak tahu apa permasalahan antara ia dan laki-laki itu, namun perbuatannya sungguh tidak bisa dimaafkan. "Mau lo itu apa sih? Perasaan gue gak pernah berbuat yang macam-macam ke lo, tapi kenapa lo selalu gangguin gue?"
"Salah lo apa?" kata Jingga kesal dengan ekspresi Mawar yang berpura-pra tidak tahu dengan apa yang ia katakan. Detik kemudian, Jingga mengeluarkan sebuah kertas dari saku celananya, menunjukkan sebuah kertas pada gadis itu. "Nih, alasan gue kenapa gue selalu gangguin lo! Jangan pua-pura polos deh lo, gue tahu ini perbuatan lo. Gak usah seolah-olah lo adalah orang yang paling suci di dunia ini."
Mawar merampas kertas yang menjadi pusat permasalahan laki-laki itu dengan dengan dirinya. Ia membaca isi surat tersebut, betapa terkejutnya mengetahui banyak kata-kata kasar yang tertulis di sana.
"Tapi ini bukan gue yang nulis!" seru Mawa.
Jingga menghela napasnya menahan emosi. Ia mengambil kertas yang dipegang Mawar lalu menunjukkan salah satu tulisan dibagian bawah surat terebut. "Ini apa? Di sini tertulis bahwa pengirimnya adalah Mawar Artistya Diva."
Mata Mawar melebar tidak percaya dengan apa yang tertuli di sana.
"Kenapa? Masih mau ngelak? Atau di sini ada lagi oang yang bernama Mawar Adistya Diva?"
Gadis itu tidak menjawabnya. Ia tidak percaya surat itu menunjukkan bahwa dirinya adalah si pengirim. Padaal bukan ia pelakunya. Asda ada orang yang sengaja menjebak Mawar? Pantas saja cowok di depannya ini terus mengincarnya.
"Lo dengar ya, siapa pun yang berurusan dengan gue gak akan segampang itu lolos dari gue mau itu cowok ataupun cewek!" tegas Jingga. "Gue bakalan simpan surat ini sampai gue puas ngerjain lo." Jingga pun memasukkan surat tersebut ke saku kemejanya dan pergi dari hadapan Mawar. Dari belakang Dirga mengikuti.
*****
Setelah bel masuk berbunyi, berbeda dengan murid-murid lain yang masuk ke kelas Jingga malah melangkah menuju lapangan upacara.
Laki-laki itu segera melaksanakan tugasnya. Ia mencabuti rumut liar yang tumbuh di sekitar sana. Mungkin Jingga adalah siswa yang di cap sebagai peraih rekor keluar masuk ruang BP terbanyak di sekolah ini, namun setiap kali ia mendapat hukuman ia selalu melaksanakannya dengan baik.
Sekarang Jingga sedang berjongkok dan mencabuti rumput-rumput di sekitarnya. Ia tidak mengeluh sama sekali ataupun merasa malu melakukan hal ini, karena ia berpikir dirinya sedang membantu karyawan sekolah yang bertugas dalam kebersihan sekolah.
Dirinya juga kenal dengan karyawan tersebut. Namanya Mang Eman. Bayangkan untuk sekolah seluas ini Mang Eman harus menyapu halaman, menggunting semak-semak yang semakin tinggi, membersihkan toilet juga mencabuti rumput liar dan itu dilakukan seorang diri?
Jadi, Jingga merasa menambah pahalanya dengan melakukan hal ini.
"Ah, Jingga ada-ada aja," kata Mang Eman.
"Masa sengaja buat masalah buat bantuin saya."
"Yee, si Mang Eman. Saya tuh bikin masalah bukan karena Mang Eman, tapi Saya bosen aja sekolah yang gini-gini doang. Makanya Jingga buat onar, terus kalo dihukum saya mikirnya lagi bantuin Bang Eman. Kan lumayan Mang hehehe…."
"Iya deh. Mang Eman mah terserah Jingga aja, mau ngapain kek Hehehe … Toh sebenernya Jingga mah baik orangnya, meskipun adaaa aja tingkahnya. Tapi Mang Eman juga berterimakasih sama Jingga, kalo di pikir-pikir juga Kerjaan Mang Eman jadi berkurang karena dikerjain Jingga. Hehehe …."
Begitulah tanggapan Mang Eman tentan Jingga.
15 menit berlalu, tak terasa Jingga sudah mengumpulkan seperempat karung rumput liar. Laki-laki itu mengelap keningnya yang penuh keringat, terik matahari menyengat kulitnya. Tenggorokannya juga kering, ia ingin meminum sesuatu yang segar.
Detik kemudian, seseorang mengulurkan sebotol minuman dingin pada Jingga. Laki-laki itu mengangkat kepalanya dan menemukan pemilik uluran tangan itu, seorang gadi berpakaian putih abu-abu dengan rambut panjang warna pirang. Bulu matanya yang lentik dan senyumannya yang manis membuat wajah gadis itu terlihat cantik. Namun, bukannya terpaku justru Jingga menatap wanita itu heran.
"Ini minuman buat Kakak," kata gadis itu kemudian berjongkok mengikuti Jingga yang juga berjongkok.
Masih dengan tatapan herannya Jingga mengambil botol tersebut dan berkata, "makasih."
Keduanya pun duduk bersila di pinggir lapangan, Jingga meminum minuman pemberian gadis tersebut hingga tinggal setengahnya kemudian menggunakan sisanya untuk mengguyur wajahnya. Dihadapannya, gadis yang sudan memberikan minuman padanya itu tersenyum memandanginya.
"Lo ngapain di sini?" tanya Jingga.
"Aku gak boleh di sini ya Kak?" tanya gadis itu balik.
"Buka gitu," kata Jingga melarat perkataannya. "Kan udah bel masuk, kalo lo di sini lo bakalan bermasalah sama guru karena bolos. Dan gue juga kena. Disangkanya gue yang ngajak lo kabur dari pelajaran."
"Kelas aku lagi jam kosong kok Kak," kata gadis itu, membuat Jingga terdiam.
"Oh, yaudah. Bagus deh kalo lo gak kabur dari pelajaran," balas Jingga tak tahu harus membalas apa.
"Kakak gak mau tanya nama aku?"
Alis Jingga terangkat sebelah. Ia hanya menanyakan nama orang-orang yang mau ia tanya saja, kenapa dia malah menawarkan diri untuk ditanya? Jingga menghela napas panjang, karena nih cewek baik sama gue, oke gue tanya namanya.
"Nama lo siapa?" tanya Jingga.
"Melati, Kak."
Melati? Entah kenapa mendengar nama itu Jingga jadi teringat dengan gadis bernama Mawar, cewek yang adu mulut dengannya beberapa waktu lalu.
"Kaka ngapain nyabutin rumput di sini," tanya Melati melihat karung berisi rumput liar yang ada di sebelah Jingga. daritadi, gadis itu memang memperhatikan Jingga yang sedang menyabuti rumput. Tahu laki-laki itu akan kelelahan, Melati membelikan minuman untuknya.
"Oh, ini hukuman," kata Jingga. "Kemarin berantem sama senior, terus dihukum deh."
"Kalo aku bantu Kakak gimana?"
Jingga terkejut dengan ucapan Melati. Kenapa dia bicara seperti itu? "Lo mau ikut nyabutin rumput?" Melati menjawabnya dengan anggukan.
"Jangan deh, nanti kalo ketahuan guru bisa berabe. Bukan lo aja yang kena masalah, tapi gue juga. Gue bisa diomelin dan disangka maksa lo buat bantu gue, yang ada hukuman gue malah nambah gara-gara lo ikut-ikutan gini."
"Sesuatu yang dikerjakan oleh banyak orang pasti selesainya pasti cepet ka, aku yakin sebelum jam kosong aku abis pasti usdah selesai. lagian aku mau bantu Kak Jingga karena kemauan aku sendiri kok Kak," kata Melati. "Boleh yaaa," pintanya. Jingga heran dengan gadis di hadapannya ini, Dirga sahabatnya saja tidak mau membantunya menjalankan hukuman, kenapa nih anak malah nawarin diri?
"Yaudah deh, kalo itu mau lo," kata Jingga akhirnya setuju.
*****